Chapter 15

4.7K 563 186
                                    

Masih ingat judul karangan Harry yang berjudul 'Seekor Malfoy Pembawa Dendam Kesumat Sang Harry Potter'? dan batin Harry yang berkata kalau ia bersumpah akan menyuruh Malfoy menikahi Hermione sesegera mungkin saat mereka telah bertemu?

Tapi kenyataannya Harry masih bingung. Kalau ia menyuruh Malfoy segera menikahi Hermione saat mereka bertemu, itu sama saja dengan datang di pernikahan sahabatmu yang terburuk. Pasalnya kalau sesegera mungkin itu berarti tanpa undangan, tanpa gaun, tanpa bunga, tanpa dekorasi pernikahan yang romantis, dan yang pasti tanpa cincin.

Jujur, Harry tak mengharapkan pernikahan sahabat perempuannya seburuk itu.

Lagipula Malfoy mana mau menikah tanpa disaksikan wartawan. Kalau tidak ada wartawan berarti pernikahannya tidak tenar karena tidak muncul di koran-koran terkenal seperti Daily Prophet dan Quibbler. Kalau sudah tidak tenar itu sama saja dengan menghancurkan harga diri seorang Malfoy.

Kira-kira begitulah pikiran Harry. Jadi, ia mencabut rencana untuk menyuruh 'Malfoy menikahi Hermione sesegera mungkin saat mereka telah bertemu'. Tapi tenang saja, karangannya yang berjudul 'Seekor Malfoy Pembawa Dendam Kesumat Sang Harry Potter' masih aman.

Akhirnya mereka telah sampai di perkebunan Stroberi dan ladang Gandum yang luas. Mereka tadi sempat bertanya pada warga sekitar tentang alamat yang ditujukan pada mereka. Dan menurut informasi seseorang yang baru pindah kemarin membeli rumah paling besar bercat biru dengan pekarangan yang luas tanpa pagar.

Lalu, mereka berjalan mencari rumah yang diinformasikan oleh warga sekitar. Jalan disana cukup lebar, diapit oleh kebun Stroberi di kanan dan ladang gandum di kiri. Banyak pengendara sepeda yang berlalu lalang. Kendaraan bermotor sama sekali tak terlihat disini. Apa mungkin ini termasuk desa?

Tapi, desa ini termasuk pemukiman yang padat. Banyak rumah-rumah menjulang dengan tingginya. Hanya saja di setiap rumah tak terlihat satu pun kendaraan bermotor, alih-alih motor atau mobil, di pekarangan mereka malah terdapat beberapa sepeda dengan berbagai bentuk yang aneh. Yah, mungkin ini ciri khas mereka.

"Apa ini rumah Malfoy?" tanya Ginny.

Ya. Mereka telah sampai di rumah paling besar, bercat biru, pekarangan luas, dan tanpa pagar. Awalnya mereka ragu, namun akhirnya mereka yakin setelah melihat Lyra dan Rhea bemain ayunan sambil memakan buah Stroberi di depan pekarangan rumah.

Mereka tersenyum bersamaan, tak terkecuali Apollo dan Ayahnya. Mereka ikut merasakan kebahagiaan ini.

Perjalan mereka tidak sia-sia.

"Lyra! Rhea!" panggil Hermione bersemangat sambil berlari ke arah si kembar. Tak lama kemudian Ron, Harry, Ginny, Apollo, dan Mr.Baugkcendraf menyusul.

"Bibi Hermione!" ujar si kembar bersamaan.

"Akhirnya kalian datang." ujar Lyra senang.

"Tentu saja! Ini kan berkat aku." sela Apollo sambil menunjukkan ekspresi angkuhnya.

Mereka semua terkikik geli.

Lalu Rhea berjalan mendekati Apollo dan berkata, "Kau tak cocok dengan ekspresi angkuh itu—" ia menyentuh kedua sudut bibir Apollo dan menariknya ke atas, "—Nah, seperti ini baru cocok!"

Oh, Apollo berharap semua orang di sana tak melihat rona merah yang menjalari pipinya. Terutama Lyra yang memicingkan matanya berpura-pura curiga, dan seolah-olah mengatakan pada Apollo tanpa suara 'Kau suka pada saudariku, eh? Kalau iya langkahi beberapa rintangan dulu'.

"Kau!" geram seseorang di pintu rumah bercat biru itu.

Orang itu memiliki perawakan yang tinggi, dagu runcing, hidung mancung, kulit putih pucat seperti mayat, gaya angkuh bak bangsawan, dan rambut pirang platina yang sama seperti rambut Lyra dan Rhea. Apollo berpikir sejenak, apa dia Ayah si kembar?

A New WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang