Kuroko mengerucutkan bibir dengan pipi yang digembungkan, rona merah samar makin membuat penampilannya berkali lipat lebih manis dari biasa. Masih dalam mode merajuk, pemuda manis bersurai biru tersebut memandang tempat dimana kaki berpijak. Demi apa dia sampai menginjakan kaki di tempat ramai ini, jika bukan karena permintaan—paksaan—sang Kekasih.
Kuroko bukanlah orang yang menyukai tempat dimana banyak orang berkumpul, meskipun berada dalam keramaian tidak bisa dihindari dan suatu saat dia akan mengalaminya juga. Dengan pandangan fokus mengobservasi situasi sekeliling, dia memikirkan bagaimana cara menemukan Akashi Seijuurou di tempat yang baru pertama kali dikunjunginya. Akankah ada orang yang bisa membantu tanpa memekik kaget saat disapa? Hal yang meragukan. Menarik nafas panjang untuk membulatkan tekad, Kuroko memutuskan melangkah maju ke dalam keramaian hilir mudik mahasiswa Universitas Tokyo.
Seperti yang sudah Kuroko duga sebelumnya, Universitas ternama itu memiliki bangunan luas yang membuatnya bingung mencari ruang perpustakaan meski sudah mengikuti papan penunjuk jalan. Memandang ke sekitar dia menemukan sesosok mahasiswi tengah berdiri sendirian sibuk bermain dengan ponsel pintarnya. Tidak ingin membuang waktu untuk tersesat lebih jauh lagi, Kuroko memutuskan untuk bertanya.
"Ano... sumimasen, bisakah kau membantuku menemukan letak perpustakaan?" Menepuk pundak gadis bersurai coklat di depan mata, Kuroko memulai perjalanan mencari sang Kekasih.
Gadis yang ditanya menengokkan kepala ke kanan dan kiri, mencari darimana kiranya suara yang baru saja merayap gendang telinga. Tidak menemukan siapapun di sekelilingnya, dia kembali ke aktivitas semula, memainkan ponsel di tangan.
"Maaf, nee-san..." Kuroko menghembuskan nafas panjang, dengan suara lebih keras kembali bertanya. Berharap kali ini orang yang ditanya mampu melihat di mana dia berdiri.
"Hya!" Pekikan gadis bersurai coklat membahana, Kuroko hanya mengerjapkan mata, membuat orang terkejut hingga berteriak histeris bukanlah hal baru yang dialami, mengingat setipis apa hawa keberadaan seorang Kuroko Tetsuya, hingga banyak orang yang terkadang tidak menganggap dia ada.
"Se-sejak kapan kau di sini?"
"Sudah sejak tadi." Nada datar mengalun melewati celah bibir yang terbuka, raut wajah masih sedatar biasanya.
"A-ada yang bisa nee-san bantu?" Gadis itu tersenyum kikuk, berusaha bersikap biasa saja, meski sebenarnya jantung masih dilanda sengat kejut dari orang yang terlihat terlalu cantik sebagai lelaki, dia yang wanita tulen saja iri dibuatnya.
"Bisakah kau membantuku menemukan letak perpustakaan?" Pertanyaan kembali di ulang demi mencari informasi yang diinginkan.
"Kau hanya perlu mengikuti jalan ini hingga bertemu persimpangan, setelah itu belok kiri, gedung perpustakaan bersebelahan dengan gedung kesehatan," ujar gadis itu sembari menunjukan arah menggunakan jemari tangan kanan.
Badan Kuroko membungkuk sedikit, menyampaikan rasa terima kasih, "Arigatou."
Iris coklat gadis itu mengerjap beberapa kali, merasa bahwa remaja yang baru saja berbicara dengannya bukanlah manusia, mengingat dia tidak bisa merasakan hawa kedatangan dan kepergiannya. Hal tersebut tentu saja membuat bulu kuduk merinding, mengabaikan hal aneh yang baru saja terjadi, gadis tersebut berlari menjauhi tempat di mana dia berbicara dengan remaja tadi.
.
.
.
.
Setelah mengikuti petunjuk, akhirnya Kuroko Tetsuya dapat menemukan perpustakaan. Iris biru langit melihat ke sekeliling, mencari di mana kiranya Akashi berada di tengah keheningan perpustakaan, meski berbanding terbalik dengan banyaknya mahasiswa yang ada. Seulas senyum tipis terpoles di wajah datar begitu surai merah tertangkap retina mata. Tungkai kaki terayun dengan tergesa, tidak sabar setelah beberapa hari tidak bersua selain bertukar pesan. Helain biru muda terayun indah tertiup angin mengikuti gerak tubuh Kuroko.

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
FanfictionSeorang Akashi tidak pernah salah dalam mengambil keputusan, namun kali ini dia melakukan kesalahan fatal. Terlalu terburu-buru, hingga membuatnya menghianati sang kekasih, karena telah menemukan sebuah cinta sejati. /"Tetsuyacchi, daisuki."/ "Sampa...