"Soonyoung-ie."
Wonwoo yang tengah duduk dan menahan kantuknya terkejut. Tiba-tiba orang tua Soonyoung muncul dengan tergesa. Lelah dan khawatir terpampang jelas di wajah sepasang suami istri itu. Perjalan jauh yang menyita waktu membuat keduanya datang terlambat ke rumah sakit.
"Anakku."
Wanita itu tidak kuasa menahan tangisnya. Anaknya tengah terbaring lemah dengan peralatan terhubung ke tubuhnya.
"E-Eomma," ucap Soonyoung lemah.
"Iya sayang. Eomma di sini." Bocah itu tersenyum. Melupakan keadaannya yang membuat semua orang khawatir.
"KAU ...."
Tuan Kwon menggeram marah yang membuat Wonwoo berjengit. Ia menunduk takut. Tidak berani menatap laki-laki yang tengah menatapnya tajam. Ia tahu letak kesalahannya. Membuatnya hanya diam dan menunduk.
"...appa sudah katakan jangan—"
"Appa jangan memarahi Wonwoo."
Seketika tuan Kwon menghentikan kalimatnya. Memutar tubuhnya dan memandang Soonyoug yang mencoba bangun dari tidurnya.
"Kau tidak boleh banyak bergerak sayang," ucap ibunya khawatir. Tapi Soonyoung tetap memaksakan untuk duduk.
"Wonwoo tidak salah. Jangan memarahi Wonwoo. Kami yang terlalu asyik bermain sampai lupa waktu."
Wonwoo menunduk dengan perasaan campur aduk. Bukan kali ini saja Soonyoung berbohong untuk menolongnya. Setiap kecerobohannya yang membuat Soonyoung sakit, Soonyoung akan membelanya. Tersenyum seperti biasa seolah tidak terjadi sesuatu.
Soonyoung terlalu baik padanya. Bocah itu juga begitu menyayanginya. Apapun yang bocah itu miliki, ia akan membaginya dengan Wonwoo. Bahkan ketika tuan Kwon membelikan satu maianan baru, Soonyoung tanpa berpikir panjang langsung menyerahkan padanya.
Soonyoung tidak pernah memaksanya ini dan itu. Bahkan Soonyoung selalu berusaha melakukan apa yang Wonwoo suka. Selama ini, Soonyoung hanya memintanya untuk tidak menyebut Mingyu. Namun menurutnya ia terlalu jahat. Lagi-lagi ia menyebut Mingyu dengan semangatnya sampai membuat Soonyoung kembali terbaring.
.
.
Seminggu setelah Soonyoung dinyatakan sehat, justru Wonwoo yang terbaring lemah. Anak itu demam karena kurang istirahat. Terlalu lama menunggu Soonyoung di rumah sakit tanpa mau memejamkan matanya.
Ibu angkatnya sudah mendatangkan dokter. Ia sudah makan dan meminum obatnya. Tinggal menunggu obatnya bekerja dan membuatnya tertidur.
Di sebelahnya, Soonyoung duduk dengan bersila. Di tangannya sebuah buku dongeng dengan sampul bergambar kerajaan lengkap dengan raja dan ratunya. Sesekali tangannya bergerak mengganti kompres di dahinya.
Soonyoung menolak saat ibunya yang akan mengompres Wonwoo. Memaksa melakukannya sendiri dan meminta semuanya keluar dari kamar.
"Akhirnya pangeran bisa bersatu dengan permaisurinya walau mereka sudah terpisah sangat lama." Soonyoung mengakhiri ceritanya tanpa menutup bukunya. Tetap memandangi gambar di buku dengan penuh minat.
"Mereka hebatkan Wonwoo-ya? Walaupun sudah lama berpisah, jarak yang sangat jauh, tapi tetap bisa bertemu kembali."
Wonwoo tersenyum dan mengangguk. Dan berakhir menyesali perbuatannya karena kepalanya terasa semakin pusing.
"Apa ini yang namanya keajaiban seperti yang eomma katakan waktu itu?" monolog Soonyoung. Ia mencoba mengingat cerita sang ibu tentang sebuah keajaiban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candle
FanfictionCOMPLETE - Wonwoo adalah cahaya di kehidupannya yang ia butuhkan. Tapi ia tidak tahu siapa yang menjadi lilin dalam hidup Wonwoo. Karena ia tahu tidak hanya dirinya yang pernah ada di dalam hidup pemuda berkulit putih itu.