Satu entitas begitu menarik perhatian semua mata, sejak kedatangannya beberapa saat lalu, bahkan beberapa gadis sengaja berhenti sejenak demi untuk mencuri pandang. Sebab, kehadiran pemuda tampan bersurai merah seakan menjadi oase di tengah padang pasir, khususnya bagi mata yang haus akan pemandangan indah. Oleh karenanya, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Kapan lagi mereka bisa bertemu dengan pemuda tampan itu, jika bukan sekarang?
Akashi sangat menyadari sebuah fakta bahwa pesona dirinya bagaikan magnet, mampu menarik semua mata hanya tertuju padanya. Menjadi pusat perhatian bukanlah hal baru dan Akashi tidaklah buta dengan kelebihan yang dimiliki, sebab dia telah begitu terampil menggunakan pesona tersebut demi menjerat makhluk manis bersurai biru jelmaan malaikat. Meski status kepemilikan resminya masih dalam bayangan, namun dia sudah berhasil dengan baik.
Kise Ryouta masih menatap lurus pada sepasang netra merah yang juga memandang balik pada dirinya dan sang Kekasih dengan sangat intense. Tidak tahu kenapa orang yang baru saja dikenal bisa memberi tatapan sedemikian tajam, seakan Kise telah mencuri sesuatu milik orang tersebut.
Sepasang lengan masih diam di tempat sebelumnya, menjaga agar Kuroko tidak bergerak. Kise tidak tahu apa hanya perasaannya saja atau memang sebuah kenyataan, bahwa pemuda yang baru saja dikenalnya kini malah memandang penuh perhatian pada Kuroko, kekasihnya. Sebagai orang yang kini punya hak untuk memiliki, dia ingin semua orang tahu Kuroko Tetsuya adalah miliknya. Tentu saja dia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil si Mungil dari sisinya, termasuk orang angkuh yang tengah berdiri di depannya.
Dengan nada ceria bahkan terkesan biasa saja, Kise melontarkan kalimat yang sanggup membuat beberapa pasang mata memandang penuh tanda tanya. "Tetsuyacchi-ku memang manis-ssu, tapi jangan memandangnya sampai seperti itu. Nanti kau bisa jatuh cinta."
Kuroko terperanjat dengan kalimat yang dengan mudahnya mengalun dari bibir Kise Ryouta, apa hubungannya dengan Akashi sudah mulai terendus? Tapi melihat reaksi Kise tidak lebih dari perasaan cemburu biasa, Kuroko dapat bernafas lega. Dia berharap semua rahasia masih tersimpan rapi dalam rangkaian kebohongan yang diciptakan.
Kuroko tahu, cepat atau lambat Kise akan mencium bangkai yang dia simpan, tapi paling tidak, dia membutuhkan sedikit waktu untuk menyiapkan mental. Hingga saatnya tiba nanti, dia sendiri yang akan membongkar semua rahasia yang dia simpan rapat di hadapan Kise. Meski dengan segala resiko yang harus dia tanggung nantinya.
Bibir mengerucut ngambek, tangan ringkih mencubit lengan Kise yang masih memeluk perutnya erat, Kuroko berujar pelan demi mencairkan suasana, "Bercandamu berlebihan, Ryouta-kun."
Bibir tipis mengaduh, kekasihnya ini memang imut tapi terkadang juga bisa bersikap menyebalkan seperti sekarang, "Ittai yo, Tetsuyacchi."
"Biarkan saja," Kalimat datar kembali mengalun melewati celah bibir. Kepala biru menengadah menatap ke depan, pada sepasang iris delima yang begitu mempesona. Netra itu sudah menjeratnya, membuat dia mengaku kalah dan jatuh pada pesonanya. Hingga tanpa dia sadari, kini Kuroko sudah berlumur dosa, dengan menjadikan perasaan Kise dan juga Furihata sebagai korbannya.
Iris merah masih sepenuhnya memandang pemuda bersurai biru, sudut bibir merah naik beberapa inchi, tersenyum miring. Lengan kiri yang sebelumnya digandeng Furihata dilepas paksa, kemudian tanpa aba-aba meraih pinggang orang disamping menarik mendekat. Kalimat datar tanpa makna terucap begitu saja, "Tidak mungkin, aku sudah memiliki kekasih."
Mulut bisa saja mengelak dengan seribu macam alasan, namun hati tidak bisa dibohongi. Karena ya, memang dia sudah jatuh cinta pada Kuroko Tetsuya sejak pandangan pertama, persis seperti yang Kise ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
FanfictionSeorang Akashi tidak pernah salah dalam mengambil keputusan, namun kali ini dia melakukan kesalahan fatal. Terlalu terburu-buru, hingga membuatnya menghianati sang kekasih, karena telah menemukan sebuah cinta sejati. /"Tetsuyacchi, daisuki."/ "Sampa...