Start of Something New

76 6 0
                                    

     "Vega pulang!," teriak Vega saat berjalan memasuki rumah.

     "Eh Non Vega sudah pulang. Sini makan dulu non,"

"Mbok hari ini masak apa? Oiya Mama sama Papa belum pulang juga Mbok dari Bandung? Mereka gak kangen ya sama Vega?,"

"Mbok masak rendang kesukaan non Vega. Non tau kan Ibu dan Bapak kerja juga buat kebaikan non Vega," ujar Mbok Jah, pembantunya Vega.

Vega menatap matanya Mbok Jah dan memberi senyuman kecil pada Mbok Jah. Selama ini, jika Vega kesepian karena orang tua Vega yang sibuk bekerja, Mbok Jah lah yang selalu menemaninya. Vega merasa beruntung memiliki Mbok Jah. Ketika Vega sakit, Mbok Jah lah yang merawat Vega.

     "Non Vega makan dulu Non," Mbok Jah menarik kursi untuk mempersilahkan Vega duduk dan memakan makanan favoritnya itu.

      "Vega gak nafsu makan Mbok,"

     "Mbok Jah suapin ya Non, mau ndak?,"

      "Maunya Vega makan bareng Mbok Jah aja. Pengganti Mama sama Papa. Ajak juga Pak Asep ya Mbok,"

      Mbok Jah memanggil Pak Asep, supir Vega yang selama ini juga mengantarkan Vega kemanapun ia ingin berpergian.

      "Makasih ya Mbok Jah, Pak Asep, udah gantiin Mama sama Papa untuk nemenin aku makan siang hehe. Aku seneng bangeeet," ujar Vega sambil mengambil rendang kesukaannya itu.

      "Non yang sabar ya. Pak Asep teh yakin, pasti beberapa hari lagi Ibu sama Bapak pulang," ujar Pak Asep.

      "Percuma Pak, Mama sama Papa pulang. Mereka gak akan ada waktu luang buat aku. Bahkan makan siang bersama kayak gini aja pasti gak akan ada waktu,"

       "Mereka teh sayang sama kamu non, mereka hanya ingin yang terbaik buat kamu non,"ucap Pak Asep.

       "Iya Pak. Udah, Vega gak mau telat les piano," ujar Vega.

       Vega memasuki ruangan les. Sudah 11 tahun Vega Belajar  piano ditempat les itu. Menurutnya, ketika ia bermain piano, ia dapat melupakan semua masalah di hidupnya.

     "Vega, kamu sudah siap aja. Gimana kalo kita warm-up dulu?," Ujar Bu Melly, sambil menarik bangku.

     30 menit sudah dan Vega pun mengakhiri les pianonya. Setelah berpamitan pulang dengan Bu Melly, Vega berjalan ke luar ruangan. Vega duduk di salah satu bangku panjang persis di depan kelas pianonya untuk menunggu Pak Asep menjemputnya. Saat sedang bosan menunggu, tiba-tiba ada seorang cowok, putih, tinggi, dan memiliki alis tebal datang menemui Vega.

   "Vega ya?," cowok itu pun menjulurkan tangan kanannya dan memberikan senyuman manis.

   "Uhm... I-Iya," ujar Vega terbatah-batah.

   "Gue Aaron, tadi gue ngeliat lo main piano. Kelihatannya jago banget,"

   "Thank you? Hehehe," ucap Vega malu-malu. Selama ini baru ada cowok yang mau memperhatikan dia main piano. Ngajak ngobrol pula.

   "Hmm... Kapan-kapan bisa dong main piano di depan gue?," tanya Aaron.

    "Hah? Ohh, bisa-bisa. Kalo gue lagi free gue kabarin aja ya," jawab Vega.

      Sedang seru berbincang-bincang, mulai dari ngomongin Bu Melly, sampai mereka akhirnya bertukar no. telp, tiba-tiba Pak Asep sudah sampai. Vega merasa tidak enak kalau harus membuat Pak Asep menunggu terlalu lama, walaupun Vega juga masih ingin mengobrol dengan Aaron. Aaron adalah orang seru, baik, dan yaa.. Nyambung juga kalau diajak bicara. Padahal baru kenal, tapi udah sama-sama nyaman ngobrol berdua.

    
                           🎵🎵🎵

       Vega melamun menatap ke arah jendela. Langit hitam yang dihiasi oleh bintang-bintang membuat Vega teringat kedua orang tuanya. Sejak Vega duduk dibangku Sekolah Dasar, tepatnya kelas 4, orang tua nya semakin sibuk mengurusi perusahaan milik mereka yang sudah lama mereka bangun. Perusahaannya hampir bangkrut sehingga orang tua Vega bekerja keras agar perusahaan tersebut tetap bertahan. Siapa sangka, perusahaan itu akhirnya tetap bertahan berkat kerja keras mereka. Tetapi semenjak itu, orang tua Vega memiliki ketakutan perusahaannya akan bangkrut lagi. Sampai Vega duduk dibangku Sekolah Menengah Atas orang tuanya tetap sibuk mempertahankan perusahaannya.

POV. Vega

    Mama, Papa, aku kangen banget sama kalian. Aku masih inget waktu masih kecil, kalian suka bawa aku pergi ke taman. Papa beli es krim, Mama ngasih tebak-tebakan. Kalo aku bisa jawab, Papa ngasih es krimnya buat aku. Biasanya Mama sama Papa bawa aku pergi ke taman setiap hari Minggu pagi. Hari Sabtu, Mama sama Papa pasti ngajak ke Mall. Makan siang, makan malam, kadang kalo ada film bagus, kita nonton. Hari sekolah, Mama jemput aku sekolah. Terus Mama kerja lagi. Mama masih mau luangin waktu untuk aku. Kalo Mama gak bisa jemput, pasti Papa yang jemput. Kadang, Papa mampir kerumah dulu untuk makan masakannya Mbok Jah bareng aku.

     Mah.. Pah..
     Vega kangen kalian. Kangen waktu kalian yang kalian punya. Gak kayak sekarang. Bahkan ketemu aja jarang. Padahal, kita satu rumah. Aku kangen suasana rumah yang dulu Mah, Pah. Aku gak butuh harta yang banyak-banyak dari kalian kayak sekarang ini. Yang aku butuh, kasih sayang kalian. Pingin banget, aku bisa ngomong langsung kayak gini sama Mama.. Papa.. Tapi kalian gak akan ada waktu buat aku kan? Toh kalo aku ngomong, kalian gak akan dengerin. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

 
                             🎵🎵🎵

Aaron: Hai Ga!
Vega: Halo Ron
Aaron: Lagi disekolah yaa?
Vega: Iyaa nih. Kenapa?
Aaron: Ganggu gak gue chat lo?
Vega: Engga kok, lagi istirahat nih hehe
Aaron: Nanti les gak?
Vega: Les. Kenapa emangnya?
Aaron: Yaudah nanti gue juga les deh
Vega: Loh emang mustinya lo les tiap hari apa aja?
Aaron: Selasa, Kamis. Tapi karena lo les hari Selasa, Rabu, gue Rabu nya juga dateng
Vega: Ngapain?
Aaron: Nemenin lo. Kalo bisa, nanti gue bilang gurunya ganti hari biar samaan kayak lo
Vega: Ih ngikutin aja loo
Aaron: Kan biar bisa bareng terus sama lo. Biar makin deket gituu hehe
Vega: Yaudah terserah lo aja. Udah ya, kakak OSIS udah di kelas nih. Bye!
Aaron: See you!

Ini berbeda. Tidak biasanya Vega tersenyum atau merasakan getaran yang hebat pada jantungnya saat chattingan sama cowok. Wah ini gak beres.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?," tanya Vienna sambil melirik ponsel Vega.

"Ah engga. Ini gue baca artikel tadi lucu gitu hehehe," Vega menggaruk-garuk kepalanya.

"Masa sih? Senyum kayak gitu mah bukan abis baca artikel lucu. Dapet balesan chat yang lucu dari gebetan inimah!," ledek Velika sambil menertawakan Vega.

Wajah Vega langsung memerah bak kepiting rebus, "Apaan sih! Enggak! Gue gak punya gebetan kok!,"

"Bukannya banyak ya Ga?," tanya Valerie.

"Dikit kok!," Vega keceplosan. Oops.

"Tuhkan punya gebetan! Kalo bilangnya dikit, pasti aslinya banyak! Ngaku aja deh lo," Velika semakin meledek Vega. Sepertinya Velika sudah paham sekali tentang percintaan.

Dari Musik Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang