PART TWO - Chapter 7

35 5 0
                                    

Aku terbangun ketika suara pintu didobrak terdengar sangat keras. Saat mataku sudah terbuka Om Robert sudah berdiri tepat di depanku. Dia menarikku sama seperti dua hari yang lalu ketika dia menarikku masuk ke kamar mandi. Bedanya, kali ini dia menarikku masuk ke mobilnya. Dan keadaanku sekarang jauh dari baik.

Aku tidak tahu akan dibawa kemana olehnya. Dia hanya dengan satu pria yang kemarin membawaku masuk mobil. Gerakkan Om Robert terlihat sangat tergesa-gesa. Aku berusaha membenarkan dudukku dan menggerakkan tanganku yang diikat oleh anak buah Om Robert.

Saat aku menoleh ke sebelah kanan, sosok Sherin duduk tepat di sampingku. Hampir aku melonjak karena kaget. Sherin buru-buru meletakkan telunjuknya di bibirku, memintaku untuk diam. Sherin memberi tahuku kalau sebenarnya Tante Rasti-mamanya-, Cika dan Ken sudah tahu dimana Om Robert menyekapku.

Itu menjawab pertanyaanku yang terngiang sejak Om Robert menyeretku tadi. Sherin mengatakan kalau mamanya dan kedua sahabatku dibantu dengan polisi sudah dalam perjalanan menuju rumah, tempat aku disekap. Aku menghela napas panjang, merasa lega mendengar perkataan Sherin.

Tapi aku harus bisa menahan Om Robert disini sampai mereka semua datang. Kalau tidak, mereka akan susah mencariku lagi. Tapi gimana caranya?

Mobil Nissan freed ini sudah melaju dengan kecepatan setan dan aku juga belum bisa mencegah Om Robert agar tidak meninggalkan rumah ini. Aku berusaha mengganggu konsentrasinya.

" Om mau bawa aku kemana lagi sih? Ke hutan biar semua orang nggak nemuin aku."kataku kesal.

" DIAM KAMU!"bentaknya. " Aku nggak tau gimana Rasti bisa nemuin kamu, yang jelas aku nggak akan lepasin kamu sampai uang itu ada ditanganku. Kalo uang itu nggak ada ditanganku itu tandanya aku harus bunuh kamu."lanjutnya lagi.

Aku hanya menelan ludah mendengar perkataannya yang terakhir. Aku sama sekali nggak bisa ngebayangin itu semua. Sherin yang masih berada disampingku hanya diam dengan kemarahan. Wajahnya merah padam.

" Apa sih untungnya om bersikap kayak gini? Apa om nggak mikir dengan om memeras Tante Rasti bikin Sherin anak om nangis? Om sadar dong, kesalahan om sama Tante Rasti itu udah banyak."kataku ketus.

" Lebih baik kamu diam kalo kamu tidak tau apa-apa."katanya tak kalah ketus.

" Aku tau semuanya makanya aku bisa bilang kayak gitu. Oke, om bisa siksa aku sampai om puas, tapi stop untuk hubungin Tante Rasti. Stop ganggu dia."

Setelah melewati sebuah jembatan, mobil ini kemudian berbelok ke kiri. Di kanan dan kiri jalan hanya sawah, pohon dan sungai. Tiba-tiba aku mendengar suara klakson motor yang sepertinya aku kenal. Aku menoleh dan benar motor Ninja RR milik Ken melaju tepat dibelakang mobil ini lengkap dengan pemiliknya.

Tanpa sadar aku menyunggingkan senyum bahagia melihat Ken menyusulku, tepatnya menolongku. Sherin menyenggol sikuku.

" Sherin kasih tau Kak Ken kemana arah mobil ini."kata Sherin dengan senyum jahil.

" Makasih."gumamku agar Om Robert dan anak buahnya tidak mendengar.

Aku menoleh lagi ke belakang dan tersenyum melihat Ken yang tengah mengendarai motornya. Makasih Ken. Batinku.

" Sial, anak itu lagi."kata Om Robert diikuti tolehan anak buahnya melihat siapa yang dimaksud bosnya.

######

Om Robert semakin menggila saat mengemudikan mobil ini. Dia beruasaha keras lepas dari buntutan Ken tapi sayangnya kecepatan Ken hampir tidak kalah gilanya dengan Om Robert. Anak buahnya saja sampai tidak kuat dan akhirnya muntah di dalam mobil dengan tas kresek. Aku yang sejak kemarin tidak diberi makan menjadi pusing dan sepertinya maagku kumat. Apalagi bajuku kemarin basah karena masuk ke dalam bak mandi dan membuat badanku menjadi sedikit meriang.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang