Chapter 03

55 11 2
                                    

"Eh anjir, ngapa cuma di read?" batin Fiona.

Pukul 05:00

Alfin Putra A. : Eh sorry ya baru bales. Tadi malem hp nya lowbat, lupa mau bales.

Fiona Eveline : kirain udah mati
[Delete]

Fiona Eveline : gapapa sama gue mah kak, selo aja :)
[Read]

"Tukan cuma di read, jadi cowo ga peka amat sih" gumam Fiona.

------------------------------------------------------

"Teng, saat nya jam ke satu dimulai"

Semua gelak tawa dan kegiatan yang sedang dilakukan semua siswa terhenti. Mereka menuju ke kelas mereka masing-masing dan berdoa.

"Eh ran, lo gak marah kan, gua nerima Kak Alfin?" tanya Fiona sambil merangkul sahabatnya itu.

"Ya enggak lah bego, kan gua yang nyuruh" jawab Arin sambil memutar bola matanya.

"Apasih yang enggak buat lo Fi, cowo doang mah ga masalah, sahabat yang paling penting buat gua" batin Arin.

Kegiatan sekolah hari ini berjalan seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada yang berubah.

^^^^^^^^^^

"Teng"

Bel sekolah berbunyi tanpa aba-aba, lain seperti bel pergantian jam pelajaran, menandakan sudah waktunya pulang sekolah.

"Rin, pulang bareng yuk"

"Kan lu dah punya pacar p'a"

"Terus?"

"Pulang bareng pacar lo lah"

Fiona hanya terdiam. Ini hari pertama mereka berpacaran. Apa harus sampai mengantar pulang?. Itulah yang ada dipikiran Fiona saat ini.

"Udah sana." Arin mendorong Fiona ke arah Alfin. Fiona hampir terjatuh dihadapan Alfin.

Alfin sedang membawa tugas yang ingin ia taruh di ruang guru. Tangannya penuh. Karena itu ia hanya menyaksikan Fiona jatuh di depannya.

"Fi, ngapain lo disitu?" tanya Alfin dengan polosnya.

Fiona merasa kesal. Ia mencoba mengendalikan napasnya yang terengah-engah karena merasa kesal. Tanpa berpikir panjang, Fiona langsung berlari meninggalkan Alfin dan Arin.

Arin yang juga menyaksikannya pun ikut merasa kesal.

"Apa-apaan ni cowok, pacarnya jatoh di depannya aja kagak di tangkep, gak ditolongin lagi" batin Arin.

Arin yang sudah tidak tahan menahan rasa kesalnya pun. Mengatakan pada Alfin bahwa yang dilakukannya itu salah.
Namun Alvin justru berkata

"Lah kan tangan gua penuh gini"

"KAN BISA LO TARO ATAU LEMPAR TU BUKU" ucap Arin dengan lantang dan penuh amarah.

Alfin yang mendengarnya pun mencoba sabar. Ia meletakkan buku yang sedang ia bawa itu ke meja yang berada di sebelahnya dan duduk diatas meja dengan pesonanya itu, lalu mengatakan..

"Coba lo pikir pake logika, kalo gua lempar tu buku, terus gua nangkep si Fiona, bukunya bakal nimpa kepala kita berdua, kan jadi lebih parah"

Apa yang Alfin katakan ada benarnya. Tapi Arin tidak mau kalah.

"Ya seenggaknya lo tanyain lah kabarnya, sakit atau enggak, mau ke uks atau enggak"

"Yaelah jatoh gitu doang mau ke uks" jawab Alfin santai.

Kata-kata itu membuat Arin makin geram ia pun mengatakan..

"Dasar cowo ga peka!!"

Lalu pergi meninggalkan Alvin dengan buku-buku itu.

Alfin hanya melirik punggung Arin yang terlihat semakin menjauh lalu ia menaikkan kedua pundaknya dan kembali menjalankan tugasnya sebagai ketua kelas.

-----------------------------------------------------

Diperjalanan pulang, Alfin sama sekali tidak memikirkan perasaan Fiona, ia mengendarai mobil menuju rumahnya ditengah hujan.

Saat berhenti di lampu merah dekat sekolah. Alfin melihat seorang gadis sebayanya yang mengenakan seragam sekolahnya.

"Siapa itu? Kayaknya gua pernah liat deh" batin Alfin.

Alfin meng-gas mobilnya perlahan-lahan, sedikit demi sedikit mendekati gadis itu.

"Fiona?" gumamnya.

Menyadari ia adalah Fiona, Alfin langsung menepikan mobilnya dan mengambil payung dari bagasi mobilnya itu dan mandekati Fiona.

"Fi, ngapain? Pulang bareng gua yok"

"..." tidak ada jawaban dari Fiona, ia hanya tetap berjalan dengan seragam putih abu-abunya yang sudah basah itu.

Alfin menarik pergelangan tangan Fiona yang membuat tubuh Fiona menabrak Alfin yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari Fiona.

"Kamu kenapa sih? Kamu marah? Oke, aku minta maaf"

Alfin mengucapkannya dengan begitu halus, walaupun Fiona tidak melihat mata Alfin terlalu jelas, ia bisa melihat samar-samar bahwa tatapan yang Alfin berikan sungguh tulus. Semua hal yang membuat Fiona marah terlupakan begitu saja olehnya.

Alfin menggenggam tangan Fiona dan membawanya masuk ke dalam mobil. Diperjalanan, Alfin atau Fiona tidak mengucapkan sepatah kata pun.

------------------------------------------------------

Esoknya di sekolah...

"Fi, gue minta maaf ya?" ucap Arin dengan rasa penyesalan.

"Minta maaf buat apa? Ngedorong yang kemaren," ucap Fiona.

"Hahaha, gitu aja Rin, selow sama gua mah" lanjut Fiona.

"Ok deh, sebagai rasa bersalah gua, hari ini gue traktir lo"

"Sipp dah" seru Fiona sambil mengacungkan dua jempolnya ke arah sahabatnya tersebut.

------------------------------------------------------

Pukul 20:45

Fiona sedang berbaring santai di atas tempat tidurnya sambil membaca sebuah novel. Tiba-tiba handphonenya bergetar. Ia melipat ujung kertas pada halaman yang baru ia baca dan segera mengecek ponselnya tersebut.

Alfin Putra A. : Fi, besok kan Sabtu, jadi libur, temenin gue jalan ya?

"Anjir, apaan ni? Ngajak jalan, shit lah, soal yang kemaren, baper gua belom ilang jir" batin Fiona.

Fiona Eveline : Kenapa kak, kok tiba-tiba?

Alvin Putra A. : gue biasanya kalo weekend jalan sama temen-temen gua, tapi mereka lagi pada sibuk semua, jadi ya... Gue ajak lo aja.

Fiona Eveline : oke, tapi ada syaratnya.

Alfin Putra A. : Lah gua yang ngajak kok lo yang ngasih syarat :v

Fiona Eveline : gamau nih? Yaudah.

Alfin Putra A. : iya iya apaan? -.-

Fiona Eveline : kita harus datengin tempat-tempat yang gue mau.

Alfin Putra A. : Siap tuan putri!

Fiona Eveline : ih apaan dah, lebay bener.

Alfin Putra A. : iya, eh besok kita ketemuan di Sakura Mall jam 13:00 ya?

Fiona Eveline : oke.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang