*AN : sebelumnya gw mau bilang cerita ini jujur udah ngendon lama banget nggak gw lanjutin karena yah emang awalnya gw pkir gaada yang minat sama cerita ini. Tapi, akhir-akhir ini gw kaget kenapa viewers yang liat banyak banget dan banyak juga yang masukin ke perpustakaan dan dari itu gw mikir buat lanjutin cerita ini, tapi disini gw juga bingung disatu sisi yang liat banyak tapi vote nya dikit banget gw sempet mikir apa kalian ngga baca tapi cuma di skip skip aja. dan maaf baru bisa lanjutin ceritanya lagi karena jujur akhir akhir ini gw sibuk ceilahh wkwk semester makin tua kegiatan organisasi juga tiada habisnya huhh.
yaudah deh segitu aja sih gw mau ngomongnya enjoy yakk selamat membaca *PD BGT LO EMG ADA YG NUNGGUIN WKWK
CIAOOOO
"Jangan salahkan sepi yang membuatmu mengenang luka, salahkan dirimu yang terlalu menyelaminya sampai lupa jika bahagia itu sangat sederhana."
💧💧💧
Alfa tidak pernah menyukai hujan, bahkan bisa dikatakan benci. Bukan karena tanah becek saat hujan yang bisa mengotori sepatunya, banjir yang biasa terjadi dijakarta ataupun gara-gara bajunya yang basah terkena hujan, Namun karna suatu kejadian yang terjadi bertahun-tahun yang lalu saat Alfa masih kecil. Memang itu sudah lama sekali, namun bagi Alfa kenangan itu sangat kuat membekas di hati dan pikirannya dan setiap mengingatnya akan memperdalam luka yang telah ada di hatinya.
Alfa tidak suka hujan, lebih tepatnya sendirian disaat hujan. Walau faktanya ia tidak sendirian sekarang, ia sekarang berada di kelas bersama teman-teman barunya, namun entah mengapa ia selalu merasa sendiri.
" Jangan ngelamun, ntar kesambet."
Alfa tersadar dari lamunannya, saat sebuah suara masuk kedalam pendengarannya disusul seorang gadis yang duduk disebelahnya. Saat ini memang jam istirahat, namun banyak yang memilih berdiam diri dikelasnya masing-masing dikarenakan hujan yang masih lebat mengguyur.
" Kenapa diem aja disini, nggak ke kantin.?" tanya gadis itu lagi.
Alfa diam sambil memandangi wajah gadis disampingnya ini, berusaha mengingat namanya. Tiba-tiba gadis disebelahnya itu tersenyum geli melihat ekspresi muka Alfa yang sedang mengingat namanya.
" Gue Keyra, lo bisa panggil gue Ara kok." kata gadis itu.
" Emm gue Alfa."
" Udah tau, kita udah seminggu sekelas dan name tage lo tertulis jelas nama lo." lagi-lagi gadis itu tersenyum, melihatnya Alfa dibuat salah tingkah sendiri.
" emm maaf mungkin gue yang kurang berbaur aja dikelas, semuanya masih asing menurut gue."
" Iya nggak papa, wajar lah lo kan pindahan dari luar negri. Eh kok lo bisa ngomong bahasa indonesia lancar gitu sih, gue jadi bingung deh." Alfa tersenyum geli, lalu menjawab.
" Bisa lah gue kan orang indonesia, dulu waktu kecil juga sempet tinggal disini juga."
" Oh iya ya, kalo dilihat-lihat gaada bule bulenya sama sekali dah. Ngomong-ngomong lo nggak mau ke kantin Al ?."
Alfa diam mendengar pertanyaan Keyra, lalu mengalihkan tatapannya pada hujan diluar sana. " Diluar hujan, dan gue benci hujan."
Tanpa Alfa sadari sejak tadi memang Keyra sudah memperhatikan Alfa yang menatap hujan dengan jenis tatapan sendu, ah tidak tatapan penuh luka tepatnya. Keyra tidak tau kenapa, tapi Alfa punya alasannya sendiri menurut Keyra dan Keyra juga tidak ingin mencari tau lebih dalam karena mereka memang baru pertama berkenalan.
" Dari pada lo disini sendirian terus ntar lo kesambet kan repot tu, ketenangan umat juga bisa terganggu. Nah mending lo ikutan gue sama temen-temen gue main kartu yok." Tanpa menunggu jawaban Alfa Keyra menarik tangan Alfa untuk bergabung bersama teman-temannya. Alfa sendiri sebenarnya canggung, namun lama kelamaan ia mulai bisa berbaur dan untuk pertama kalinya ia merasa tidak sendirian saat hujan, dan ia merasa bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Fajar
Teen FictionSenja dan Fajar yang datang dengan cara yang sama, namun memberi akhir yang berbeda . Senja mengajariku, bahwa terang tak selalu menemani. Tapi Fajar juga mengajariku, bahwa terang akan selalu kembali.