"Gue pulang duluan ya. Buru-buru nih," ucap Velika kepada tiga temannya.
"Oh iya Vel hati-hati," jawab ketiga temannya.
Velika akhir-akhir ini pulang terlebih dulu, bilangnya sih ada urusan. Tidak. Tidak seperti apa yang ia katakan. Velika ingin melihat keadaan Arie, Ayahnya yang memiliki kegangguan jiwa. Selama ini Velika tinggal bersama Nina, Neneknya dan Dimas, Kakak laki-lakinya. Velika tinggal bersama Neneknya kurang lebih sudah 4 tahun. Rini, Ibunya Velika meninggalkan keluarga kecilnya saat Velika kelas 6 SD. Arie selama sebulan masih tidak dapat merelakan kepergian Rini, sehingga Arie memiliki kegangguan jiwa.
Velika tersadar bahwa ia sudah tidak bisa tinggal bersama Ayahnya yang memiliki kegangguan jiwa alias gila. Dimas mengajak Velika untuk pergi dari rumah. Velikapun memberikan saran kepada Dimas untuk ke rumah Nenek mereka. Dan sampai saat ini, mereka tinggal bersama. Mendengar cerita dari Velika dan Dimas, sang Nenek langsung membawa Ayahnya ke Rumah Sakit Jiwa dan Ayahnya dirawat disana sampai sekarang.
Velika rindu kepada Ayahnya. Ia mengunjungi sang Ayah tiap pulang sekolah. Tiada hari tanpa ia menjenguk sang Ayah.
"Ayah? Ini Velika," ujar Velika sambil membuka pintu kamar Rumah Sakit Jiwa yang ditempati.
"Velika? Mana Bunda?," tanya Arie.
"Bundakan pergi Yah..," Velika mencoba mendekati Arie, tentunya di dampingi oleh suster. Waspada Arie akan memberontak.
"Bunda pergi kemana? Kok belum pulang-pulang sih?," Arie berdiri dari tempat tidurnya.
"Bunda kan udah lama pergi Yah..," Velika bicara dengan nada yang sangat pelan.
"Iya memang perginya lama Nak, belum pulang-pulang tuh buktinya,"
"Yah, kita yang akan menyusul Bunda nantinya. Gak tau kapan, yang pasti Bunda nggak akan pulang kesini lagi Yah," Velika mencoba memberi tahu Arie bahwa Rini sudah tidak ada. Velika benar-benar ingin membuat Arie kembali normal seperti dahulu kala.
"Masa kita susul Bunda sih? Enak aja, kan Bunda yang pergi masa kita yang susul kamu ada-ada deh Vel," Arie tertawa kecil.
"Bunda udah gak ada Yah,"
"Hush! Kamu ngomong seenaknya aja! Bunda masih ada! Tadi Bunda pergi sebentar doang Velika, kamu ada-ada aja nih!!,"
"Yah, sadar Yah!! Bunda udah gak ada Ayah. Bunda udah ninggalin kita semua!," Velika menitikan air matanya.
"Engga Velika! Bunda kamu masih ada! Bunda memang sempat sakit tapi Bunda udah sembuh Velika!!," Arie memberontak. Suster menyuruh Velika untuk pulang saja. Walaupun Velika masih ingin bersama Ayahnya, tetapi Velika tahu pasti apa yang diberitahukan oleh suster adalah pilihan yang terbaik.
🎵🎵🎵
POV. VelikaKenapa gue begini amat sih hidupnya. Ayah gila gara-gara Bunda gak ada. Kak Dimas main mulu. Nenek sibuk sendiri juga dengan dagangannya. Kalau sekitar 2 bulan yang lalu, gue pasti masih bisa lupa sama masalah-masalah keluarga gue karena Ezra. Ezra selalu memberi gue semangat kalau gue cerita ada masalah dirumah. Dan dia selalu berhasil buat gue ketawa! Sekarang boro-boro ketawa. Senyum aja susah. Gak ada yang bisa bikin gue senyum-senyum sendiri lagi kalo ngeliat HP. Gue kangen banget sama Ezra. Bener-bener ancur hidup gue semenjak Ezra juga pergi ninggalin gue. Hidup gue yang tadinya berwarna, jadi hitam.. Gelap.
Ezra adalah mantan kekasih Velika. Mantan terindahnya. Hubungan mereka sudah cukup lama. Walaupun cinta monyet, tapi untuk seumur mereka ya bisa dibilang sudah mengerti apa arti cinta. Suka dan duka sudah banyak dilalui keduanya. Tepat seminggu sebelum hari anniversary mereka yang kedua tahun, tiba-tiba Erza memutuskan hubungan mereka. Dengan berat hati Velika menerima keputusan Erza tersebut. Karena sampai detik ini pun, perasaan Velika kepada Erza masih sama. Sudah banyak cara yang Velika lakukan untuk melupakan Erza, semuanya nihil. Semakin berusaha melupakan, justru semakin teringat kembali kenangan-kenangan indah itu.
🎵🎵🎵
Ezra: Velika, aku mau ketemu sama kamu. Kamu dimana?
Velika: Aku dirumah, mau kerumah?
Ezra: Jangan dirumah, aku jemput ya. Nanti kita ke restoran biasa kita makan
Velika: Kamu mau ngajak aku dinner yaa? Ciee tumben :p
Ezra: Ya gitu deh Vel
Velika: Kangen yaa sama aku? Bilang aja deeh klo km kangen sm akuu :p
Ezra: Hehehe
Velika: Kamu gak kangen sama aku?
Ezra: Aku didepan rumah kamu Vel. Keluar dehVelika keluar dari rumahnya. Ingin memeluk Ezra, tetapi Ezra menolak pelukannya itu. Tidak seperti Ezra yang biasanya. Velika mulai curiga saat itu. Sesampainya di restoran, mereka makan malam. Ezra hanya diam, benar-benar bukan seperti Ezra.
"Zra, kamu kok diem aja sih?," tanya Velika.
"Hah? Gapapa kok, makan gih Vel. Diabisin ya," jawab Ezra.
"Kamu juga ya Zra. Makan tuh yang banyak. Mau aku suapin gak? Nih, enak loh makanan yang aku pesen," Velika menyuapkan mac&cheese yang ia makan, tetapi Ezra membuang mukanya.
"Aku gak mau. Vel, aku pingin ngomong,"
"Ngomong apa Zra? Ngomong aja sih, udah mau 2 tahun pacaran masih malu buat ngomong sesuatu sama aku? Gak kamu banget deh,"
"Aku.. Aku mau udahan," tatapan Ezra sangat tajam. Dan sangat yakin saat mengeluarkan kalimat itu.
Velika terdiam. Tidak melanjutkan suapan terakhir mac&cheese nya itu. Dengan tidak sengaja ia menjatuhkan sendoknya tepat dipiring yang terbuat dari beling dan membuat orang-orang tertuju kepadanya.
"Kamu mau apa?," Velika mencoba menegaskan apa yang tadi Ezra katakan.
"Aku mau udahan. Putus," tegas Ezra.
Velika tertawa. "Hahaha kamu gila ya? Bercanda kan? Gak lucu deh becandanya,"
"Aku lagi gak bercanda Vel. Aku serius kali ini,"
"Kenapa? Jadi selama ini kamu diem sama aku karena kamu pingin udahan?,"
"Iya Vel. Maafin aku, aku ngerasa sekarang aku pingin sendiri aja,"
"Kamu bosen sama aku maksudnya? Apa sebenernya kamu udah nemu cewek lain? Bilang aja yang sejujurnya sama aku Zra. Lebih baik kamu jujur daripada kamu bohong sama aku. Itu lebih nyakitin aku Zra,"
"Sumpah ini gak ada sangkut pautnya sama cewek lain Vel. Aku keasikan sama temen-temen aku sampe aku lupa bales chat kamu. Sampe aku aja gak ngeluangin waktu untuk ketemu sama kamu. Aku juga pingin bebas Vel,"
"Tapi aku gapapa Zra. Oke aku salah selama ini nuntut waktu kamu, aku janji gak kayak gitu lagi. Aku bakal ngebebasin kamu Zra," Velika sudah mulai neteskan air matanya setitik demi setitik.
"Vel jangan nangis Vel, kita pindah tempat aja ya bicarainnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Musik Jadi Cinta
Teen FictionIni kisah 4 orang sahabat. Mereka bertemu karena ketidak sengajaan. Ketidak sengajaan itulah bermula dari musik. Musik tidak hanya mempertemukan mereka saja, tetapi juga mempertemukan mereka dengan cinta di masa putih abu - abunya. Konflik demi konf...