Five

1.7K 87 1
                                    

Yna POV

Aku membuka mataku perlahan mengingat apa yang baru terjadi padaku. Hanya bentakkan seseorang yang bersarang di kepalaku. Ku kedipkan sekali mataku, mengumpulkan semua nyawaku. Tarik nafas, buang nafas, Tarik nafas-ada apa di perutku. Berat. Ada nafas seseorang di atas kepalaku, dada yang naik turun disampingku. Dan tangan kekar itu yang ada di perutku. Buang nafas. Perlahan aku melepaskan tangan kekar itu dari perutku. "Eung.." telinga ku sangat dekat dengan dadanya em, melebihi dekat malah menempel di dadanya. Jantungnya berdetak normal, seperti biasa orang sedang tidur. Namun, tiba-tiba menjadi cepat bahkan sangat cepat. Kenapa dia? Apa nyawanya sedang di cabut?

"Kau sudah bangun?" suaranya serak, siapa dia? Al? Al-

"Kau dengar detak jantungku, sangat cepat bukan?" Aku masih berusaha untuk diam.

"Ini semua karnamu." apa? karnaku?

"Karna kau didekatku, inilah yang terjadi padaku." apa maksudnya?

"A-aku ingin mandi, jadi... lepaskan, lah"

"Biarkan begini dulu, lima menit saja."

"Tapi-"

Grrrrm.

Aku mendengar suara geraman serigala di tubuhnya. Dia semakin mempererat pelukannya membuatku sangat sesak.

"Baiklah, tapi jangan terlalu kuat, aku sesak." dia terkekeh. "Ale!"

"Alen."

"Tapi aku ingin memanggilmu Ale."

"Kenapa?"

"Dari pada Alen, terdengar seperti Alena."

"Baiklah, kenapa kau memanggilku?"

"Kenapa kau tidak mengizinkanku untuk pulang." terlihat rahang Ale mengeras, apa dia akan marah lagi? Aku langsung memeluk Ale. Rasa simpatiku mulai muncul padanya.

"Aku tak ingin kehilanganmu lagi." jawaban simple itu membuat pipiku memerah.

"Ya sudah, aku ingin mandi." dia tersenyum jahil.

"Mau aku mandiin?"

"MESUM!!" dia langsung melepaskan tanganya dan aku melesat ke kamar mandi.

👑👑👑

Kini aku sudah mandi dan memakai dress warna biru muda. Ku geraikan rambut sepinggangku. Selesai itu aku keluar dari kamar ini. Mungkin ini pertama kalinya aku keluar dari kamar dan apa yang saat ini kulihat. Sangat menakjubkan. Tepat di depan pintu terdapat bundaran yang dihiasi lampu kuning. Cocok sekali dengan warna tembok putih ini. Kurasa ini bukan sebuah rumah. Namun, istana. Aku berjalan menelusuri bundaran itu dan. WAW. Tangga yang menghubungkan ke lantau dasar. Ini sangat megah. Banyak pelayan yang berlalu lalang.

Rumah ini benar-benar besar.

"Hei, kau sudah keluar, ayo kita sarapan."

Suara itu, Ale. Saat ku berbalik dia telah berganti baju dengan baju santainya. Aku menyunggingkan senyun padanya.

"Ayo!"

Dia berjalan sambil menggandeng tangan ku, sungguh nyaman.

Sampai didepan meja makan sudah terdapat makanan yang sangat banyak, menjejer di atas meja makan.

"Ale, apa kau yakin akan makan sebanyak ini."

"Ya, jika kau kelaparan."

Aku terkekeh, lagipula aku memang lapar. "Ale, apa rumah sebesar ini hanya dihuni oleh mu?"

"Ya, hanya aku. Tapi sekarang ada kamu yang menjadi pendampingku." jawaban Ale membuat pipiku memanas. Aku, gadis yang hidup sebatang kara bisa menjadi pendamping seorang pangeran dan tinggal di istanannya. Apa itu mungkin?

"Pipimu merah."

"Hah?!"

"Hahahahahaha. Kau lucu sekali mari sini."

Aku pun menurut, ternyata dia mendudukkanku di pangkuannya, dan melingkarkan tanganku di lehernya. "Kita makan biar aku suapi." lagi-lagi aku mengangguki peritahnya. Ale mulai menyuapi ku sambil bergatian menyiuapi makanan ke mulutnya. Sumpah, mata ku tak henti-hentinya mendambakan sosok di hadapanku ini. Mata bulat, hidung mancung, rahang kokoh, alis tebal, dan bibir yang sedang mengunyah makanannya.

"Sweety!"

Baru ku sadari, warna mata biru laut yang sangat indah. Aku sangat terpesona dengannya.

"Sweety."

Kulihat lagi bibirnya yang terus memanggilku dengan sangat lembut.

"Sweety."

Aku sedikit terkejut, matanya berubah menjadi hitam pekat. Bagaimana bisa dia berubah seperti ini.

"A-ale, ma-matamu!"

Tbc.

Yeh, baru uplod lagi, kemarin2 gak bisa lepas dari cerita MHLY jadi baru sempet selesein sekarang.

Thank for reading story me!

Love😘😘😘

Mate Is LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang