4. Hujan

1.2K 296 22
                                    

Pulang sekolah Xairin menolak untuk pulang bareng bersama Janne, karena ia ingin mampir ke makam abang dan papinya. 

"Xa, mau bareng ngga?" Tawar Kenzo yang melihat Xairin terlihat bengong saja di depan kelas. "Xa." Tegurnya lagi.

"Eh, Ken. Kenapa?!" 

Kenzo tersenyum, "Mau bareng ngga?!"

Xairin menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, gue mau pesen gojek aja."

"Yakin nih, ngga mau bareng?" Tanya Kenzo tidak enak hati, soalnya sekolah sudah mulai sepi.

"Iya," Xairin menganggukan kepalanya.

"Tapi disini sudah mulai sepi loh," Xairin langsung memperhatikan sekeliling sekolah, dan bener cuma tinggal beberapa orang yang sedang menunggu jemputan.

"Santai gue berani," Jawab Xairin.

Kenzo menganggukan kepalanya, karena ia percaya sama omongan Xairin. Tapi lebih baik ia menunggu gojek Xairin sampai dulu baru ia pulang.

"Ngapain lagi, Ken?!" Tanya Xairin jadi bingung saat Kenzo jadi malah berdiri di sampingnya. "Pulang gih sana."

"Lo ngusir gue ni?!" 

"Iya." Xairin langsung mendorong tubuh Kenzo agar pulang duluan.

"Xa."

Xairin memutar bola matanya malas, "Kenzo!"

"Ok, fine." Kenzo akhirnya mengikuti perkataan Xairin untuk pulang duluan. "Gue duluan ya, kalo lo ada apa-apa telfon gue aja." 

Xairin hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, lalu ia mengeluarkan handphone untuk memesan gojek. 

Sekarang Xairin sedang kedinginan, ia memilih menunggu didepan gerbang karena gojek yang ia pesan dari tadi tidak diterima-terima. 

Seketika tubuh Xairin membeku saat turun hujan, ia langsung menutup kedua tangannya ke telinga saat mendengar petir. 

"Hiks, hiksss!" Tangisan Xairin pecah di tengah-tengah hujan deras.

"Lo bodoh! Udah tau hujan kenapa diam aja bukannya neduh!" Vragas langsung menarik tubuh Xairin untuk memayungi nya agar tidak kena hujan lagi.

Vragas melihat Xairin menangis kejer dan badannya juga gemetaran. "Xa, lo kenapa?!" Tanya Vragas panik.

Xairin semakin menundukan kepalanya dan tetap menutupi kedua kupingnya.

"Lo takut petir?!" Tanya Vragas, tapi Xairin tidak menjawab. Vragas langsung mengambil earphone di dalam tasnya sambil menyetel lagu lalu memasangkan ke telinga Xairin.

"Udah mendingan?!" Tanya Vragas kepada Xairin, tapi Xairin tetep menundukan kepalanya. "Baju lo basah, nanti sakit." Vragas langsung memasangkan jaketnya ke tubuh Xairin.

Vragas menatap ke arah Xairin dengan gelisah, karena dari tadi pertanyaannya tidak dijawab oleh Xairin.

"Sorry, kalo gue nggak sopan." Vragas mengangkat dagu Xairin agar ia melihat ke arah Vragas. "Xa, are you okay?" 

Xairin memelekan matanya perlahan  dan menatap ke arah mata Vragas, lalu ia mengelap air matanya yang turun. "Kok gue jadi ikut sedih ya ngeliat Xairin nangis?!" Batin Vragas.

Xairin langsung tersadar dan memilih untuk menjauh dari Vragas, ia perlahan-lahan mundur agar tidak dekat-dekat dengan Vragas.

"Non Xairin dari tadi saya cariin ternyata disini," Ucap pak Ari, supir pribadi yang disuruh papa nya untuk mengantarkan dirinya dan Janne sekolah.

Xairin menengok ke arah belakang. "Tinggal gerimis aja kok Non, kalo masih takut tutup matanya aja ya sambil pegang tangan bapak biar nggak takut lagi." Xairin menganggukan kepalanya sambil memegang tangan pak Ari.

Vragas Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang