BAB 1

65 21 22
                                    

 "Kenapa kamu terlambat?" tanya Pak Doni, guru bimbingan dan konseling SMA Tunas Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Kenapa kamu terlambat?" tanya Pak Doni, guru bimbingan dan konseling SMA Tunas Bangsa. "Saya tadi nggak dapet bus, Pak" jawab seorang siswi yang notabenenya adalah murid yang cukup pintar dan disayangi guru di sekolah.

 "Kamu bangun jam berapa?" tanya Pak Doni melanjutkan kegiatan interograsinya. "Jam setengah 7, Pak", jawab siswi tersebut disertai cengiran.

 "Baiklah. Stephannie, sebagai hukuman karena kamu terlambat, sekarang kamu bersihkan laboratorium matematika dekat gudang di lantai dua," putus Pak Doni.

 "Ba––baik, Pak. Kalau begitu saya permisi."

 Stephannie berjalan menelusuri koridor menuju anak tangga yang akan membawanya ke lantai dua. Stephannie melihat-lihat keadaan sekitar, memutar kepala ke kanan lalu ke kiri. Namun, tidak ada orang yang berlalu lalang.

 Mungkin mereka sedang berada di kelas masing-masing karena ini sudah lebih dari jam masuk sekolah. Ia lalu melirik jam tangan aeropostale berwarna mint yang melingkar ketat di pergelangan tangan kirinya. Jam 7 lebih 41 menit, itu berarti jam pelajaran pertama sudah akan selesai.

🌸🌸🌸

 Laboratorium matematika. Di sini Stephannie sekarang. Laboratorium kumuh yang sudah lama tak dipakai. Entah sudah berapa abad tak dipakai. Stephannie bahkan baru menyadari bahwa ada laboratorium matematika di dekat gudang di lantai dua ini. Padahal, sudah hampir 3 tahun ia bersekolah di sini. Apakah dia yang tidak terlalu mengacuhkan keadaan sekitar atau bagaimana?

 Stephannie memutar pelan knop pintu laboratorium matematika kemudian setelah pintu sudah sepenuhnya terbuka, Stephannie melepaskan tas ranselnya lalu menaruhnya di lantai dekat pintu masuk laboratorium.

 Stephannie kemudian menyusuri ruangan yang baru saja ia masuki. Ruangan ini cukup luas dan nyaman tapi terkesan kumuh karena banyak debu yang menempel di lantai. Ruangan ini juga mendapat penyinaran yang cukup dari enam jendela yang mengarah langsung ke halaman sekolah.

 Tapi, atapnya sedikit rusak. Terdapat beberapa lubang di sana. Stephannie yakin bahwa mungkin itulah penyebab ruangan ini tidak dipakai. Tetapi bukankah sekolah ini cukup mampu untuk menyewa orang untuk memperbaiki atap yang berlubang?

 Atau mungkin ruangan ini tidak akan dimanfaatkan lagi oleh sekolah? Mungkin Stephannie bis––"Hey! Gue bisa latihan Thai boxing di sini!"

 Stephannie lalu berlari mengambil sapu dan kemoceng yang tergantung di pojok ruangan. Ia kemudian bergegas membersihkan ruangan tersebut dengan semangat yang menggebu-gebu.

🌸🌸🌸

 1 jam kemudian..

 Stephannie terduduk di pojok ruangan berukuran 5 x 7 meter ini dengan peluh yang ada di wajahnya. Dia sudah selesai membersihkan ruangan ini dan hasilnya.. yaa, cukup bersih baginya.

 Stephannie melirik jam tangannya, jam 8 lebih 48 menit. Ini berarti, 27 menit lagi adalah jam istirahat pertama. "Gue balik kelas jam ke-empat aja lah, udah nanggung juga. Daripada ntar diceramahin sama Bu Siska," ujarnya–kepada dirinya sendiri–sambil terkekeh.

 Setelah bermenit-menit ia habiskan hanya untuk menghela napas, ia pun bangkit dari duduknya untuk mengembalikan sapu dan kemoceng yang ia gunakan tadi. Setelah itu, ia mengambil tas ranselnya lalu mengenakannya dan berjalan ke luar ruangan sambil menutup pintu.

 Kantin. Ya, Stephannie harus ke sana sekarang. Stephannie harus mengisi perutnya yang sudah unjuk rasa karena belum diisi sejak tadi pagi. Tadi, Stephannie tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan.

 Stephannie melangkahkan kakinya menuju kantin sambil melihat-lihat keadaan sekitar, masih sepi. Mungkin karena sekarang belum waktunya istirahat.

 Setelah sampai di kantin, Stephannie langsung melangkahkan kakinya ke stand makanan kesukaannya––sebenarnya dia suka semua makanan, tapi ini benar-benar kesukaannya. Stand tersebut bertuliskan 'Soto Ayam Bu Asih'.

 Menurutnya, soto ayam Bu Asih adalah soto ayam terenak yang pernah ia makan. Karena itu, ia menjadi pelanggan setia Bu Asih sejak kelas sepuluh. Hampir setiap hari saat istirahat ia meyempatkan waktu untuk makan soto ayam Bu Asih.

 Setelah memesan satu porsi soto ayam––yang ayamnya dibanyakin dan bihunnya dikit aja––Stephannie langsung duduk di tempat yang tidak jauh dari stand soto Bu Asih. Setelah duduk dengan nyaman, Stephannie mengeluarkan ponsel dari tas ranselnya.

 6 unread messages.

 Stephannie terkekeh membaca notifikasi tersebut, ia berani taruhan pasti itu adalah Amanda. Amanda pasti akan menanyakan keberadaannya sekarang. Saking sibuknya membersihkan laboratorium matematika, dia jadi lupa mengabari Amanda bahwa ia terlambat dan dihukum.

 Amanda Salim : Fanny, lo dimana?

 Amanda Salim : Fan? Lo sakit? Kok lo nggak masuk?

 Amanda Salim : Fan? Ini nggak lucu ya

 Amanda Salim : FANNN LO KEMANA SIHHHH?

 Amanda Salim : Lo nggak papa, kan?

 Amanda Salim : Fan?

 Bingo! Benarkan itu Amanda, tepat sesuai dugaannya. Terakhir Amanda mengiriminya pesan pukul 07.13. Itu berarti hampir dua jam yang lalu. Amanda terkekeh melihat betapa perhatian sahabatnya itu.

 Stephannie Irnalda : Gue telat. Tadi gue dihukum, sorry gue lupa kasih tau hehe

 Read.

 Bahkan baru beberapa detik dia membalas, Amanda langsung membacanya.

 Amanda Salim : Lo telat? Kok bisa?

 Amanda Salim : Lo pokoknya harus cerita sama gue!

 Stephannie Irnalda : Iya, ntar gue ceritain

 Amanda Salim : Lo sekarang dimana?

 Stephannie Irnalda : Kantin, kenapa sih?

 Amanda Salim : Tunggu, gue mau ke sana.

 Stephannie Irnalda : Lah? Emang nggak ada guru?

 Read.

 Stephannie mengernyit bingung, tapi sedetik kemudian ia terkekeh karena pasti Amanda sedang dalam perjalanan menuju ke kantin.

🌸🌸🌸

 Haloooo! Duh, nggak ngerti mau ngomong apa pokoknya terima kasih banyak yang sudah mau baca 😊😊

p.s. gambar yang di atas itu Stephannie (ceritanya) :)

Stephannie Is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang