Chapter 08

53 9 3
                                    

Kulihat Fiona mulai menjauh pergi ke dalam rumahnya.

Line!

Alfin Putra A.

Nyet, cewe gw
gimana?

Sampe dengan
selamat kok nyet.

Gak lo apa-apain
kan?

Yakali gw berani.
[ read ]

Lihat, dia peduli dengan Fiona kan? Lalu kenapa aku malah sangat kesal?

Aku makin penasaran.
"Bukankah google tau segalanya?"

Aku mengutak-atik handphoneku.

"Pertemanan antara pria dan wanita serta perasaannya." ketikku di kolom pencarian.

Aku memilih salah satu website dan membukanya.

...pertemanan antara lelaki dan wanita tidak mungkin salah satu dari mereka tidak mempunyai rasa satu sama lain, hal itu wajar karena sudah merasa nyaman satu sama lain....

"Apa-apaan ini?!" batinku.

Tidak mungkin 'kan aku menyukai Fiona. "Arrgh, aku pasti sudah gila." batinku sembari mengacak-acak rambutku.

Aku pun langsung melajukan motorku untuk pulang ke rumah.

--------------

Kulihat mobil ferrari hitam terparkir di garasi rumahku. Ya, itu adalah mobil ayah. Dulu, setiap aku melihatnya, aku akan langsung berlari ke dalam rumah untuk menemui ayah. Lalu sekarang? Melihatnya saja membuatku mual. Kenapa dia tidak pergi saja dengan wanita-wanita simpanannya itu?

Aku memasuki rumah dengan raut wajah masam.

"Rion." panggil pria itu.

Aku hanya meliriknya beberapa detik lalu pergi ke kamarku.

Dia bahkan tidak pantas menyebut namaku.

Seperti biasa, aku akan berdiam diri dikamar hingga jam makan malam. Entah itu bermain game, gitar, streaming vidio balap motor, atau hanya melamun. Yang pasti aku tidak ingin keluar dan melihat wajah mereka berdua.

Bahkan aku pum tidak memakan masakan ibuku. Dia tidak pernah memasakkan makanan untukku semenjak kakek tiada.

Hanya masakan pembantu atau masakan restoran yang aku makan selama ini. Lagi pula aku juga tidak mau dimasakkan olehnya.

Tok tok tok.

"Tuan muda, makanannya sudah siap tuan." ujar salah satu pelayan.

"Ya, aku akan turun sebentar lagi." jawabku.

Aku menuruni tangga perlahan-lahan. Dari atas sini, aku melihat meja makan besar itu hampir penuh oleh makanan.

"Aduh... Bi, kan sudah saya bilang, yang makan cuma saya, jangan banyak-banyak. Kalo gini kan jadi kaya kebuang makanannya." omelku pada bibi yang memasak makanan.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang