Biarkan aku menunduk.
Berhenti sejenak untuk melemaskan otot leher yang terus menerus mendongak. Berhenti untuk menatap kaki yang otot-ototnya telah mengeras. Berhenti untuk merangkai kembali arah yang mulai tidak teratur.
Biarkan aku menunduk. Menatap tanah yang aku tapaki. Melihat sejauh mana inginmu ku ikuti. Memilah mimpi-mimpi yang kadang bukan datang dari hati. Kini aku hanya butuh untuk menepi.
Biarkan aku menunduk. Melepaskan harapan yang selalu kau letakkan tinggi. Harapan yang terus kugapai hanya untuk menyenangkan hati. Tidak cukupkah selama ini, lalu misi apalagi yang harus kubeli.
Biarkan aku menunduk. Tak akan lama, aku hanya butuh kecewa dan mungkin kau juga kecewa tapi aku ingin dibentuk dari pujian dan cacian. Aku tak pernah mau ditinggikan.
Biarkan aku menunduk. Untuk kali ini saja, tak akan lama. Aku akan kembali menatap maju lalu berlari mendongakkan mimpi. Mimpi yang kusenangi mimpi yang kukagumi.
Biarkan aku menunduk sekali ini saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela
PoetryDi balik jendela merupakan kumpulan coretan-coretan dari penulis. Coretan acak tak bertema bahkan juga tidak bermakna. Hanya sebagai pelampiasan kesepian semata tak ada maksud apa-apa. Coretan ini hanyalah sekelebat emosi sesaat yang kadang muncul b...