Chapter 05

50 10 2
                                    

Tidak peduli. Itulah yang ingin Fiona rasakan saat ini. Namun, bagaimana bisa ia tidak peduli saat semua siswi menatapnya sinis. Yah, tatapan sinis itu tidak bertahan lama saat Arin mulai memelototi satu per satu siswi itu.

"Thanks rin" bisik Fiona kepada Arin yang di balas acungan jempol oleh Arin.

"Lo ngapain duduk disini?" bisik Fiona kepada Rion.

Rion hanya menatapnya sebentar, lalu kembali memperhatikan guru yang sedang mengoceh tidak jelas itu.

"Lo ngapain duduk disini?!" ulang Fiona yang mulai geram. Tapi, tetap saja dia tetap berbisik ketika mengucapkannya.

"Ssttt"

Rion menutup mulut Fiona dengan jari telunjuknya itu, lalu tersenyum, senyum yang akan melelehkan hati setiap wanita.

Fiona hanya diam dan mengikuti pembelajaran.

--•--

Bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Siang ini sinar matahari sangat terik. Fiona duduk di halte depan sekolah. Menunggu bis yang akan ia naiki untuk pulang.

"Duh mana sih, tumben gak ada bis" keluh Fiona sembari mengibas-ngibaskan tangannya.

Hari ini Alfin tidak bisa mengantar Fiona karena sedang mengikuti pertandingan basket di sekolah lain.

"Gak pulang?"

Suara itu sangat asing bagi Fiona. Tapi, ia merasa seperti pernah mendengarnya.

"Hei, gua di kacangin nih?"

Seorang laki-laki duduk disampingnya. Alfin? Tentu saja bukan.

"Rion? Ngapain lu disini" ucap Fiona agak kaget.

"Lu gak pulang?" tanya Rion.

"Nunggu bis"

"Hahahaha" Rion tertawa hingga meringkuk, itu membuat Fiona sangat kesal.

"Lo nunggu bis? Hari ini mana ada bis" lanjut Rion.

"Loh kenapa?" tanya Fiona kebingungan.

"Hari ini kan sopirnya pada demo" jelas Rion.

"Yaudah deh, gua jalan aja" ucap Fiona sambil beranjak dari tempat duduknya bersiap-siap untuk pergi.

Rion menarik tangannya. Dengan wajah cueknya tentu saja.

"Bareng gua aja"

"Gausah makasih, gua jalan aja" ucap Fiona dengan senyum paksa.

"Sepanas ini?"

Fiona menatap ke langit. Ya, memang sangat panas.

"Oke deh, gua sama lo," pasrah Fiona.

"Eh tapi, naik apa, kan lo belum 17 tahun, belum ada SIM" lanjutnya.

"Who cares?"

Sebenarnya, Fiona tidak ingin pulang dengan Rion, tapi bagaimana lagi? Tidak mungkin ia berjalan sejauh 8 km di tengah teriknya sinar matahari.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang