13

2.4K 393 2
                                    

Pandanganku menerawang begitu kakiku menapaki satu per satu anak tangga turun. Masih terngiang kata-kata Ten tadi.

"Hubungan mereka tidak akan pernah seperti dulu lagi sebelum kau membuat hubungan aneh itu putus"

Apa Ten hanya mengarang cerita agar semuanya lebih dramatis?

Oh ayolah, hidupku sudah penuh dengan drama selama ini. Aku ingin hidup didunia tanpa drama, tanpa tangisan, tanpa kesedihan.

Tapi aku sadar, tidak akan pernah ada kehidupan semacam itu.

"Tolong... selesaikan misimu dengan baik, maka kau akan menyelamatkan orang lain juga"

Otakku tidak bisa memecahkan ini semua, deretan kata itu terus melaju dikepalaku seperti kereta yang meninggalkan stasiun lalu kembali lagi.

"Ya!"

"...!"

"Kau masih memikirkan yang tadi?"

"Kau pikir dengan kata dramatis seperti itu membuatku melupakannya dengan mudah hah?"

"Jangan terlalu dianggap serius. Aku hanya berharap kau melakukan tugasmu dengan benar, kau bisa mendekati Taeyong, mencintainya, dan menjadikan dia bagian dari hidupmu. Tapi ada sesuatu yang harus kau lakukan dulu sebelum itu semua kau dapatkan"

"...?"

"Apa aku perlu menjelaskannya?"

"..."

"Baiklah baiklah, tentu saja mengembalikan hubungan Doyoung dan Heeyoung! Aku sudah muak"

Sebelum sempat kujawab, Ten langsung mempercepat langkah kakinya menuruni anak tangga yang tinggal beberapa buah lagi,

"Sampai jumpa lusa! Oh, kusarankan kau untuk terus bersama Taeyong ya! Itu akan mempersingkat waktu!"

"Apa maksudmu?!"

"Dada~~~"

"Sshhhh bocah sialan itu"

Ten selalu membuatku naik darah, walaupun bukan maksud yang sebenarnya. Dia orang yang menyebalkan tapi juga menyenangkan diwaktu yang sama. Aku merasa beruntung memiliki teman sepertinya,

"Seeeejiiiiinnnnn-aaaahhhh"

Oh tidak, bersiap untuk benturan.

"Kenapa kau menutup mata?"

Dia tidak melakukannya :)))) syukurlah

"Tidak. Lupakan"

"Berhasil?"

"Apanya?"

"Misimu. Kau lupa?"

"Ah, itu. Tidak, aku memang sudah berbicara banyak padanya tapi..."

"Tapi apa? Dia tidak suka?"

"Bukan begitu. Bolehkan aku jujur padamu?" Kududukkan diriku disalah satu anak tangga. Disertai Heeyoung yang duduk disatu tingkat dibawahku,

"Ya, tentu"

"Aku gugup saat didepannya"

Heeyoung membulatkan matanya, dia diam sejenak. Seakan tidak ada kata yang bisa dia ucapkan, Heeyoung hanya duduk disana menatap dedaunan yang terbang.

"Ya!"

"Jangan bilang kau mulai suka padanya"

"Tidak. Aku tidak bilang begitu kan?"

"Ini hanya sebuah misi Sejin-ah, tolong jangan gunakan perasaan jika kau memang tidak tertarik pada Taeyong"

"Tapi jika aku menyukainya, apa aku boleh menggunakan perasaan?"

Pertanyaan macam apa itu?! Apa yang baru saja kuucapkan?! Sejin?!

"Kau menyukainya?" Heeyoung kembali membulatkan mata, dengan senyuman licik sejenis milik Ten, dia menatapku dengan intens,

"Tidak"

"Ji Sejin!"

Aku bukan pejabat atau kepala perusahaan. Tapi selalu saja ada yang memanggil namaku seperti itu. Berasa jadi orang penting h3h3

"Dia datang dia datang. Ya! Rapikan rambutmu!" Heeyoung setengah berbisik.

"Apa? Kenapa?"

"Aahhh Lee Taeyong kau disini. Kebetulan aku sudah mau pergi, temani Sejin ya! Dia mau pergi ke toko buku. Aku ada keperluan sore ini, tolong ya"

Seakan tau apa yang akan Taeyong dan aku katakan. Heeyoung memperjelas kalimatnya.

Biar kuluruskan, aku tidak ingin pergi ketoko buku. Sudah itu saja,

"Ah, baiklah"

"Kau baik sekali~ sampai jumpa~ jaga Sejin ya~" suaranya mendayu-dayu. Itu me-- lupakan, aku tidak ingin mengatakannya.

Aku masih setia duduk disana sambil memandangi punggung Heeyoung yang semakin menjauh. Kulihat beberapa orang pria menyapanya dan Heeyoung tersenyum ramah pada mereka.

Dia memang gadis populer disini, jadi tidak heran kalau semua orang memperlakukannya bak putri raja.

"Kau mau ketoko buku?"

"..." aku tidak menjawab. Menunggu kalau-kalau Taeyong sadar jika Heeyoung sedang berbohong padanya. Sebagai mahasiswa psikologi, mungkin dia tau ciri-ciri jika orang berbohong.

"Lihat apa kau?"

"Apa kau tidak merasakan sesuatu?"

"Merasakan apa?" Taeyong masih berdiri ditempatnya, dengan kedua tangan yang dia masukkan kesaku celana jeans miliknya

Tunggu, tidak mungkin jika aku mengatakan "apa kau tidak tau kalau Heeyoung membohongimu tadi?"

Tidak tidak. Itu akan memperumit keadaan.

"Kurasa tingkat kecantikanku turun satu tingkat"

Sudut bibir pria tampan itu terangkat. Kembali memperlihatkan gigi-gigi yang kulihat tadi pagi.

"Apa itu lucu?" Kubuat ekspresiku sedatar mungkin, untuk sekedar menutupi kegugupanku sekarang.

"Plagiat!" Taeyong menekan pipi kananku dengan jari telunjuknya,

"Apa?"

"Lupakan. Kau mau ke toko buku kan? Ayo kutemani"

"...?"

"Jangan menyia-nyiakan kesempatan jalan berdua dengan pria tampan"

"Cih percaya diri sekali" cibirku seraya menyambut uluran tangannya,

"Hei! Kalau begini aku lebih tinggi darimu!"
"Tolong siapapun berikan dia kaca. Kau berada di dua anak tangga diatasku!"

Seakan tidak terima kalah tinggi dariku, Taeyong mencibir.

"Baiklah, baiklah. Ayo!"

♡♡♡

Normal? ▶ LEE TAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang