Bumi

55 8 1
                                    

Kelas Chemist-2 sepi dengan hanya ada Bumi di dalamnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore waktunya pengosongan kelas. Siswa Corona sudah pulang sejam yang lalu setelah mendengar bel. Biasanya para siswa hanya betah di sekolah selama lima belas menit setelah bel berbuny, kecuali mereka yang mengikuti kelas tambahan.

Di dalam kelas, Bumi hanya diam sambil mengutak-atik ponselnya. Ibu jarinya dengan lihai menggeser-geser layar ponsel seperti mencari sesuatu. Terkadang jarinya terhenti, dengan bola matanya bergerak mengikuti sesuatu yang sedang di bacanya.

Terlihat dia membaca sebuah artikel sekolah yang dibuat oleh petinggi siswa Corona. Di sana menjelaskan kabar anak pindahan Bimasakti bernama Venus yang membuat gara-gara dengan Jupiter di hari pertamanya hari ini. Dahinya berkerut membaca artikel tersebut. Faktanya, petinggi siswa terutama bagian publikasi informasi seputar siswa Corona akhir-akhir ini memberikan informasi tidak perting.

"Semakin hari berita yang ditampilkan nggak ada yang penting. Corona akan dicap apa oleh sekolah lain kalau begini," gerutu Bumi.

Lain tempat, Venus berjalan keluar dari kelasnya Chemist-1 yang ada di sebelah kelas Bumi. Begitu melewati Chemist-2, Venus sempat melihat Bumi di dalam kelas tersebut.

"Lo nggak pulang?" celetuk Venus. Mengagetkan Bumi hingga ponselnya hampir terjatuh.

Bumi mengumpat. "Siapa lo!"

"Haha sorry buat lo kaget. Gue cuma tanya kenapa lo nggak pulang? Corona sudah sepi?" jelas Venus.

"Bukan urusan lo," jawab Bumi singkat.

Venus membuang napas sembarang lalu berjalan balik.

-

"Bukannya pulang cepat karena Astra ulang tahun hari ini, malah pulang malam dengan pakaian acak-acakan seperti ini. Dari mana kamu, Bumi?" bentak Ayah Bumi.

"Apa peduliku dengan Astra?" jawab Bumi.

"Dia kakakmu. Dia ingin merayakan ulang tahunnya bersamamu sebagai adiknya!" bentak Ayahnya lagi.

"Sayangnya dia bukan kakak kandungku. Anda juga bukan Ayah kandungku. Jadi jangan mencoba untuk baik dengan merayakan hari istimewa kalian bersamaku. Selamat malam." Bumi meninggalkan ruang tamu yang berisi Ayahnya, kakaknya, Astra, dan Ibunya yang duduk terdiam di atas kursi roda.

Perkataan Bumi yang selalu menyangkut keluarga kandung di hampir setiap percakapan mereka di dalam rumah. Keluarga itu tak pernah akur di dalam rumah, apalagi ketika Ayahnya pulang dari berbisnis di luar negeri. Tidak habis pertikaian mereka menyinggung Bumi yang bukan anak kandung Ayah dan Ibunya, kecuali Bumi yang langsung membanting pintu atau melempar vas bunga di meja yang selalu diganti dengan yang baru oleh Astra.

Semua orang di rumah merasa tertekan dengan masalah mereka. Bumi yang tertekan karena fakta yang baru dia dapat setelah delapan belas tahun hidup bersama, baru setahun lalu hatinya hancur karena dia bukan anak kandung kedua orang tuanya. Sedangkan Astra tertekan dengan sikap Bumi yang seakan membenci keluarganya sekarang. Dia jadi sering tidak masuk sekolah karena sakit-sakitan.

Pintu kamar Bumi terpaksa dibuka karena tak juga dibukakan oleh pemiliknya.

"Sampai kapan kamu jadi anak kecil yang nggak terima menjadi anak tiri Ibu dan Ayah?" tanya Astra.

Jupiter, Mars, Venus (Slow UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang