Wajah Baru

77 9 4
                                    

Pukul tujuh kurang lima menit, Mars baru sampai di sekolah. Tas hitam ransel yang dia pakai di sisi kanan tangannya, membuat gayanya cukup gaul. Baru menginjak ubin kuning lorong menuju kelasnya, dia dikagetkan dengan tepukan di bahunya.

"Mars!"

Mars menoleh. "Venus? Kok lo di sini?" tanyanya. Sementara Venus hanya tersenyum.

"Hai, Mars. Kaget ya Venus ada di sini?" Wanita paruh baya muncul di belakang Venus. Tidak lain adalah mama dari Venus. Beliau tersenyum sambil melihat Mars yang wajahnya sedikit bingung.

"Kamu kan tahu kalau Venus ini anaknya ceplas-ceplos, itu membuat teman-temannya jadi nggak suka sama Venus, dan dengar-dengar ada sekutu yang mau bully Venus. Berhubung tante khawatir sama teman-teman Venus di Bimasakti, jadi tante pindahkan Venus ke Corona, sekalian biar bisa dijagain sama Mars," jelas mama Venus.

"Ohh," tanggap Mars sambil melirik Venus yang senyum-senyum sendiri di sebelahnya.

"Ya sudah, lo ke kelas dulu sana, sudah jam tujuh," suruh Venus.

"Ya sudah. Gue ke kelas," balas Mars. "Tante, Mars ke kelas dulu, ya?"

Mama Venus hanya mengangguk dan membiarkan anak laki-laki bertubuh tinggi semampai dengan seragam putih abu-abu itu berlalu menyusuri lorong. Sementara Venus dan mama Venus berjalan kembali menuju ruang Kepala Sekolah.

-

Ketukan pintu terdengar. Ruang Kepala Sekolah yang berdaun pintu kayu, terbuka lalu masuklah dua orang yang berkeperluan dengan Kepala Sekolah.

"Oh. Silahkan masuk." Prof. Barack mempersilahkan.

"Ibu Auva dan Venus?" tanya Prof. Barack sambil mengamati beberapa lembar kertas di depannya. Secara bergantian dia melihat berkas dan dua orang di depannya. "Selamat datang di Corona. Terima kasih sudah mempercayakan putri Ibu sebagai generasi baru untuk Corona," lanjutnya.

Auva tersenyum. "Saya harap Corona bisa menjadi sekolah yang terbaik untuk putri saya," balasnya.

"Dari transkrip nilai yang dimiliki Venus, sangat mengejutkan. Dia seperti Julian, salah satu siswi perempuan Corona yang prestasinya menakjubkan dengan nilai A di semua mata pelajaran, dan jika dilihat digit nilainya dia selalu mendapat nilai yang hampir sempurna. Lantas kenapa Venus harus pindah dari Bimasakti dan memulai kembali di Corona?" tanya Prof. Barack penasaran.

"Biarkan Venus saja yang menjelaskan, Prof."

Prof. Barack beralih ke Venus.

"Saya merasa tidak nyaman di Bimasakti karena ada berita yang mengatakan bahwa ada kelompok yang ingin menyerang saya. Saya heran saja dengan kelakuan mereka yang terlampau sombong," jelas Venus.

"Venus adalah anak yang blak-blakan, mungkin itu yang menyebabkan mereka menjadi tidak suka ke Venus," tambah Auva.

"Masalah antara kami tidak terlalu besar. Hanya saya yang menengahi kegiatan pamer-pamer mereka." Venus menutup penjelasannya dengan tersenyum miring.

Prof. Barack hanya menimpali penjelasan Venus dengan tertawa dan sedikit memberi nasehat untuk persiapan bersekolah di Corona. "Untuk kali ini, jangan terlalu blak-blakan, Venus. Karena Corona sedikit sensitif, apalagi dengan siswa laki-laki bernama Jupiter. Jangan pernah mencari masalah apapun dengannya," tutur Prof. Barack.

"Baik, Prof." Venus tersenyum lagi.

-

Suara langkah dua pasang kaki berasal dari lorong kosong dimana semua penghuni sekolah ada di kelas masing-masing. Hanya beberapa siswa yang berlalu dari kelas menuju toilet atau sebaliknya. Ada juga yang menuju perpustakaan untuk mencari bahan bacaan. Pemilik dua pasang kaki tersebut mengarah ke gedung kelas Chemist, tepatnya ke kelas Chemist-1.

Jupiter, Mars, Venus (Slow UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang