Mungkin ini terdengar konyol, menukar masa depanku hanya demi sebuah impian. Tapi keinginan ini tidak bisa kupendam.
Sehingga, aku menutup mata dan berjalan tanpa mengingat perjanjian dalam kertas itu.
Aku selalu mengingatkan diri untuk melepasnya...
Kyuhyun baru saja masuk ke rumah yang siang tadi dia datangi dan menemukan gadis itu-Shin Ji Ae-sudah berdiri di balik pintu dengan ke dua orang tuanya. Untuk alasan tertentu dia bisa melihat ada sesuatu yang berbeda dari penampilan gadis itu malam ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia bisa melihat dengan jelas mata coklat gadis itu, yang sebelumnya tidak dia perhatikan dan wajahnya terlihat lebih fress karena makeup tipis yang Ji Ae gunakan. Tidak hanya itu, tubuhnya terbalut indah dengan dress sederhana selutut berwarna ungu dipadu cardigan hitam yang diikat pada bagian tengahnya. Dia jadi berpikir jika Ji Ae tidak ingin repot-repot terlihat mengaggumkan di hadapannya atau ke dua orang tuannya seperti gadis-gadis lain yang pernah dekat dengannya.
Dan dia baru tahu beberapa hal tentang Ji Ae setelah makan malam mewah mereka beberapa saat lalu. Makan malam yang akhirnya memutuskan mereka akan tinggal bersama. Dia jadi ingin tertawa melihat ekspresi kesal Ji Ae begitu dia menyetujui usulan ayahnya dengan mata membulat sebelum akhirnya menatapnya tajam. Atau bagaimana dia tertegun melihat rona merah di wajah Ji Ae begitu ibunya memuji penampilanya malam ini.
Jadi, sejak kapan dia memperhatikan mimik gadis itu?
Kenapa dia merasa senang hanya karena membuat gadis itu kesal?
Mengapa dia begitu tertarik mengetahui makanan apa yang gadis itu sukai atau tidak sukai, saat melihat gadis itu tidak memakan makanan penutup manis yang disuguhi atau bagaimana gadis itu terlihat begitu menyukai makanan pedas?
Lebih dari itu, bagaimana bisa dia betah menatap wajah gadis itu tanpa ada rasa bosanan sedikit pun?
“Kyuhyun-ah,”
“Ne?” sahut Kyuhyun mendengar Shin Jiwon memanggilnya. Pria paruh baya yang duduk di sebelah Ji Ae itu menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya membuka suara kembali.
“Karena kalian belum saling mengenal jauh, kami memutuskan untuk melakukan beberapa kerja sama pemotretan majalah dan video klip barumu kali ini, Ji Ae akan menjadi modelnya. Dia orang baru di dunia hiburan, kuharap kau mau membantu dan mengajarnya dengan baik,” Jiwon diam, mengambil jeda untuk ucapannya dan menatap Ji Ae sekilas. Dia tahu jelas bagaimana Jiwon dalam dunia hiburan Korea. Pria paruh baya yang terkenal di kalangan fashion high class itu pintar membuat rancangan terbaru produk fashionnya laku di pasaran. Jadi, dia yakin pria yang kini menyandang setatus sebagai ayah mertuanya itu sudah memikirkan ini sematang mungkin.
Sedangkan ayahnya… dia tidak ingin lagi menuntut lebih, pria itu sudah cukup membuatnya menjadi seorang pecundang sejak dulu.
“Sekarang Ji Ae adalah tanggung jawabmu dan kami percaya jika kau dapat menjaganya dengan baik, Kyuhyun.”
Dia tahu Jiwon serius dengan perkataanya itu dan berharap lebih pada dirinya. Meskipun dia sendiri tidak tahu, apakah dia bisa diberikan kepercayaan secepat ini untuk menjaga seseorang yang baru dalam hidupnya. Namun, ekspresi Ji Ae saat mengangkat wajahnya dan menatap Jiwon dengan pandangan sendu membuat sebagian dari dirinya menyadari sesuatu.
