PART FIVE - Chapter 22

14 1 0
                                    

Hai-hai, udah masuk PART FIVE aja nih.. Semoga suka sama cerita kali ini.. Happy reading!! :)


Kejadian empat hari lalu membuat aku menjadi Cacha yang sedikit pendiam. Bukan aku mengikuti Nara tapi aku baru sadar kalau ternyata kedekatan aku dan Ken malah membuat kekacauan.

Malam ini langit cerah dan banyak bintang bertebaran di langit menemani bulan yang bersinar terang. Aku mulai menghitung bintang-bintang di langit sembari aku berpikir harus bersikap apa kepada Ken dan Kara. Aku menghela napas panjang. Tiba-tiba suara Sherin terdengar di telingaku sedang bernyanyi.

Aku menoleh ke sebelahku. " Ngapain kamu nyanyi-nyanyi kayak gitu?"tanyaku kembali memandang bintang.

" Kakak sendiri ngapain di sini ngitungin bintang?"kata Sherin balas bertanya padaku.

" Lagi suntuk aja sih."kataku. " Oh iya, aku bingung deh, kenapa Nara bisa nurut banget sama kamu? Dia langsung iya aja waktu kamu dateng."

Sherin menoleh ke arahku. " Mana Sherin tau, yang penting kan semua udah selesai. Sekarang itu tinggal masalah cinta Kak Cacha tuh yang belum selesai."celetuk Sherin.

" Maksud kamu apaan sih dek? Tuh cariin pemuja rahasia kamu."kataku kemudian menunjuk ke tempat Nara berdiri.

Sherin mengikuti arah telunjukku dan berkata, " Maksudnya pemuja rahasia apaan tuh? Nggak usah ngeledek deh."

" Ya udah aku masuk dulu ya, mau tidur."pamitku.

" Eits, ngapain kakak masuk?"Sherin mencegah aku berdiri. " Kak Nara itu ke sini mau ngomong sesuatu ke Kak Cacha. Jadi, Kak Cacha nggak usah mikir yang macam-macam."

Aku cengengesan. " Emang mau ngomong apa?"

" Gue mau ngomong soal apa yang udah gue sama Sherin omongin kemarin."lanjut Nara. " Lo nggak perlu ngejauh dari Ken dan nggak perlu merasa nggak enak sama Kara. Kalo kata Sherin, cinta nggak bisa dipaksain dan semua orang berhak atas cinta yang mereka rasakan."

" Wow, kamu bisa ngomong kayak gitu dek?"tanyaku pada Sherin. " Mungkin Sherin ngomong kayak gitu karena dia tau apa yang aku rasain mungkin. Tapi aku sebisa mungkin akan berlaku seperti biasanya, sama seperti sebelum kejadian kemarin."

" Iya kemarin gue beresin kamar Kara sambil dengerin ceramah dari Sherin."

" Nah, kan sekarang Kak Nara udah nggak bikin gara-gara lagi. Jadi, rumah aku udah bisa tenang lagi."Sherin melirik ke Nara. " Udah sana pergi, kan udah selesai ngomongnya."perintah Sherin.

" Iya-iya, gue pergi. Sekali lagi gue minta maaf soal luka di pelipis dan lengan lo."

Tak perlu cukup lama Nara sudah pergi. Sherin menemaniku menikmati udara malam dengan pemandangan yang sangat indah. Aku bernyanyi mengikuti nyanyian yang disenandungkan Sherin. Jam di handphoneku sudah menunjukkan pukul 23.01, tapi aku belum ingin tidur.

Sherin yang sudah lelah konser di atap denganku, pergi entah kemana. Aku kembali berbaring di atas genting sendirian. Kira-kira lima belas menit setelah Sherin pergi, aku baru beranjak untuk masuk ke kamar.

Saat aku sedang menuruni tangga yang menghubungkan rumah dengan atap, Ken sedang berjalan menuju tangga yang sekarang aku pijak. Walaupun sedikit salah tingkah aku berusaha biasa saja. Aku mengingat perkataan Nara dan Sherin tadi.

" Kamu mau kemana Ken?"tanyaku membuka pembicaraan lebih dulu.

" Tadi aku ketuk pintu kamar kamu, tapi nggak ada yang jawab. Waktu aku buka pintunya kosong. Terus aku mau lihat di atap, barang kali kamu di sana."jawab Ken sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sepertinya tidak gatal.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang