"Ada apa mah?" Tanya Sella saat baru saja duduk di sebelah mamanya.
Devi menggenggam tangan putri bungsunya itu, sambil mengelus rambut berwarna kuning keemasan anaknya itu.
"Banyak banget yang pengen mama omongin Sel. Intinya mama mau minta maaf sama kamu. Mama merasa kalo mama itu ibu gak berguna buat kamu dan Rey. Semenjak papa gak ada, mama terlalu egois. Mama pikir kalo bukan mama, siapa lagi yang bakalan nyari duit buat kedua anak mama. Tapi mama juga gak ingat waktu. Mama terlalu jatuh dalam dunia bisnis yang membuat mama lupa akan tanggung jawab utama mama sebagai seorang ibu. Mama jadi jauh sama kamu, mama kehilangan sosok Sella yang dulu. Walaupun Rey kelihatan baik-baik saja, tapi mama tau dia rapuh. Dia berusaha menjaga kamu, bikin kamu bahagia, tapi nyatanya dia sama kayak kamu. Mulai sekarang mama akan selalu ada buat kalian berdua. Sebentar lagi Rey wisuda, mama yakin dia bisa menggantikan posisi papa." Ucap Devi sambil menangis.
Sella langsung memeluk mamanya sambil terisak, "Sella udah maafin mama. Jujur, Sella kecewa banget sama mama. Selama setahun lebih ini yang Sella tunggu, tapi akhirnya mama sadar."
Rey yang melihat itu berdehem. Ya, semenjak tadi Rey menunggu di depan pintu dan menyaksikan semuanya. Saat ia pulang dari kewajibannya pada hari Jum'at, ia melihat sekaligus mendengar semua omongan mamanya dan Sella.
"Udahan pelukannya. Abang dilupain deh."
Sella maupun mamanya kaget tapi sedetik kemudian mereka tertawa kencang yang membuat Rey bingung. Setan apa sih ini, batin Rey.
"Muka lo minta diinjek bang." Ucap Sella tanpa berhenti tertawa.
"Yaudah sini kita pelukan lagi." Ucap Devi sambil merentangkan tangannya.
Sella dan abangnya itu pun langsung berhambur kepelukan mamanya yang sangat mereka rindukan itu.
⚪⚪⚪
Dio membuka pintu rumahnya, "Assalamualaikum, Dio pulang."
"Waalaikumsalam, kita makan siang berdua aja yah Yo, papa dari masjid tadi katanya langsung balik kantor lagi." Ucap Yevani.
Dio mengangguk, "Yaudah bentar aku ganti baju dulu deh mah." Ucap Dio menuju kamarnya.
"Mama tunggu di meja makan yah nak."
Yevani tersenyum. Ia sangat senang jika Dio mulai terbuka dan tidak sedingin dulu. Semenjak ditinggal almarhumah Qila--kakak kandung Dio, Dio memang berubah. Seharian mengurung diri dikamar dan jarang makan. Dio sangat membenci hal-hal yang membuat kakak kesayangannya pergi, termasuk novel.
Aqila Naudrey Pratama, anak sulung Yevani dan Giordan, serta kakak dari Ferdio ini meninggal sejak delapan bulan yang lalu karena kecelakaan mobil saat akan mempromosikan novel terbarunya di salah satu stasiun radio di Jakarta. Dari situlah Dio membenci semua kejadian itu, kejadian yang merebut nyawa kakaknya. Itulah alasannya ia tak mau terlalu dekat dengan Sella. Jujur dulu ia sempat tertarik dengan sekretaris kelas yang hobi membaca novel itu. Tapi sekarang ia sangat membenci buku tebal yang menurutnya tak berguna itu.
"Makan apa mah?" Tanya Dio saat baru tiba dari kamar.
"Mama tadi masak udang asam manis, ayam goreng, perkedel, sama sup sayuran." Ucap Yevani.
Dio mengangguk dan langsung mengambil lauk pauk yang akan dimakannya.
"Sebentar pulang jam berapa nak?" Tanya Yevani.
"Palingan maghrib udah balik. Kenapa?"
"Tadi papa sms. Terus katanya ada undangan makan malam dari rekan papa, dan papa mau ngajak kita berdua nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Teen FictionGue percaya benci itu bisa jadi cinta. Benci karena sesuatu kepada dia, akhirnya gue lama-lama luluh dan membuka hati gue lagi. ~Dio Gak tau kenapa dia bisa benci sama hobi gue. Tapi mungkin ini emang takdir dimana kita berdua terjebak dalam perasaa...