PROLOG

181 15 3
                                    

TEEEET.
Bel berbunyi menandakan waktu di mulainya kegiatan MOS di SMA Mutiara. Tetapi saat di hitung, ternyata masih ada 4 siswa yang belum hadir.

"Aduh gerbangnya udah ditutup lagi! Telat deh gue!," ujar Valerie.

"Ah sial! Perasaan baru jam segini kok gerbangnya udah ditutup aja sih," gumam Velika dalam hati sambil melihat jam yang tertera pada Handphone nya.

"WOY BUKA GERBANGNYA WOOY! Ah, sekolah lebay. Baru jam 6.35 aja gerbangnya udah ditutup. Gak asik," amarah Vienna meluap sambil menggoyang - goyangkan jeruji gerbang sekolah.

"Aduuh... Telat lagi gue. Gak SMP, SMA, masih aja telat. Bodo deh. Snapchat dulu cuy," kata Vega.

Mereka pun di hukum karena keterlambatannya oleh guru yang paling galak dan paling menyebalkan di SMA Mutiara. Guru itu memiiliki jenggot yang panjangnya sekitar 5cm, tingginya 168cm, berbadan kurus, dan selalu memakai peci warna putih pada hari senin.

"Kalian murid baru yang harusnya mengikuti kegiatan MOS ya? Anak baru kok sudah telat saja!," ucap Pak Heri dengan logat medok nya.

"Maaf Pak," jawab Valerie, Velika, Vienna dan Vega sambil menundukkan kepala mereka dengan serentak.

"Kalian harus menerima hukuman dari Bapak! Sekarang kalian harus berjalan jongkok mengelilingi koridor kelas X!,"

"Iya Pak. Salim dulu dong Pak," kata Vienna sambil mengulurkan tangannya bermaksud ingin salim dengan Pak Heri.

"Astagfirullah, bukan mukhrim. Udah sana!," bentak Pak Heri.

Valerie, Velika, Vienna dan Vega berjalan jongkok dikoridor kelas X. Dan seketika, mereka berhenti melangkahkan kakinya didepan ruangan yang menarik perhatian mereka. Ruang Musik.

Tanpa mereka sadari, mereka sama - sama memasuki ruang musik yang sudah tidak pernah di urus oleh sekolah maupun siswa dan siswinya. Ruangan itu sangat gelap dan berdebu, tetapi mereka tidak perduli dengan keadaan ruangan itu. Karena mereka sangat mencintai musik.

Valerie mengambil gitar listrik disudut pojok ruangan, Velika mengambil gitar acoustic disamping gitar listrik yang diambil oleh Valerie, Vienna membuka kain yang menutupi alat musik kesukaannya; drum, sedangkan Vega sudah duduk siap untuk memainkan keyboard yang ada di depannya.

"Eh, kok lo pada kesini juga sih?," tanya Vienna heran.

"Eh.. Kok lo juga?," tanya Velika balik.

"Gue ngeliat ada ruang musik, terus gue jadi pingin main musik. Yaudah gue kesini," jawab Vega.

"Ya emang gue pingin aja," jawab Valerie.

"Kalian bisa main musik juga?," tanya Velika.

"Gue cuma bisa main drum sih," jawab Vienna.

"Gue bisanya main piano," jawab Vega.

"Gue bisa gitar. Lo juga bisa main gitar ya? Hm siapa nama lo?," jawab dan tanya Valerie.

"Oh iya kita belum kenalan. Nama gue Velika. Hmm gue lebih suka nyanyi sih daripada main gitar. Tapi gue bisa main gitar, cuman gak jago - jago amat sih," jawab Velika.

"Oh gitu. Gue Valerie,"

"Gue Vega,"

"Vienna,"

Entah mengapa, mereka menjadi asik sendiri memainkan masing - masing alat musik kesukaan mereka. Tanpa mereka sadari, suara yang mereka keluarkan itu membuat satu warga sekolahan merinding. Karena biasanya tidak ada seorangpun yang memasuki ruang musik itu.

Di depan ruang musik, banyak anak - anak yang ingin melihat siapa sebenarnya yang berani dan mau memasuki ruangan yang tidak pernah dihuni itu. Akhirnya Pak Heri pun datang dan membuka ruang musik. Dilihatnya Valerie, Velika, Vega dan Vienna anak - anak baru yang dihukumnya tadi.

"Hey kalian! Tadi saya suruh ngapain?! Kenapa malah kesini? Saya akan menambahkan hukuman kepada kalian karena kalian sudah membuat kegaduhan disini sampai - sampai mereka semua datang kesini! Lihat tuh didepan! Taro semua alat musik itu dan keluar!," bentak Pak Heri sambil menunjuk - nunjuk mereka.

"Maaf Pak, kita gak sengaja liat ruang musik itu terus kita gak sadar kalau ternyata kita terlalu berisik," kata Vega dengan muka yang sangat merasa bersalah.

"Yaelah Pak, maafin kita aja sih. Kan kita juga gak sadar Pak," Vienna mengatakannya dengan santai dan membuat Pak Heri semakin memanas.

"Hey kamu! Siapa nama mu?," tanya Pak Heri.

"Vienna Pak, oh iya kita belum kenalan. Siapa nama Bapak?,"

"Kamu tuh kurang ajar ya Vienna! Tanya ke Satpam sana siapa nama saya!,"

"Ih Bapak dari tadi marah - marah mulu ya. Sensian banget ah,"

"Eh Vienna, nama guru itu Pak Heri. Dia guru paling rese emang. Cepetan minta maaf gih," bisik Velika.

"Tau dari mana lo?," tanya Vienna sambil berbisik pula.

"Abang gue dulu alumni sini, dia suka cerita - cerita soal SMA Mutiara ini," jawab Velika.

"Oh gitu," ucap Vienna sambil menaikkan satu alisnya. "Hmm Pak Heri, saya minta maaf deh ya Pak,"

"Tau dari mana kamu nama saya? Kamu aja belum jalan ke pos satpam untuk cari tau nama saya!,"

"Saya punya indera ke enam Pak, hahahaha,"

Makin bertambah lah hukuman mereka. Dan mereka semakin kenal dekat semenjak saat itu.

HAI! Prolog cukup lah ya cuma segini. Semoga kalian suka! Dan tunggu part - part yg lain! Maaf kalau ada yang salah kata katanya😅

Dari Musik Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang