"Ichaaa... Oy.. Cha! Bangun napa. Udah siang nih.."
Angga berusaha membangunkan Icha dengan menarik selimutnya, membuka jendela kamar, dan mematikan AC. Itulah cara paling ampuh untuk membangunkan seorang Icha."Apasih lo, berisik amat pagi-pagi buta gini," Icha menarik selimutnya lagi, dan menutupi wajahnya dengan bantal.
"Ya Allah.. Ini itu udah jam setengah 7 loh, darimana pagi butanya coba(?)"
Mendengar Angga mengatakan bahwa sekarang sudah pukul setengah 7, Icha langsung menyibakkan selimutnya dan ia langsung lari ke kamar mandi.
"Kenapa lo gak bangunin gue dari tadi sih," teriak Icha dari dalam kamar mandi.
"Gue itu udah bangunin elo dari subuh tadi. Dasar elo nya aja yang kebo, susah dibanguninnya udah kayak orang mati aja," Angga pun meninggalkan kamar Icha, dan menuju ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.
Di saat yang lain tengah sarapan, Icha masih berada di kamar siap-siap untuk pergi ke sekolah.
Sebelum berangkat sekolah, ia merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu. Yap, itulah rutinitas yang wajib Icha lakukan.
"Anggaaaaa...." teriak Icha tiba-tiba di saat ia baru menyadari bahwa ia dikerjain oleh Angga.
"Lo tu ya, rese banget. Ngibulin gue kan lo. Awas aja, ntar gue bales," Icha memberikan tatapan tajam kepada Angga. Angga justru menanggapinya dengan menjulurkan lidah mengejek Icha.
"Ada apa sih. Pagi-pagi udah ribut," tanya Putra yang baru bergabung di meja makan.
"Angga tuh Pah, nyebelin banget. Tadi dia ngerjain Icha. Katanya sekarang udah jam setengah 7, padahal masih jam 6. Aku kan jadi keburu-buru. Untung gak kepeleset di kamar mandi. Kalau kepeleset kan berabe, ntar aku jadi gagar otak gimana? Terus nanti gak ada lagi dong cewek unyu bin imut di rumah ini," cerocos Icha. Yang lain pun tertawa mendengar perkataan Icha.
"Kamu ni ada-ada aja. Udah, sekarang kamu sarapan dulu. Nanti kamu berangkatnya sama Angga aja. Papah gak akan ngijinin kamu bawa mobil sendiri," tegas Putra.
"Yah.. Papah gak asik ah. Tapi kayaknya enak juga punya sopir pribadi, hehe," ejek Icha dan mendapati tatapan tajam dari Angga.
Selesai sarapan, mereka semua pergi meninggalkan rumah untuk memulai aktifitas mereka hari ini.
---------------------------
~Skip mobil Angga~
"Eh nanti waktu di sekolah lo jangan bilang kalau lo adek gue ya," kata Angga yang melirik Icha sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan.
"Maksud lo?" Icha mengerutkan dahinya bingung dengan pemikiran abangnya itu.
"Ya lo jangan bilang ke guru-guru maupun ke temen-temen lo kalau lo itu adiknya Angga Dwi Atmaja. Anggap aja kita gak pernah kenal,"
"Kenapa sih emangnya?"
"Kan lo tau gue itu ganteng, tajir, pinter, cool, maco, baik, penyabar, playboy kelas atas.. Gue itu di sana adalah salah satu the most wanted boy di sekolah loh. Masa iya gue punya adik kayak lo yang tomboy, pecicilan, cerewet, nakal, suka bolosan, bloon lagi, bad girl banget lah pokoknya lo itu. Gak cocok jadi adik gue, yaa meskipun dari wajah, lo juga gak jelek-jelek amat sih, yahh.. sedikit ngangkat nama gue lah.... Haha,"
Icha memelototkan matanya mendengar abang seblengnya ini lagi ngejelek-jelekin namanya, di depannya lagi. Habis sudah kesabaran Icha.Dengan kesal ia menjambak kasar rambut Angga. Tak peduli dengan Angga yang lagi nyetir. Angga meringis kesakitan, dan mencoba untuk melepaskan tangan Icha dari rambutnya. Karena tak ingin mati muda, Angga menepikan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Teacher
FanfictionSeorang guru yang mencintai anak didik nakalnya. Apakah cinta guru itu akan terbalaskan? Apakah mereka akan menjalin suatu hubungan secara diam diam? . . . . . . Penasaran? Baca langsung aja ya...😊 15+ NON BAKU!!