~1~ Diam-diam

31 2 0
                                    

Namaku Geylina Agrecia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Namaku Geylina Agrecia. Gadis kumal berambut ikal panjang kecoklatan, dengan tinggi badan 159 cm. Banyak yang bilang, aku memiliki mata indah dan pipi bulat yang menggemaskan.

"Li.. Geylina"

Terdengar teriakan seorang gadis dari arah belakang, diiringi dengan suara sol sepatu yang berdecit begitu kerasnya, dia adalah Avira Distia teman sekelasku gadis berkulit putih dengan tinggi semampai.

Hari ini ia terlihat begitu cantik dengan rambut hitam yang tergerai bebas di pundaknya, dengan senyumnya yang sumeringah ia berlari menuju ke arahku yang sedang berdiri kaku di depan rak sepatu kayu berwarna coklat tua yang mulai rapuh di makan usia.

"Vira, bisa gak sih lu gak bikin orang kaget? Sehari aja!" ocehku pada gadis yang sedang membenarkan rambutnya yang tidak salah.

"Sorry..sorry" sahut gadis itu diiringi dengan pameran deretan gigi gingsul yang membuatnya terlihat kian manis saja.

Aku mengangguk. kami segera melangkahkan kaki menuju ruang kelas yang ramai akan gerusuk para siswa yang tengah sibuk mengerjakan PR matematika.

Kuhentikan langkahku. Sedangkan mata bulatku sibuk menulusuri setiap sudut ruang kelas berwarna kuning cerah untuk mencari sesosok lelaki jangkung bergigi gingsul dengan rambut hitam yang panjangnya hanya sekitar 2 cm saja.

Dia kemana sih? gerutuku dalam hati.

Akhirnya ku putuskan untuk berhenti mencarinya, dengan malas ku seret kakiku menuju bangku yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri. Saat ku biarkan tubuhku duduk dikursi kayu yang bertuliskan Geylina, tiba-tiba saja seorang yang ku cari tadi muncul dari arah pintu yang jaraknya tak jauh dari tempatku duduk.

Dengan mata berbinar-binar ku tatap matanya yang sayu, diiringi senyum manisku yang sedikit tertahan. "apa?" selidik laki-laki itu, seolah-olah ia ingin tahu arti dari ekspresi wajah yang ku perlihatkan padanya. Ia mengernyitkan alisnya yang tebal seraya memegangi sebuah kantung plastik hitam di tangan kanannya. Akhirnya ia pun tersenyum padaku.

Bel istirahat pun berdering...

Ku biarkan berat 48 kilogramku membebani punggung besar milik Raina sahabatku. Angin yang berhembus sepoy-sepoy membawaku dalam lamunan, aku teringat pada tatapan hangat lelaki bernama Karrel Michael. Seorang lelaki manis berkumis tipis, seorang lelaki yang memiliki lubang di pipinya ketika ia tersenyum, seorang lelaki yang memiliki titik hitam permanen di hidungnya, seorang lelaki yang selalu berhasil membuat tubuhku lemas.

"Kantin yuk, Li" ucap Avira yang sontak menyadarkanku dari lamunan tentang Karrel.

"Enggak ah, Ra. Gue males jalan" sahutku pada ajakan Avira yang sudah berdiri di depanku, ekspresi gadis itupun seketika berubah menjadi melas.

"Ayo dong Li" tampangnya kian memelas hingga membuatku ingin tertawa rasanya.

"Iyadeh" akhirnya aku mengiyakan ajakan Avira yang sudah berubah menjadi siluman melas.

Saat hendak menuju kantin, terdengar suara tawa yang benar-benar tak asing di telingaku. Ku coba untuk mencari dari mana datangnya sumber suara itu, ketika ku coba untuk membalikkan tubuhku, ku dapati sosok Karrel yang tengah duduk di bangku yang tak jauh dari arah kantin. Dengan spontan ku remas tangan Avira yang berdiri tepat di sampingku, dengan senyum yang sumeringah ku pamerkan deretan gigi yang berbaris rapi kearah Avira.

"Lu liat sapa sih?*clingak-clinguk, lu liatin Karrel ? jangan- jangan lu suka ya sama Karrel?" selidik gadis berkulit putih yang masih berdiri disampingku.

"Enggak ih, apaan sih lu" jawabku berusaha mengelak Tanya Avira yang sebenarnya adalah fakta. Saat itu kurasakan pipi bulatku memanas.

"Ih pipi lu merah noh, masih mau ngelak" Goda Avira dengan nada penuh semangat, dia terlihat begitu bahagia melihatku salah tingkah. Seakan ia baru memenangkan lotre mobil mewah.

Aku terdiam kaku, aku menggigit bibir kuat-kuat. Ku tatap mata Avira dengan penuh arti. Seolah bergantian, aku pun menggunakan jurus yang sama dengan Avira saat ia hendak memintaku menemaninya ke kantin. Ku pasang tampang melas dengan sedikit selipan kedip mata yang membuat gadis itu tertawa begitu kerasnya.

"hahaha..Iya iya, gue ngerti. Janji deh gak bakal bilang siapa-siapa" ucap gadis itu, seakan ia mengerti dengan tampang melasku yang menginginkannya untuk menjaga rahasia bahwa aku menyukai Karrel dalam diam.

~o~

#first #justwriteld

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang