Dia

105 9 0
                                    

Dia yang selama ini aku hindari kini menatap ku bagaimana caranya ku masuk tanpa melewati dia. Berpikir sekeras apapun tak akan menghasilkan sesuatu karena bundanya pasti menyuruh masuk.

"Eh itu eya pulang masuk cepet sayang jangan bengong dia nungguin kamu dari tadi" ucap bunda membuyarkan lamunan eya

Nah kan benar belum semenit eya berpikir bunda sudah menyuruh masuk

Aku melangkahkan kaki dengan malasnya disana dia tersenyum manis layaknya tak berdosa

"Ya sudah bunda masuk dulu ya kalian silahkan berbicara sepuasnya ingat jangan macem macem sama anak bunda ya dika"ancam bunda diiringi lagak tawanya

Dika hanya terkekeh dan menjawab"siap bun dika sayang eya ga mungkin ngerusak dia"

Ingin rasanya ku melemparkan sendal yang ku pakai dan memasukan cabai ke mulutnya yang manis tanpa pembuktian itu

Bunda pun melanggangkan kakinya menuju dapur pekerjaan rutin setiap ibu dimana pun berada

"Ada apa "yang aku ucapkan cepat dan bisa dibilang sarkatik
Dia terkekeh apa maksudnya dibilang ku sedang melawak tidak sama sekali

"Santai re aku cuma rindu kamu"

Cih rindu rindu bapakmu sableng mana ada rindu yang tadi pagi baru jalan sama cewe

"Salah alamat ya pak saya bukan aina untuk apa anda merindukan saya" ucapku sinis

Jujur aku malas berbicara dengan dia bukan aku membenci Nya tapi aku tak mau rasa ini tumbuh kembali

"Re apa salahnya sih kita temenan ya oke kalau kamu udah ga sayang aku tapi aku sayang kamu" ucapnya lembut

"Sayang gua tapi masih pacaran sama cewe lain mikir mas ini hati bukan boneka" ucapku berusaha tenang

"Ya kamu sabar aku pasti putusin dia kok"

"Yaudahlah terserah lu aja mendingan lu balik deh gua cape" usirku secara halus

"Gua bakalan pulang kalo kita udah temenan ayo bilang sama gua kita teman" ucapnya sedikit memaksa

"Iya oke kita teman jadi lu pergi yaa"

"Oke sampai jumpa disekolah ure"
"Hmmmm"balas ku malas

Akhirnya dia pergi entah kemana aku bukan tak peduli tapi ya gimana ku lelah menghadapi nya

Aku segera berlari menuju kamar tak sabar berbaring diatas kasur hari ini cukup melelahkan

Saat ku sedang bersantai layar hp ku menampilkan nomer yang tak dikenal nadanya seperti panggilan masuk

Iya halo
......
Oh iya kenapa?
.....
Boleh aja sih tapi gua biasa berangkat jam 6
......
Yaudah kalo gitu besok langsung ke rumah aja
.....
Iya see you

Tuttuttut
Sambungan telepon pun terhenti Yang menelpon ternyata avar
Avar? Menurutku dia laki laki yang baik dan ah tampan meskipun lebih tampan dia . Tuhkan kenapa dika terus sih.
Avar orangnya cukup asik dan bisa dibilang receh sama dengn dika

Membahas keduanya tak akan selesai karena keduanya memiliki sifat yang cukup sama namun ku berharap avar tidak seperti dika.

Ku lihat jam di nakas menunjukan pukul 24 ku harus segera Tidur agar esok tidak telat

*****

"Eyaa agre bangun sayang udah jam 6.20"Teriak bunda diruang makan aku yang baru saja membuka mata langsung buruburu mandi kala bunda berteriak 6.20

Bukan kah hari ini avar akan menjemputku namun mana dia pikir ku. Namun sudahlah ku harus bergegas mandi

Setelah selesai dengan pakaian lengkapku beserta tas ransel yang ku gendong Aku buru buru melangkah kaki menuju ruang makan

Kaget bukan main disana avar sedang berbincang dengan abang dan bunda. Ternyata avar menepati janjinya dia datang kesini

"Loh kok ada ka avar emang belum berangkat?" tanya ku sesopan mungkin

"Avar dari jam 5.40 nungguin kamu tapi kamu nya ga bangun jadi dia diem sampe kamu bangun" jelas bunda

"Gua kan udah janji jemput lu pasti gua dateng lah janji cowo bukan mainan" ucap ka avar membuat ku tertegun tanpa ku sadari bibirku menciptakan sebuah senyuman

"Eh adek gua kenapa pipinya merah gitu lu kepanasan ya padahal ini masih pagi" ucap bang agre yang membuat ku malu

Ternyata tak sadar aku blushing "malu sudah ini aduh mana ada bunda lagi" omel ku pelan namun dapat terdengar

Orang yang dimeja makan tertawa kecuali aku yang sudah sangat ingin pergi

LupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang