Chapter 2

3.3K 579 26
                                    

Wonwoo membuka pintu di depannya dengan sangat perlahan. Matanya mengitari ruangan yang terasa asing di retinanya. Tidak ada cat berwarna putih gading seperti kamarnya yang dulu. Yang ada, kamar beragam warna. Dihiasi beberapa karakter kartun di dindingnya.

Kaki mungilnya melangkah masuk. Mendekati ranjang yang berbeda dengan miliknya dulu. Tidak ada ranjang bersusun berwarna coklat. Yang bisa ia lihat, ranjang berukuran sedang berwarna putih. Dengan bed cover bergambar mobil-mobilan.

"Kau suka? Aku yang memilih semuanya." Soonyoung tiba-tiba muncul di sampingnya. Membawa bantal bermotif serupa dengan bed cover.

"Milikku juga sama dengan milikmu." Ia menunjuk bantal di pelukannya. Menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri begitu riangnya.

"Kau suka tidak?" tanyanya sekali lagi karena Wonwoo belum kunjung menjawab.

"Aku suka. Tapi... aku lebih suka tidur dengan Mingyu dari pada sendiri."

Mendengar kalimat Wonwoo, Soonyoung memasang wajah masam. Bantal yang ia peluk, langsung ia campakkan begitu saja. Membuat bocah di depannya tersentak.

"Jangan ucapkan nama Mingyu lagi. Sebagai gantinya, aku yang akan tidur bersamamu. Ayo kita ke bawah!" Soonyoung berniat mengajak Wonwoo beranjak. Tapi Wonwoo bergeming di tempatnya.

"Kemana?" tanyanya.

"Bertemu appa dan eomma. Tadi kita janji akan ke bawah setelah melihat kamarmu."

"Bertemu ahjussi dan ahjumma?" ucap Wonwoo lirih. Ia kembali mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar. Masih terasa asing dan begitu berbeda.

"Salah!" Soonyoung menggeleng tidak setuju.

"Mulai saat ini, panggil appa dan eomma dengan appa dan eomma juga. Aku akan berbagi appa dan eomma denganmu. Jadi appa dan eomma-ku juga appa dan eomma-mu Wonwoo-ya. Aku akan membagikan padamu apapun yang aku miliki."

Meski Soonyoung mengucapkan dengan begitu semangat, diiringi senyum cerah di wajahnya, tidak membuat Wonwoo merespon. Tidak ada senyuman maupun jawaban. Hanya diam memandangi wajah Soonyoung dalam diamnya.

"Ayo!" untuk kedua kalinya Soonyoung menarik tangan Wonwoo. Kali ini bocah itu tidak menolak. Hanya diam mengikuti langkah kaki bocah di depannya.

.

.

Mingyu membaringkan tubuhnya di ranjang dengan memeluk bantal. Tidur menyamping dengan mata berkedip lemah. Dalam diam, air matanya terus turun membasahi pipinya. Ia menolak makan dan berinteraksi dengan yang lain.

Bocah berusia delapan tahun itu tidak meraung-raung. Justru semakin membuat para pengurus panti merasa sedih. Selama ini, Mingyu tidak pernah semurung ini. Meski ia hanya mau bermain dan tertawa bersama Wonwoo, tapi mereka bisa melihat semangat di mata bocah itu.

Kedua matanya terlihat bengkak karena terlalu lama menangis. Tapi ia tidak melakukan apapun. Karena meski ia menyeka air matanya, liquid bening itu akan terus meluncur dengan mudahnya.

Matanya yang mulai tampak sayu memandangi boneka kayu di sampingnya. Mereka sama-sama ditinggalkan. Tapi boneka kayu itu tidak akan menangis sepertinya. Tidak akan merasakan kesedihan seperti yang ia rasakan.

'Minggoo, kau harus menemani Mingyu. Jangan biarkan dia sendiri. Carikan teman yang baik untuknya supaya Mingyu tidak kesepian. Katakan pada Mingyu untuk tidak menangis lagi.'

CandleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang