The Beginning

480 35 3
                                    

12.08 PM .

Bandara Internasional Incheon, Incheon. Korea Selatan.

Suara bising dan kesibukan beberapa orang di Bandara adalah hal pertama yang Kyuhyun lihat saat dia tiba di sana. Tubuhnya yang tinggi disandarkan di kursi tunggu yang terbuat dari besi, bibirnya yang merah beberapa kali menguap karena bosan menunggu meski suara musik yang keras dari headset pada kedua telingannya cukup menghibur. Dan ketika informasi mengenai pesawat yang akan mendarat dari Paris sampai dalam beberapa menit lagi, ia mau tidak mau membuka amplop di tasnya. Tidak ingin bersusah payah membuka perekat amplop itu, dengan sekali gerakan ia merobek bagian atasnya dan sedikit mengangkat alis begitu melihat wajah pada beberapa lembar foto di sana.

"Oh, Bukankah ini kebetulan yang menyenangkan."

Jiae baru saja sampai di Bandara Internasional Incheon saat tiba-tiba ia merasa pening di kepalanya. Bukan hanya karena jet-lag karena perjalanan yang jauh, tapi karena ia sama sakali tidak tidur semalaman. Ia mencoba mengistirahatkan matanya saat dalam pesawat, namun tetap saja tidak berhasil sehingga yang dia lakukan hanya menatap awan di jendela pesawat.

Ada sedikit rasa takut yang ia rasakan kini, mungkin karena kepulangannya kali ini bukan untuk melepas rindu pada orang-orang yang ia cintai, melainkan menjalani kehidupan baru. Dia jadi teringat saat beberapa jam lalu Keiko berjanji akan menjelaskan kepergiannya pada Changmin, sekali pun tidak dalam konteks seluruhnya karena ia sendiri tidak pernah mengatakan hal lain pada sahabatnya itu.

Membenarkan letak kaca mata hitam yang sengaja ia gunakan untuk menutupi mata sembabnya, Jiae berjalan perlahan keluar. Kepala Jiae berputar pelan dan tanpa bisa dicegah matanya langsung menangkap sosok pria berjaket abu-abu, baju putih bergaris menggunakan masker dan bertopi hitam yang berjalan ke arahnya. Pria itu mengangkat wajah yang sejak tadi ditundukan dan menatapnya dengan pandangan dingin, lalu meraih tangannya.

Jiae mengerejap kaget dan menyadari ia tidak mengenal sedikitpun pria yang kini menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Ya! Nuguseyo?"

Kesal karena tidak mendapat respon apapun. Jiae menghentakan tangannya kasar membuat pria yang sejak tadi menariknya untuk berjalan cepat berbalik. Dadanya bergemuruh tiba-tiba dan merasakan hentakan yang kuat saat mata hitam pria itu kembali menghujamnya dengan pandangan dingin. Tapi kali ini ia tidak ingin terlihat seperti gadis bodoh yang mau menuruti kemauan pria yang tidak dikenalnya. Ragu, Dia menarik lepas topi yang menutupi kepala pria itu hingga detik berikutnya, ia bisa mendengar umpatan kecil dari mulut pria di hadapannya.

"Sial! Apa kau gila?"

Jiae masih terdiam dengan mata lurus menatap pria di hadapannya yang kini sibuk menggunkan topi hitamnya kembali. Dan ia baru menyadari sesuatu.

Oh, tidak...

***

Flash back

09.10 AM.

IFA Paris Institute, Paris. Perancis.

Pagi yang cukup cerah di kota Paris saat itu seolah tidak membuat Jiae tampak bersemangat mengingat lelahnya dia menyelesaikan beberapa rancangan busana untuk fashion show yang diadakan kampusnya. Bahkan kali ini dia tidak melakukan rutinitas pagi harinya-melihat jajaran fashion studio dan butik merek terkenal: Chanel, Jean-Paul Gaultier, Saint Laurent, Dior dan sebaginya- saat dalam perjalanan ke kampusnya yang terletak di distrik kesepuluh Paris, sebuah distrik kaya akan mode terkenal.

Sesekali dia berhenti hanya untuk menarik napas panjang akibat lelah berlari dikejar waktu karena dia harus menyerahkan tugas rancangan ini tepat saat jarum jam menunjukan pukul 09.20 AM dan itu berarti tinggal 10 menit lagi!. Dia cukup bersyukur apartemennya tidak jauh dari stasiun metro Plaisance, sehingga bisa mengurangi kelelahannya dan ketika dia sudah bisa melihat bangunan megah kampusnya rasa lega memenuhi kepalanya, namun tidak sampai beberapa detik karena...

HOT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang