part 5

420 70 0
                                    

“Kue pertama, spesial buat Omanya Stefan yang paliiiiing cantik di seluruh dunia,” kata Stefan sambil memberikan potongan kue pertamanya pada sang Oma. Ia kemudian mencium pipi yang sudah mengerut itu dengan penuh kasih sayang.

“Selanjutnya, kue yang kedua, khusus buat cewek galak dan dingin yang bentar lagi jadi pacar gue.”

Stefan terkekeh kecil ketika melihat Yuki yang memelototinya galak. “Nih, kuenya spesial penuh cinta dari gue dan Oma, hehe. Mau dikasih ciuman juga? Ahaha, iya bercanda bercanda. Ayo dimakan.”

Oma yang sedari tadi melihat bagaimana Stefan terus-terusan menggoda Yuki pun tersenyum lembut. Ia kemudian menepuk pundak cucu semata wayangnya itu tanpa memudarkan senyumnya.

“Stefan, Oma kedinginan. Bisa tolong kamu ambilin mantel Oma di kamar?”

“Oke, Oma!”

“Oh iya, sama tolong buatkan wedang jahe, ya, Oma lupa bikin. Lagi pula, Oma juga kangen wedang jahe buatan kamu.”

“Siap, Paduka Ratu. Semua yang Paduka Ratu inginkan akan segera saya laksanakan,” jawab Stefan dengan gaya meniru-niru film kerajaan.

Setelah itu, ia pun segera berlalu meninggalkan Oma dan Yuki berdua saja bersama kue yang masih bersisa banyak.

“Dari kecil, Stefan memang selalu begitu... jahil dan lincah.” Oma membuka percakapan. “Yuki pasti kerepotan ya harus menghadapi sifat Stefan.”

“Eh? Uh-uhm....” Yuki menjawab bingung. Sifat dasarnya yang cenderung jutek dan dingin membuatnya sedikit kaku untuk berinteraksi dengan orang lain. Apalagi jika orang itu adalah orang yang baru dikenalnya.

“Waktu pertama lihat Yuki tadi, Oma kaget loh. Selama ini, Stefan kalau ngajak temannya ke sini, pasti temannya itu laki-laki. Baru sekarang, Stefan bawa teman perempuan ke rumah. Makanya, Oma kaget.”

Mendengar itu, Yuki hanya bisa mengulum bibirnya sendiri. Ia bingung harus menjawab apa. Meski ia ingin sekali menimpali ucapan Oma, sifatnya yang terlampau kaku dan dingin, sering kali membuatnya tak pandai dalam urusan bercakap-cakap.
“Sejak kecil, Stefan udah tinggal berdua sama Oma. Orang tua Stefan meninggal gara-gara kecelakaan waktu umur Stefan masih tiga tahun. Sejak saat itu, Oma yang ngurus Stefan sambil buka jasa pesanan kue kecil-kecilan. Kadang-kadang, karena Oma sibuk menuhin pesanan kue, Stefan jadi nggak dapat perhatian Oma. Makanya, dia jadi suka usil dan gangguin orang supaya dapat perhatian Oma. Dulu malah sampai pernah mecahin kaca tetangga,” Oma tertawa kecil mengingat kenangan yang satu itu. “Yah, dan ternyata sifat dan kebiasaan jahilnya itu malah kebawa-bawa sampai sekarang.”

Yuki ikut tertawa mendengar cerita Oma. Sekarang ia tahu dari mana sikap ramah yang dimiliki Stefan, meski sempat merasa canggung, kini Yuki sudah mulai merasa nyaman saat mengobrol dengan Oma.

Selain itu, ia juga tidak memungkiri rasa senang yang dirasakannya ketika bisa mengenal lebih banyak hal tentang Stefan.

“Makasih ya, Yuki.”
“Hm?”
“Kamu udah mau berteman sama Stefan. Oma senaaaang sekali.”

Detik itu juga, Yuki tertegun. Pancaran hangat dari mata Oma, berhasil menyentuh relung hati Yuki. Lewat mata yang menyendu itu, Yuki bisa merasakan seberapa besar rasa sayang Oma untuk Stefan.

“Omaaaa! Wedang jahenya dataaang!”

“Waah, akhirnya. Oma udah kangen sama wedang jahe Stefan.”
“Iya dong, Oma, ini Stefan bikin spesial buat Oma yang paling cantik. Oma juga jangan lupa pakai mantelnya dulu, sini.”

Dan malam itu, Yuki melihat banyak sisi lain dari seorang Stefan. Cowok yang selama ini ia kenal sebagai cowok rusuh dan hanya bisa membuat ulah, nyatanya adalah anak laki-laki biasa yang amat menyayangi sang Oma. Cukup dengan melihat bagaimana Stefan memperlakukan Omanya, Yuki langsung tahu kalau Oma benar-benar sosok yang istimewa bagi Stefan.

stolen heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang