~2~ Antara Kamu dan Sahabatku

23 2 0
                                    

               Ku arahkan mataku pada jam merah yang menempel pada dinding kamar berwarna biru muda, jarum jam menunjukkan pukul 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

               Ku arahkan mataku pada jam merah yang menempel pada dinding kamar berwarna biru muda, jarum jam menunjukkan pukul 8.37 pm.

Beep...beep... Getar handphone sontak membuatku terkejut, dengan cepat ku angkat handphone putih yang tergeletak di atas kasur yang terbalut badcover orange bermotif jerapa.

Kulihat sebuah pesan Line yang terpampang nyata di layar handphone touchscreen dengan nama pengirim Karrel Michael.

Pesan diterima "holo"

Layaknya orang yang baru saja memenangkan kupon undian umroh dari Kemasan sabun batang. Teriakan keras meluncur dari bibirku yang mungil.

Dengan bergetar ku balas pesan tersebut dengan kata yang begitu singkat, agar tak terkesan kegirangan.

Pesan terkirim "Iya rel?"

Pesan diterima "enggak, gajadi"

Ya tuhan, mimpi apa aku semalam? Ucapku dalam hati.

Tidak sampai disitu, percakapanku dengan Karrel terus berlanjut. Hari demi hari kita lalui, Menjadi teman sekelasnya cukup menguntungkan bagiku, karena aku bisa kapan saja melakukan aksi yang di sebut modus, ya! Dengan berpura-pura menanyakan tugas sekolah kemudian dilanjutkan dengan percakapan yang melenceng dari topic utama.

Hari terus berganti, senin menjadi selasa, selasa menjadi rabu dan seterusnya. Aku dan Karrel menjadi sangat dekat, begitu juga dengan rasa sukaku yang kian besar saja.

***

Jarum jam menunjukkan pukul 10.15 am. Hari ini Pak Udin seorang guru bahasa Indonesia yang menjengkelkan tidak datang untuk mengajar di kelas, hal itu benar-benar membuat seisi kelas menjadi gaduh. Tapi tidak denganku. Aku memilih untuk duduk manis di sudut ruang kelas. aku tidak sendiri, kali ini aku sedang bersama Karrel.

Ost crayon sinchan~~

Seluruh kota
merupakan tempat bermain yang asik...
oh senangnya..aku senang sekali..

Alunan petikan gitar dari Karrel mengiringiku yang tengah asik bernyanyi. Tiba-tiba terdengar suara Raina berbisik keras "Li, sini!".

Aku menoleh. Dilanjutkan dengan langkah kakiku yang bergerak menuju kearah Raina yang sedang duduk di kursi kayu dekat kipas angin yang tergantung pada dinding kelas berwarna kuning. "Ada apa Rai?" tanyaku.

"Gue mau cerita. Lu lihat deh Karrel! dia keren banget ya kalo lagi main gitar. Ya gak sih?" mata Raina berbinar-binar.

Ku tatap mata Raina yang bulat. "Lu suka sama Karrel, Rai?" tanyaku pada Raina.

Semoga yang ku pikirkan salah, semoga saja Raina tidak menyukai Karrel. Aku berdoa dalam hati.

"Kayaknya sih gitu" sahut Raina yang sontak membuatku tertegun. Untuk kedua kalinya ku tatap mata Raina dilanjutkan langkahku meninggalkannya.

"Li.. sini dulu, gue belum selesai cerita." Teriak Raina.

Aku berjalan dengan begitu cepat. Seolah tak ingin mengingat yang terjadi beberapa detik yang lalu, saat Raina mengatakan bahwa ia menyukai Karrel. Seorang lelaki yang ku sukai. Ku putuskan untuk tidak membalikkan tubuh berkulit sawo matangku kearah Raina.

"Li, jangan bilang lu juga suka sama Karrel" Tanya gadis berpipi bulat itu, diiringi gerakan tangan kanannya yang kini meraih pergelangan tanganku.

Aku terdiam untuk beberapa saat. aku menatap mata Raina, kulihat binar matanya kian redup. "Iya Rai, Gue juga suka sama Karrel" dengan lirih ku jawab rasa penasaran yang menyelimuti batin sahabatku itu.

"Ah... Lina. Terus gimana dong?" gadis itu merengek ke arahku.

"Gue juga gatau Rai, gue juga gak pernah nge-feel kalo lu suka sama Karrel " jawabku lirih.

Aku tertunduk. Kini aku merasa dilema tengah mengguncang jiwaku. Aku tak ingin menjadi seorang yang egois, tapi aku juga tak ingin membohongi perasaanku. Aku mencintai Karrel.

Setelah hari itu. Hari-hariku berubah, Raina menjadi dingin padaku.

Bel istirahat..

Kusandarkan tubuhku pada sebuah lemari buku yang berdiri kokoh di bagian belakang ruangan. Tiba-tiba seseorang berbisik di telingaku.

"Li, gue udah ngerelain Karrel sepenuhnya buat lu." Bisik seorang gadis. Sungguh tak pernah terpikir olehku, gadis itu adalah Raina.

"Lu yakin, Rai?" tanyaku pada Raina.

"Iya Li, gue yakin. Gue gak mau persahabatan kita rusak Cuma gara-gara masalah sepele kayak gini. Apalagi masalah cowok" ucap Raina berusaha meyakinkanku.

"Makasih ya Rai, Lu udah mau ngerelain Karrel buat gue. Gue janji gue gak bakal nyia-nyiain kesempatan yang udah Lu kasih ke gue" ucapku pada Raina, sembari memeluk tubuh besar Raina.

~ o ~ 


#first #justwriteld 

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang