part 2

793 86 3
                                    

Namanya Yuki Amania Shafira. Anak kelas XI IPA 7 yang punya jabatan wakil ketua ekskul paskibra. Stefan langsung dapat informasi itu dari hasil nodongnya ke ketua ekskul paskibra yang kebetulan jadi korban bully-nya waktu di SMP.

Pagi itu, dengan nggak sabaran, Stefan langsung nyamperin Nakula—si ketua paskibra—ke kelasnya dan nanyain siapa cewek paskib yang punya rambut pirang kecokelatan. Lengkap dengan embel-embel ancaman mengerikan kalau si Nakula sampai berani nggak kasih dia informasi.

Dan di sinilah Stefan sekarang. Berdiri di depan pintu kelas XI IPA 7 sambil senyum-senyum sendiri. Bangga lantaran berhasil mengantongi informasi si gadis hanya dalam waktu satu hari. Kurang dari 24 jam malah.

“Tsk, bel istirahat lama amat, sih,” gerutu Stefan sambil melirik jam tangannya. Jangan tanya kenapa Stefan sudah ada di depan pintu kelas lain sebelum bel istirahat bunyi. Bolos di lima belas menit terakhir sudah jadi keahlian Stefan. Apalagi kali ini Stefan punya tujuan khusus, tentu saja istirahat lebih awal jadi prioritasnya.

Stefan takut kecolongan. Kalau ia terlambat sedikit saja, ia khawatir gadis itu sudah tidak ada di kelasnya—dan Stefan malas kalau harus keliling-keliling sekolah.

TING TENG TING

Senyum sumringah langsung tercetak di wajah tampan Stefan. Dengan cepat, ia langsung menegakkan tubuhnya dan merapikan rambutnya. Beberapa kali ia kembali memastikan baju seragamnya sudah ia masukkan dan tidak keluar acak-acakan. Berdasarkan hasil mengkhayalnya semalam, Stefan yakin perempuan macam Yuki pasti lebih suka dengan laki-laki yang berpenampilan rapi. Meski ini membuat Stefan jadi merasa culun dan aneh, tapi demi bisa dekat dengan gadis itu, Stefan rela, kok.

Setelah pintu kelas dibuka, seorang guru dan beberapa siswa langsung muncul keluar dari sana. Stefan menyeringai tipis. Dengan percaya diri, ia langsung melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Mencari-cari si pirang kecokelatan yang menarik perhatiannya.

Dan senyum Stefan pun semakin mengembang kala matanya berhasil menangkap sosok yang dicarinya sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Berbeda dengan kemarin, kali ini gadis itu menguncir rambutnya tinggi-tinggi.

‘Manis’, begitulah kesan Stefan saat pertama kali melihatnya.

Tanpa ragu, ia pun berjalan masuk ke dalam kelas Yuki dan lantas mengambil tempat duduk di hadapan gadis itu. Sontak mengejutkan Yuki dan temannya yang sedang mengobrol.

“Hai,” sapa Stefan, tersenyum lebar. “Gue Stefan.”

Yuki mengangkat sebelah alisnya. Melirik aneh pada tangan Stefan yang terulur padanya. “Lo... ngomong sama gue?”

Stefan terkikik. “Bukan, gue ngomong sama bidadari cantik yang sekarang ada di depan gue.”

Dahi Yuki sontak berkerut enggan mendengar gombalan receh Stefan. Ia mendengus, kemudian menarik tangan teman di sampingnya untuk pergi dari sana.

“Eh, mau ke mana?” tanya Stefan mencegat langkah Yuki dan temannya.

“Bukan urusan lo,” jawab Yuki ketus lalu kembali menarik tangan temannya untuk pergi dari sana.

Meninggalkan Stefan yang kini terdiam sambil menyunggingkan seringai lebarnya.

“Lo... emang menarik, Yuki.”

***
Berbekal dua cup jus alpukat yang kini ada di tangannya, Stefan berjalan penuh percaya diri menghampiri meja di mana Yuki dan temannya menghabiskan makan siang mereka.
“Hai lagi, cantik.”

Kali ini Yuki benar-benar terkejut ketika seseorang tiba-tiba saja duduk di sampingnya dan langsung menyodorkan satu cup jus alpukat ke hadapannya.

stolen heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang