"Semesta memutuskan takdir seseorang bukan tanpa sebab dan alasan. Jangan bertanya tentang takdirmu. Cukup diam dan jalani. Kamu akan menemukan alasan itu."
💧💧💧
Semburat jingga terkesan malu-malu muncul pada langit sore ini. Indah. Seakan semesta sedang memamerkan salah satu ciptaannya. Sore ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kelabu tidak lagi menghiasi langit Jakarta. Namun hujan kemarin masih meninggalkan jejak yang membuat tanah dibeberapa bagian taman menjadi becek. Sudah lama Keyra tidak melakukan aktivitas rutinnya setiap sore karena hujan yang senantiasa turun bulan ini. Langkah kecilnya bergerak menuju lapangan basket yang berada di taman komplek rumahnya. Senandung kecil ia dendangkan mengiringi langkahnya. Matanya menemukan laki-laki yang sejak tadi ia cari. Laki-laki itu dengan piawainya mendribel bola sambil menghindari lawannya, dan dengan satu kali percobaan bola itu berhasil masuk pada ring basket. Keyra tersenyum melihatnya. Rama memang ahli dalam olahraga, hampir semua cabang ia kuasai. Tak aneh memang untuk seorang anak laki-laki yang menguasai olahraga. Tapi yang Keyra kagumi Rama cukup pintar diantara murid laki-laki di kelasnya, yah walaupun tak sepintar Raka. Tapi tetap saja mengagumkan bagi Keyra karena dari luar Rama terlihat sebagai murid slengean yang jahil dan kerap mendapat hukuman dari guru konseling. Cukup lama menunggu akhirnya permainan Rama selesai. Laki-laki itu perlahan menghampirinya yang sedang duduk di bangku pinggir lapangan.
" Gue haus Ra." detik berikutnya Keyra telah memberikan sebotol minuman padanya. Ia menengguknya sampai tersisa setengah. Sementara keyra haya mengamatinya mulai dari minum sampai mengusap keringat dengan handuk kecil yang sengaja Keyra bawa.
" Kenapa ngeliatin gue kaya gitu ?. baru nyadar kalo gue ganteng. Udah ah ngeliatinnya jadi horor rasanya. Tatapan lo tuh macam susana ngeri tau gak."
Lupakan tentang pujian Keyra beberapa waktu lalu, karna kali ini keyra ingin menarik semua pujian itu. Rama tetaplah Rama yang selalu berhasil membuat Keyra jengkel. Baru saja kemarin mereka kembali berkomunikasi setelah beberapa hari tidak saling menyapa tanpa alasan. Mungkin bagi Keyra ia punya alasan, karna sedang dekat-dekatnya dengan Raka. Namun untuk Rama, bahkan sampai sekarang ia masih tidak tau kenapa seolah menghindari Keyra beberapa waktu lalu.
" Emang ngeselin banget ya lo."
" Ngeselin mungkin nama tengah gue." Rama menjawab tak peduli matanya kini tengah memandangi gumpalan awan jingga yang disebut senja diatas kepalanya.
" Senja itu indah ya Ram..." kata Keyra membuka percakapan, namun Rama masih diam menunggu Keyra melanjutkan perkataannya.
" Tapi senja juga jahat. Datang dengan membawa keindahan namun pergi meninggalkan kegelapan."
" Itu semua namanya takdir Ara. Emang kaya gitu tujuan senja diciptakan."
" Takdir yang jahat." Komentar Keyra. Rama menghela nafasnya sebelum kembali berbicara.
" Jangan pernah menghakimi takdir. Semesta punya alasan memberikan sebuah takdir pada sesuatu. Takdir senja memang membawa sang surya keperaduannya memang ia meninggalkan kegelapan, tapi senja membuat kita nyaman sampai kegelapan itu muncul. Coba aja gak ada senja, bayangin aja dari siang yang terang kaya gitu tiba-tiba gelap. Bisa dikira negara api sedang menyerang." Rama mengambil jeda untuk tertawa karna candaannya yang menurut Keyra sangat receh itu. Kemudian melanjutkan ucapannya lagi.
" Lagian juga ya dunia gak benar-benar gelap kalo malem kan ada bulan sama bintang di langit. Dasar ogeb." Sebelum terkena pukulan Keyra, Rama sudah mengambil langkah seribu untuk kabur. Dan berakhir dengan adegan kejar-kejaran antara mereka berdua.
🌞Senja & Fajar🌞
Keyra sedang mengeringkan rambutnya, ia baru saja mandi setelah beberapa menit sebelun pukul tujuh malam tadi ia sampai di rumah. Dan sekarang jam sudah menunjukan pukul 19.45 cukup lama waktu yang Keyra gunakan untuk mandi. Ia mengambil hapenya diatas kasur. Ketika membuka hape nya terdapat 4 pesan dari aplikasi line nya. Ia pun membuka untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Terdapat satu pesan dari Rama, dua pesan dari obrolannya bersama teman-temannya dan satu pesan dari Raka. Jarinya bergerak membuka pesan dari Raka.
From. Raka
Gue didepan. Bisa keluar bentar ?.
Sontak setelah membacanya ia berlari turun dan mengabaikan tatapan dari bunda dan abangnya. Dua hal yang membuatnya panik. Pertama Raka yang tiba-tiba ada didepan rumahnya dan yang kedua pesan yang dikirimkan Raka sudah sejak 40 menit yang lalu. Ragu sebenarnya Raka masih menunggunya tapi tidak ada salahnya memastikan.
" Hai."
Keyra masih mengatur nafasnya tak disangka Raka masih disana. Raka tersenyum melihat Keyra yang menurutnya tampak menggemaskan dengan piama merah mudanya.
" Gue kira udah tidur Key."
" Kenapa gak masuk aja sih. Disini dingin. Masuk aja yuk." Langkah Keyra terhenti karena sebuah genggaman hangat. Ia menoleh dengan tatapan bertanya.
" Disini aja. Gue gak akan lama. Gue cuma mau bilang sesuatu sama lo."
" Apa.."
" Key mungkin ini terdengar seperti lelucon. Tapi gue serius. Jadi dengerin baik-baik." Keyra hanya diam menatap Raka dengan pandangan meminta sementara jantungnya sudah tak karuan.
" Key gue suka sama lo." Mata Keyra membulat, jantungnya semakin menggila. Dengan susah payah ia mengatur detak jantungnya dan memberanikan diri menjawab.
" Lo se-serius Ka ?. Gimana bisa lo suka sama gue ?. kita baru deket seminggu. Apa alesan lo bisa ngomong kaya gini sekarang." Katakanlah Keyra sok jual mahal sekarang, padahal didalam hatinya sudah sejak pertama kali Raka bilang suka ia suda meneriakan kata IYA tapi ia sadar ia tidak mungkin gegabah melakukannya.
Raka tersenyum, tangannya kini tak hanya menggenggam sebelah tangan Keyra melainkan keduanya. Matanya memandang tepat pada manik Keyra dengan serius.
" Seminggu itu waktu yang cukup bagi gue Key. Dan lagi pula ada yang bilang cinta tidak butuh alasan bukan ?."
" Ta-tapi Ka gu-gue..."
" Jadi lo nolak gue ?."
" BUKAN.."
" Terus ?."
" Yaudah..." jawab keyra dengan malu-malu yang membuat Raka tersenyum lebar. Ditariknya Keyra kedalam pelukan. Keyra berusaha menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Raka ia terlampau malu, bahkan wajahnya sudah mirip kepiting rebus sekarang. Sementara itu tanpa mereka sadari terdapat sepasang mata yang melihat kejadian itu sejak awal, salah satu tangannya mengepal sementara tangan lainnya menyentuh dadanya.
" Kenapa rasanya seperti ini lagi. Gue sebenarnya kenapa ?. Nggak mungkin gue suka sama sahabat gue sendiri. Iya, nggak mungkin. Tapi kalo benar, kenapa semesta menciptakan takdir seperti ini, dan kenapa dari sekian banyak orang harus gue ?."
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Fajar
Teen FictionSenja dan Fajar yang datang dengan cara yang sama, namun memberi akhir yang berbeda . Senja mengajariku, bahwa terang tak selalu menemani. Tapi Fajar juga mengajariku, bahwa terang akan selalu kembali.