6

1.2K 100 8
                                    

Pyar....

Sudah tak terhitung lagi banyaknya benda-benda yang dihancurkan oleh Black. Serigala bertubuh manusia itu menggeram marah akibat keteledoran dirinya yang menandai Erlin dengan paksa, ia yang sangat mudah terpancing emosi pun langsung memperlakukan Matenya dengan kasar.

Black merutuki kebodohannya.

Jika Black sangat berambisius dengan Matenya, maka agak sedikit berbeda dengan Damien. Damien yang terlatih hidup sendiri tidak terlalu membutuhkan Mate, walaupun dalam hati kecilnya pria itu tak mampu mengelak oleh pesona Erlin.

Jika moongooddes tidak memberinya Mate, itu tidak menjadi masalah yang besar bagi Damien. Namun, bagi Black berbeda.

Sisi kebinatangan Black membuat serigala itu terobsesi untuk memiliki Mate. Hingga pada puncaknya ketika ia menemukan Erlin, Black menggila akan Erlin. Matanya benar-benar dibutakan oleh Matenya seorang, bahkan Black bisa menjadi lemah seketika berhadapan dengan Lunanya.

Black menghampiri Omega yang ditugaskan membawa sarapan untuk Erlin.

"Ma-maafkan saya, Alpha. Luna belum mau menyentuh makanannya, Luna hanya berdiam diri ketika saya masuk ke kamarnya." Ujar Omega dengan terbata-bata, bulu kuduknya meremang melihat ekspresi kejam Alphanya.

"Berani-beraninya kau menyalahkan Luna. Sebenarnya kau yang memang tidak becus melayani dia, kesalahanmu adalah gagal dalam membujuk Luna untuk makan. Omega rendahan sepertimu patut dihukum!"

Black menggeram marah, dengan mudahnya ia menyeret kerah Omega itu. Beberapa kali hantaman keras terdengar, Black terkekeh bahagia.

Ia berjongkok untuk meraih Omega itu, mencekik leher perempuan paruh baya hingga terdengar kesakitan.

"A-ampun Alpha. Maafkan saya..." Suara rintihan itu tidak mengganggu keasikan Black.

Sementara itu, Erlin yang baru saja keluar dari kamarnya terkejut dengan suara permohonan ampun yang sangat menyayat hati.

Ia mengikuti instingnya untuk berjalan mendekati tangga, darisana ia dapat melihat Black yang sedang mencengkram leher seseorang.

Erlin mengenali wajah itu, ia adalah Omega yang tadi mengantar sarapan untuknya. Omega itu menatap mata Erlin berkaca-kaca, seolah ada tatapan permintaan tolong disana.

Tanpa belas kasih, Black semakin menambah kekuatan cekikannya hingga terdengar deru napas putus-putus dari Omega itu.

"Apa, apa yang kau lihat?" Tanya Black yang mendapati Omega sedang mendongak ke atas.

Black memutar tubuh serta tatapannya mendongak ke atas, manik merahnya bertemu dengan netra terang milik Erlin.

Erlin menitikkan air mata, Erlin menatapnya dengan sorot ketakutan.

Seketika itu cekikan leher Omega terlepas, buru-buru Black mengambil langkah lebar untuk mendekati Erlin.

Mengetahui Black yang akan mendatanginya, buru-buru Erlin masuk kembali ke kamarnya. Napasnya berpacu kencang, ia menutup kamarnya serta tak lupa untuk menguncinya.

Jantung Erlin berpacu dengan keras. Lagi-lagi ia melihat kekejaman Matenya, dimana-mana rogue memang menjijikkan. Erlin menangis tersedu, ia ingin kabur dari sini.

Pintu kamarnya diketuk dengan tidak sabaran, Erlin terkesiap. Ia duduk gelisah pada pinggiran ranjang, memeluk tubuhnya yang bergetar ketakutan.

Sementara Black, ia khawatir melihat tatapan Matenya. Ia tidak mau Erlin membencinya, Black sangat mencintai Erlin.

"Black, sudahlah! Beri Erlin waktu untuk menenangkan diri, biarkan dia sendiri terlebih dulu."

Perkataan Damien membuat Black menggantungkan tangannya di langit-langit pintu kamar, dengan sorot kesedihan ia berjalan menjauhi kamar Erlin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luna of the Alpha RogueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang