PART FOUR - Chapter 20

36 3 0
                                    

Republish: Dec 11, 2020

Malam ini semua penghuni rumah kost begadang, kecuali Aldo. Segala macam kegiatan kami lakukan agar mata kami tetap terbuka hingga tepat pukul 00.01 nanti. Hal tersebut kami lakukan untuk merayakan ulang tahun Aldo.

Ken dan Dava yang pertama kali memiliki ide untuk memberi kejutan kecil untuk Aldo. Aku membantu Ken menyiapkan segala macam pernak-pernik untuk surprise Aldo. Balon, terompet, topi ulang tahun, kue, sampai tepung, telur, dan air untuk mengguyur Aldo sudah masuk dalam list yang Ken siapkan.

Aku dan Kak Tara membantu meniup balon di kamarku. Skenario malam ini sudah dibuat oleh Dava. Dava juga sudah memastikan Aldo sedang tidur saat ini. Ken masuk untuk mengambil topi yang tadi dititipkannya di kamarku. Ken memintaku untuk memanggil Kara dan Ciko untuk bergabung dengan yang lainnya di kamar Ken.

Setelah aku memanggil Ciko, aku segera menghampiri Kara di kamarnya. Aku mengetuk beberapa kali. Saat aku hendak mencoba memutar handel pintu kamar Kara, dari dalam Kara juga sedang memutarnya. Aku mengajak Kara sesuai perintah Ken. Aku menunggu Kara mengambil handphonenya.

Saat aku melongokkan kepala masuk ke kamar Kara untuk melihat yang Kara lakukan, aku juga melihat sosok yang aku kira Nara. Aku menelan ludah saat tak sengaja bertatapan mata langsung dengannya. Sosok Nara itu terlihat kaget ketika aku menengok ke kamar adiknya.

Kara yang sudah mendapat apa yang dia ingin ambil, kami segera naik ke atas. Masih dengan rasa gelisah dan deg-degan, aku berusaha tetap tenang agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.

######

Jam dinding kamar Ken sudah menunjukkan pukul 00.04. Waktu yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi. Suasana hening, kami berjalan mengendap-endap seperti maling menuruni tangga menuju kamar Aldo di bawah. Kami berjinjit sampai di depan kamar Aldo.

Aku segera meminta Kak Tara untuk menyalakan lilin yang sudah tertata cantik di atas kue yang aku bawa sekarang. Para penghuni kost yang lain membawa balon-balon yang tadi sudah aku dan Kak Tara tiup dan beberapa kado untuk Aldo. Dava yang berdiri paling depan membuka pintu kamar Aldo pelan-pelan.

Khasnya kamar anak laki-laki, kamar Aldo berantakan sekali. Ketika aku masuk, aku sudah melihat kaos, jaket, dan celana berserakan di kursi dekat meja belajar. Beruntung tidak ada pakaian dalam yang berserakan, kalau sampai ada aku bisa lari keluar.

Aldo yang masih tidur dengan gayanya yang telentang terlihat sangat nyenyak. Dengan aba-aba dari jari Dava, Ken dan Ciko langsung menusuk balon tepat di dekat telinga Aldo sehingga menghasilkan bunyi ledakan. Suara terompet yang ditiup Kara, Kak Reina, Mas Rano, dan Dava segera terdengar di segala penjuru kamar Aldo.

Tak berapa lama di tengah suara riuh itu Aldo bangun dengan mata masih terpejam setengahnya. Ken segera mengabadikan wajah Aldo yang bisa di bilang dalam posisi jelek dengan kameranya. Kami serentak menyanyikan lagu happy birthday untuk Aldo diiringi suara terompet yang ditiup.

Aldo dengan wajah bangun tidurnya terlihat tersipu malu. Dia berdiri diantara kerumunan penghuni kost yang heboh dengan pernak-pernik ulang tahun. Aku memintanya untuk membuat permohonan dan segera meniup lilin. Setelah tiup lilin kami semua keluar dari kamar yang super berantakan menuju ruang tengah.

Aldo memotong beberapa kue dan memberikan untuk kami. Keseruan ulang tahun Aldo tidak hanya sampai di situ. Para penghuni laki-laki mengangkat Aldo ke halaman belakang yang sudah kami siapkan air, tepung bahkan telur. Aku yang membawa kamera Ken langsung mengabadikan keseruan di rumah kost ini dengan potret-potret foto.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang