PART FOUR - Chapter 19

26 4 0
                                    

Republish: Dec 11, 2020

Sesuai perjanjian aku dan Ken tadi, setelah makan malam kami membahas mengenai hantu tidak jelas itu di dekat kolam ikan yang ada di halaman belakang. Langit malam ini tidak terlihat cerah. Bulan dan bintang tertutup oleh awan, membuat cahaya mereka terlihat redup dari bumi.

Sama halnya dengan diriku. Aku juga tidak seterang cahaya bintang seperti biasanya. Aku berjalan keluar menghampiri Ken yang terlihat berbeda denganku. Dia terang, dia bersemangat, dia sedang membara karena penasaran.

Aku menyodorkan secangkir coklat panas yang sudah sejak tadi ada di tanganku kepada Ken. Ken meniup coklat panas yang aku berikan kemudian meminumnya sedikit demi sedikit. Aku duduk di samping Ken menatap pantulan wajahku di kolam.

" Kamu pernah lihat hantu cowok yang gayanya super model gitu disini nggak?"tanya Ken sambil sesekali menyeruput coklat panasnya.

Aku menggeleng. " Belum pernah, hantu cowok yang pernah aku lihat di sini masih kecil dan ada yang sekitar tiga puluh tahun. Dan dari penampilannya, biasa-biasa aja kok."

" Tadi siang aku lihat dia. Dia berdiri di depan jendela kamar Kara dengan tatapan sedih gitu. Dia nggak lihat waktu aku dateng tapi lama-lama dia ngerasa aku lihatin terus dia nengok dan perlu kamu tahu, tatapan matanya ke aku kayak orang marah. Kayak aku habis ngelakuin hal yang salah dan bikin dia marah besar gitu."

Aku sempat kaget mendengar nama Kara disebut oleh Ken. " Terus dia ngomong sesuatu ke kamu apa nggak?"

Ken hanya menggeleng kemudian membuat pusaran air untuk mengganggu ikan-ikan di kolam dengan ranting pohon. Aku hanya diam setelah mendengar semua perkataan Ken. Kegelisahanku semakin menjadi. Sepertinya malam ini akan terasa seperti malam kemarin ketika aku di rumah Tante Rasti.

" Entah apa yang aku rasa benar atau nggak, yang jelas aku tiba-tiba merasakan lagi aura itu dan aku jadi cemas tadi. Setelah aku nengok sana-sini, entah kenapa mata aku langsung tertuju ke Kara yang barusan datang. Aku juga merasa aura itu terpancar kuat dari arah Kara."jelasku pada Ken kemudian meminum coklat panas yang aku pegang sejak tadi.

" Kalo gitu bisa disimpulin kalo Kara ada hubungannya sama hantu cowok yang aku lihat dan yang ganggu kita. Laptop kamu udah bisa di ganti wallpapernya?"

Aku menggeleng lagi. " Bisa juga sih Ken kalo Kara ada hubungannya, tapi kira-kira siapa ya cowok itu? Ohiya, besok aku rencana mau tanya-tanya sama Mbak Inah."

" Tanya-tanya apa?"

" Kayaknya waktu kita di Bandung ada kejadian yang kita nggak tahu sampai sekarang deh. Ya mungkin itu bisa jadi petunjuk buat kita."

Ken menghabiskan isi cangkir yang aku bawakan tadi hingga tetes terakhir.

" Oh gitu, pinter juga kamu, bisa jadi detektif kamu."kata Ken sambil mengacak-acak rambutku.

Aku segera menyingkirkan tangan Ken dari kepalaku. Sekitar pukul 21.56 aku masuk meninggalkan Ken yang masih mau duduk di tepi kolam ikan. Ketika aku masuk ke kamar dan melihat laptopku di atas kasur membuatku ingin menyalakannya. Tapi aku segera mengurungkan niatku dan memilih untuk segera berkelana di negeri mimpi.

######

Rencanaku sedikit meleset, seharusnya kemarin aku bisa dapat informasi dari Mbak Inah. Gara-gara aku harus mengurusi bazar di kampus jadi baru hari ini aku bisa di rumah kost full time. Kemarin aku dari jam delapan pagi hingga jam sepuluh malam berada di kampus bersama Cika.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang