Chapter 9

4.8K 586 52
                                    

"Hermione sebenarnya ada apa denganmu?" tanya Ron yang mulai bosan, karena daritadi kekasihnya hanya diam sambil mengaduk-ngaduk pasta di hadapannya.

Hermione yang tersadar dari lamunannya segera menggeleng pelan.

"Kau sakit?"

"Tidak."

"Apa ada masalah?"

"Tidak juga."

"Lalu?"

Hermione kembali menggeleng. Ron hanya bisa mendengus dan melanjutkan makannya.

Akhir-akhir ini Hermione terlalu sering melamun. Entah saat mereka sedang kencan atau melakukan kegiatan santai lainnya. Saat ditanya Hermione hanya menggeleng.

Semua itu membuat Ron bingung sendiri. Ia sudah menyuruh adiknya, Ginny untuk membujuk Hermione menceritakan masalahnya, tapi sama saja. Hermione hanya menggeleng.

Hermione sendiri tidak tahu mengapa ia jadi seperti ini. Apalagi saat di Manor tingkat kegelisahannya menambah entah karena faktor apa, karena ia sendiri tak tahu.

Setiap kali ia melihat Draco, ia merasa seperti kehilangan seseorang yang sangat di sayanginya. Saat melihat si kembar, ia merasa seperti sayap-sayap kecilnya tumbuh, namun di saat bersamaan sayap-sayapnya rontok. Karena sebentar lagi Hermione Granger akan menjadi Hermione Weasley. Itu berarti ia akan melepas tanggung jawabnya untuk merawat kedua anak Draco Malfoy itu.

Sudah dibilang bukan, bahwa sebenarnya Hermione mencintai Draco? Tapi keadaan ini membuat kehidupan Hermione terasa jungkir balik.

Ingin rasanya saat itu ia menolak lamaran Ron, tapi ia merasa tak enak hati karena dilihat seluruh anggota keluarga Weasley yang selama ini sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri.

Tetapi saat ia memilih menerima lamaran Ron, beginilah konsekuensi pahitnya. Meninggalkan seseorang yang di cintainya.

Setelah selesai makan siang dan kenyang di restoran Muggle itu, walaupun Hermione merasa perutnya masih sama seperti sebelum makan tadi, karena ia hanya mengaduk-ngaduk pastanya. Ron segera mengajaknya ke The Burrow.

Sesampainya di The Burrow ia lansung di sambut dengan hangat oleh Molly, Arthur, Ginny, dan lainnya. Inilah faktor utama mengapa Hermione tak bisa menolak lamaran Ron.

Karena tak tega.

Tapi karena ketidak tegaan inilah yang membuat jiwa dan raganya seperti terbelenggu. Tekanan batin istilahnya. Tapi apa boleh dibuat? Nasi sudah menjadi bubur.

Kalau Hermione boleh memiliki time turnernya lagi, ia akan kembali ke masa saat George mengatakan bahwa Ron akan melamarnya dan sekali itu saja dalam hidupnya, ia akan mempercayai ucapan George dan tak menganggapnya sebagai lelucon.

Kalau saja, saat itu Hermione percaya pada George. Mungkin ia tak akan menghadiri pesta penyambutan Ron, dan takdir picisan seperti ini tak akan mampir dalam kehidupannya.

Ginny yang sedari tadi melihat kegelisahan Hermione segera menghampirinya dan mengusir Ron yang duduk di samping Hermione.

"Ini masalah wanita, jangan ikut campur." tukas Ginny.

"Dasar galak!"

Setelah itu Ron pergi meninggalkan Ginny dan Hermione. Lalu Ginny menengok ke kiri dan ke kanan, kemudian ke depan dan ke belakang, dan tak lupa juga melihat ke atas dan ke bawah untuk memastikan pembicaraannya dengan Hermione tak di sadap oleh Telinga Terjulur biadab buatan kakak kembarnya.

"Hermione, boleh aku tanya sesuatu padamu?"

Hermione hanya mengangguk.

"Kau bahagia?"

Hermione mengernyit, ia tak tahu ke mana arah pembicaraan mereka.

"Maksudku, kau bahagia dengan Ron?"

Hermione menunduk dalam, ia tak tahu harus menjawab apa. Ia masih memiliki perasaan dan mana mungkin menjawab 'Tidak' pada Ginny yang notabene adik Ron. Mungkin saja Ginny ikut sakit hati dan persahabatannya akan hancur saat itu juga.

"Jujur saja, Mione. Aku tak akan marah padamu. Ini soal perasaan, dan perasaan tak bisa di bohongi. Jangan membuat dirimu sendiri menderita."

Hermione menggeleng pelan, "Aku tak tahu, Gin."

"Kau tahu Hermione. Katakan saja yang sebenarnya padaktahu
Hermione tetap diam, tak bergeming.

Ginny memutar kedua bola matanya bosan, "Kau mencintai Ron?"

"Pertanyaan macam ap—"

"Sudah kubilang jujurlah! Jangan membohongi dirimu sendiri!"

"Tidak." jawab Hermione pelan.

"Sudah kuduga. Kalau begitu, kau mencintai Malfoy?"

"Ya." tiba-tiba saja jawaban itu terlontar dari mulut Hermione.

"Kalau kau mencintai Malfoy, mengapa kau menerima lamaram Ron?"

Akhirnya Hermione menceritakan segalanya, yang selama ini dipendamnya dalam-dalam. Dan baru Ginny-lah ia mau bercerita segalanya.

"Maaf, Hermione. Untuk kali ini aku mengataimu bodoh! Sangat bodoh, malah!"

Hermione hanya diam menatap Ginny.

"Kau berpikir, kami akan memusuhimu karena menolak lamaran Ron? Coba kau pikir lagi Hermione. Kami sudah menganggapmu sebagai keluarga sendiri, dan menolak lamaran Ron tak akan jadi masalah. Mom, Dad, dan lainnya juga tahu kalau masalah perasaan dan cinta tak akan pernah bisa dipaksakan. Situasi rumit ini terjadi hanya keranamu, Mione." omel Ginny panjang lebar.

"Tapi Ron—"

"Ya, dia memang mantan kekasih sekaligus sahabatmu. Sebenarnya saat melamarmu dia tak begitu mencintaimu, karena dia baru saja putus dengan pacarnya yang di Amerika sana. Ron melamarmu, karena umurnya yang sudah cukup dan karena kau adalah orang yang kenal dekat dengannya."

"Apa!?" jawab Hermione tak percaya karena ia telah dijadikan pilihan terakhir.

"Karena kau menerima lamarannya, Ron jadi mencintaimu lagi. Dan akan sangat sulit memutuskan hubungan di saat salah satu pihak cintanya bersemi lagi. Apalagi dia mantanmu, Mione."

Oh Merlin! Ginny benar! Di sini ia yang ceroboh. Dan dirinya sendiri yang membuat masalah ini semakin rumit.

Lebih rumit dari konstelasi bintang di angkasa sana.

Apa yang harus dilakukannya? Apakah Draco masih mencintainya?




Tbc
Langsung aku update aja, soalnya ini tab ku pas ga error.
Error kenapa thor?
Kalau kalian tanya itu mending baca ff ku satunya My Enemy is My Love bagian Pengumuman!
Ntar juga tahu
Maaf juga kalau typo bertebaran 😂

Salam cinta,
EkaFebi_Malfoy27

A New WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang