3. Penyerangan

1.5K 105 0
                                    

Sore ini angin berhembus kencang, cuaca dingin langsung menerpa tubuh kedua gadis yang berada ditaman. Erlin mengusap tengkuknya yang terasa dingin, firasatnya mengatakan akan terjadi suatu hal yang buruk.

Langit mulai gelap pertanda mendung sudah datang. Erlin masih setia menemani Saskia yang sedang berolahraga sore, adik dari Alpha itu sedang push-up dengan santainya.

"Kia, apa kau tidak merasa ada yang aneh?"

Saskia menghentikan kegiatannya sementara.

"Aneh apanya?"

"Cuaca kali ini, lihatlah angin yang berhembus dingin dan cuaca yang tiba-tiba mendung."

Saskia memutar bola matanya jengah, gadis itu kembali melanjutkan push-up nya yang tertunda.

"Mungkin perasaanmu saja yang sedang mendung, makanya cari Mate mu sana." Ujar Saskia dengan nada meledek.

Erlin menggeram sebal. "Sial!"

"Lin, apa kau tahan dengan hinaan Saskia? Ayolah cari mate kita, Erlin!!" Ujar Shine, wolf dari Erlin.

"Shine, aku tidak akan mencarinya. Biar dia sendiri yang datang padaku meskipun tanpa disengaja kita bertemu."

"Lin, itu akan lama. Tidak bisa ku harapkan kapan hari itu terjadi."

"Shine stop! Aku berjanji padamu, jika kita sudah menemukannya, aku akan selalu disisinya."

"Baiklah-baiklah. Kau sudah berjanji, awas saja jika kau ingkar."

Erlin mengusap rambutnya frustasi, mengapa ia ditakdirkan memiliki wolf yang cerewet macam Shine? Oh ya tuhan.

Tanpa disadari gadis itu, Saskia sudah menyelesaikan olahraganya. Melirik Erlin yang nampak frustasi maka dengan mudah Saskia dapat menebaknya.

Erlin menoleh kesamping, menemukan Saskia yang sedang mengulum senyumnya.

"Biar ku tebak, Shine sedang mendesakmu untuk mencari Mate 'kan?" Saskia menunjuk dengan jarinya.

Erlin mendelik tajam. Saskia memang menyebalkan dan sering menggodanya.

"Ah sudahlah! Aku akan masuk, terserah kau disini sampai jam berapa pun aku tak peduli."

Saskia menyemburkan tawanya dengan keras, Erlin menoleh lalu melemparkan kerikil pada sahabatnya.

Erlin melanjutkan langkahnya untuk menemui Beta Andersen, dia adalah orang yang baik padanya. Andersen menjadi pengganti Rohan, pria dewasa itu sungguh setia dan juga luar biasa kemampuannya. Leo tidak salah dalam mengangkat pria itu sebagai Beta.

"Hai adik kecil." Sapa Andersen sembari terkekeh.

Erlin tertawa kecil, Andersen dan dirinya sudah seperti kakak dan adik. Keduanya sama-sama tidak memiliki saudara kandung. Andersen memiliki tubuh tinggi nan atletis, fisiknya hampir mirip dengan para Alpha. Sebenarnya, ia adalah anak yatim piatu yang tanpa sengaja bertemu dengan Rohan-- Ayah Erlin.

Rohan memperkenalkan Andersen pada Alpha Leo, membuat Andersen setia dan dapat di andalkan, sehingga ia dapat menggantikan posisi Rohan sebagai Beta.

Rohan sudah cukup tua untuk menjabat sebagai Beta, ia hanya perlu istirahat menikmati masa tuanya.

"Apa kabar Ayah?"

Erlin sangat tahu pada siapa pertanyaan itu diperuntukkan, Andersen menganggap bahwa Rohan adalah Ayahnya. Andersen bersyukur karena Rohan sangat baik padanya, hingga mau mempercayakan posisi Beta padanya.

Luna of the Alpha RogueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang