Rabu, hari yang disukai oleh Sella ini tiba-tiba menjadi hari sial bagi dirinya. Bagaimana tidak. Dimulai dari telat bangun, novel kesayangannya hilang, abangnya pergi kuliah sebelum ia bangun, ojek langganannya gak ada, dan terakhir dihukum karena telat 15 menit.
-
"Bang Rey pasti sengaja pergi pagi dan gak bangunin gue. Awas aja ntar pulang gue cincang sampe abis otot-ototnya." Gerutu Sella sambil lari keliling lapangan.
Pak Golwen, guru piket hari ini tidak habis pikir pada Sella. Dalam hatinya, guru prakarya itu tertawa melihat tingkah polos sella.
"Permisi. Sel, Bu Yani dikelas dan dia nanyain lo"
Sontak Sella menoleh dan mendapati Dio berdiri disamping pak Golwen dengan wajah datar dan kedua tangan disaku celana abu-abunya. Sella menatap Dio tanpa berkedip sedikitpun.
Pak Golwen berdehem. "Yaudah. Sella hukuman kamu sampai disini. Dan bapak harap kamu gak akan ngulangin lagi. Jangan merusak nama baik kamu sebagai waketos sekaligus sekertaris kelas."
"Makasih pak. Sella janji gak akan ngulangin lagi hehe" jawab Sella dengan cengiran khasnya dan mulai berjalan mengikuti Dio dari belakang.
Sella merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berjalan seperti orang bodoh dibelakang Dio yang dari tadi tidak menoleh sedikitpun kearahnya.
"Gue bukan majikan lo."
Seakan tersadar, Sella mempercepat langkahnya dan berjalan disamping cowok tersebut. Ia sangat ingin sampai dikelas saat ini. Karena kelas XI Ipa 1 berada di lantai 3 dan jauh dari lapangan.
-
"Darimana saja kamu, Sella?!"
Suara tinggi Bu Yani itu membuat Sella meremas ujung roknya.Sella menggigit bibir bawahnya. "I-itu loh Bu, saya tadi kan telat jadi dihukum di lapangan."
Bu Yani mencoba meredamkan emosinya. "Yasudah. Kamu duduk dan jawab latihan soal. Absen kelas sudah diisi sama Tini."
"Iya bu, terimakasih."
-
"Lo pulang naik apa, Sel?"
Sella menutup novelnya. "Naik bus. Lo bawa mobil?"
Tini mengangguk. "Temenin gue ke toko buku kuy. Mau nyari komik dulu."
"Boleh. Sekalian gue mau beli novel yang belum kelar baca tapi udah ilang." Jawab Sella.
Tini pun mengangguk lagi.
Sesampainya ditoko buku, Tini sedang mencari komik terbaru sedangkan Sella sedang memperhatikan seseorang yang sepertinya ia kenal.
Cowok itu menunjuk cewek didepannya itu. "Bukannya udah gue bilang. Gue gak suka lo!" Ucapnya dengan menekan kata 'gak'.
"Lah itukan Dio" pikir Sella. Tapi sayangnya Sella tidak melihat wajah si wanita itu. Sella mencari temannya, ya daritadi Tini tidak kelihatan.
Tiba-tiba benda persegipanjang berwarna rosegold Sella berbunyi.
Sel, gue pulang duluan. Nyokap gue nyariin. Lo pulang sendiri gapapa kan?
Setelah membalas pesan Tini, Sella pun ke kasir untuk membayar 3 novel yang sudah dibelinya.
-
"Gue pulang naik apa astaga." Pikir Sella saat bus tak kunjung datang.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepan halte. "Butuh tumpangan?"
"Eh Dio, kok lo bisa disini?"
"Tadi lewat. Kalo mau numpang, n a i k." Balas Dio sambil menekan kata naik.
Karena langit mulai mendung dan sudah jam 5 lewat, Sella pun mengangguk dan segera naik ke bangku belakang mobil.
"Gue bukan sopir lo, Grisella!"
Sella hanya nyengir dan keluar dan pindah di depan. "Gitu aja marah lo, Ferdini."
Dio hanya membalas dengan wajah datar dan mulai menjalankan mobilnya.
"Tadi yang di toko buku itu lo?"
Dio menoleh sekilas dan mengangguk. "Gue harap lo gak nanya kejadian tadi."
Sella pun mulai terdiam dan sesekali menunjukkan arah rumahnya kepada Dio.
Sesampai didepan rumahnya, Sella tersenyum. "Makasih udah nganterin. Maaf kesannya ngerepotin"
Dio menoleh dan mengangguk. "Gue pamit."
"Hati-hati yah yo." Ucap Sella tersenyum saat Dio mulai menjalankan mobilnya.
"Darimana aja lo?" Tanya Rey--Kakak Sella saat Sella baru saja membuka pintu rumahnya.
"Dari toko buku, Bang. Mama dimana?"
"Mama belum pulang, katanya masih ada meeting terus mama langsung ke Makassar selama 2 hari."
Sella menghembuskan nafasnya kasar. "Selalu aja gitu."
"Lo gak boleh gitu dek. Mama kan gini buat gantiin peran papa dikeluarga kita. Kalo kamu gini terus papa gak bakal tenang disana."
"Whatever lah, bang. Sella ke kamar dulu." Ucap Sella mulai menaiki anak tangga rumahnya.
Sedangkan Reynand terdiam. Jujur ia lelah menasehati Sella tentang mamanya. Setelah ditinggal alm. papanya, mamanya berubah total. Mamanya mulai sibuk dengan pekerjaannya. Kalau ditanya pasti alasannya "Mama ngelakuin ini demi kalian". Sejak Sella tak mendapatkan kasih sayang mamanya lagi, Sella seakan hidup sendiri tanpa ada manjaan lagi dari mamanya.
"Abang akan selalu ada buat kamu, dek" ucap Rey dalam hati.
~To Be Continued
Makasih yang udah baca my first story💕, jangan lupa vote dan komentarnya yah guys😙
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Teen FictionGue percaya benci itu bisa jadi cinta. Benci karena sesuatu kepada dia, akhirnya gue lama-lama luluh dan membuka hati gue lagi. ~Dio Gak tau kenapa dia bisa benci sama hobi gue. Tapi mungkin ini emang takdir dimana kita berdua terjebak dalam perasaa...