Kisah Kasih khalifah Umar Bin Abdul Aziz

860 49 0
                                    

Cintailah pasangan hidup kita, meskipun ada seseorang yang lebih kita cintai dan mungkin lebih mencintai kita.

Kisah khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang luar biasa dan Menggetarkan hati, insya Allah menginspirasi kita untuk tidak memperturuti hawa nafsu ketika diuji dengan rasa cinta pada seseorang selain pasangan.

Dikisahkan bahwa beliau pernah jatuh cinta dengan sangat mendalam terhadap budak perempuan milik istrinya, Fathimah binti Abdul Malik.
Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri menghibahkan budak perempuan itu kepadanya, atau menjualnya kepadanya. Namun, karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat dan mendalam "rasa cinta" Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau memenuhi permintaan sang suami. Wajar lah, wanita mempunyai rasa cemburu, dan ia takut "kalah bersaing" dengan sang budak itu.
Sang amah atau budak perempuan itu pun mengetahui betapa berat dan mendalam "rasa cinta" Umar bin Abdul Aziz kepadanya.
Sampai akhirnya, tibalah masa di mana tanggung jawab kehilafahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang manusia yang selalu serius dan tekun dalam mencapai cita cita dan sesuatu yang di inginkannya. Dengan ketekunan dan kesungguhan hatinya semua yang ia cita citakan bisa di bilang tercapai sesuai dengan impiannya.

Sewaktu masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, putri cantik jelita anak khalifah yang sangat terkenal itu. Ia persiapkan dirinya sebaik baiknya demi mempersunting gadis impiannya. Dan berhasil lah ia.
Ia pun bercita-cita ingin menjadi gubernur Madinah, satu jabatan kegubernuran yang paling bergengsi pada zaman itu, posisi yang paling banyak diminati oleh keluarga besar Bani Umayyah. Satu lagi cita cita yang terkabul pun ia dapatkan.
Demikian pula, ia berhasil menjadi seorang khalifah yang sukses, dunia dan akhirat, seperti keinginannya kemudian.

Karena sudah tidak ada lagi cita-cita duniawi yang lebih tinggi dari khalifah, maka, setelah ia menjadi khalifah, ia bercita-cita ingin masuk syurga Allah SWT.

Maka dipilihkan gaya hidup baru sebagai cara dan jalan untuk menggapai cita-citanya yang terakhir ini, di samping dengan cara menjadi khalifah yang seadil-adilnya.

Dan gaya hidup baru itu adalah gaya hidup zuhud. Maka seluruh harta yang ia miliki ia jual, dan hasilnya diserahkan ke baitul mal, sementara itu, sebagai seorang khalifah, ia hanya mengambil gaji dua dirham perhari, atau 60 dirham perbulan.

Sehingga, setelah ia menjadi khalifah, ia hidup sebagai seorang yang sangat miskin, dan fisiknya pun tidak lagi perlente, megah dan mewah seperti dahulu.
Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi miskin, dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan kepadanya. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin Abdul Aziz.

Di luar dugaan sang istri dan budaknya sekaligus, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut.
Umar bin Abdul Aziz tahu betul bahwa syurga itu diperuntukkan bagi seseorang yang memenuhi kriteria tertentu, yang diantaranya adalah firman Allah SWT:

"dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)." (Q.S. An-Nazi'at: 40 - 41).

Umar bin Abdul Aziz bahkan meminta budah perempuan itu dinikahkan oleh seorang prajurit.
Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: "Kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin? Apakah engkau sudah tidak mencintaiku lagi?"
Umar menjawab: Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang "menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu" sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi'at: 40 - 41.

Maasya Allah,....
Mampukah kita memaknai cinta pada manusia sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah? Hidup di dunia yang amat sebentar, semoga tidak membuat kita khilaf apalagi kalap memperturuti hawa nafsu.

MASIH ADA LANTAI UNTUK BERSUJUD 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang