Part 3

9 0 0
                                    

Karin hanya diam, "Apa Claire adalah salah satu dari sahabatnya?"

"Apa Claire sahabatmu dulu?" Mereka berdua kaget.
"Ya, tapi dia meninggal 24 tahun yang lalu."
"Apa dia bisa menghubungi Neita?"
"Mudah - mudahan, kita sering bertemu dengannya lewat mimpi atau secara langsung,"
"Kumohon!! Aku ingin meminta maaf kepadanya!"
"Queen?"
"Dia berusaha membunuh sahabatnya yang diculik musuhnya. Dia berusaha melindunginya tapi gagal. Jadi, dia merasa bersalah setelah kepergian Neita."
"Itu kejadian yang sama denganku, setelah Claire meninggal, sahabatku pergi meninggalkanku. Tapi, Nina selalu ada disampingku,"
"Ya, aku tahu."
"Claire...,"
"Tak apa apa, aku siap mendengarkan."
"Dia sahabatku waktu SD di Jepang. Dia ketabrak mobil hanya untuk menyelamatkanku. Dia hilang ingatan dan pindah keluar negeri. Aku bertemu dengannya setelah 7 tahun. Kami pun bersahabat dengan yang lainnya. Sering terjadi pertengkaran, tapi kami kembali bersahabat lagi. Dia berusaha mencari ingatannya yang hilang. Dia menyelamatkanku ketiga kalinya hingga dia meninggal dunia. Setelah itu, yang lain pergi ke luar negeri. Dan akhirnya, kami bertemu kembali meskipun hanya sebentar."
"Jadi begitu, apa mereka pergi karena Claire meninggal?"
"Kurasa. Setelah kepergian Claire, banyak masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Mereka juga jarang masuk sekolah dan pergi begitu saja,"
"Queen, apa kita akan seperti itu?"
"Tentu saja tidak! Aku yakin itu,"
"Tidak semua persahabatan akan terputus. Jika kalian ingin bersahabat selamanya, jangan buat masalah dan pertengkaran. Aku dan sahabatku sering bertengkar,"
"Seperti apa?"
"Ya, masalahku dan Claire tentang ingatan Claire yang hilang. Salah satu sahabatku yang punya masalah di keluarganya dan masih banyak lagi. Tapi, setelah 3 - 4 tahun, akhirnya kami bertemu lagi dan berdoa untuk Claire,"
"Hmm...,"
"Pertengkaranmu dengan sahabatmu dulu juga bisa memecahkan persahabatan jika tidak saling bermaafan,"
"Aku tahu, tapi itu sudah 4 tahun yang lalu."
"Sama seperti 4 tahun kami berpisah dan dipertemukan kembali,"
"Jadi, kumohon cari Neita!"
"Tentu saja," jawab Sakura sambil tersenyum
"Kalian berdua mirip, dimana Papamu?"
"Ah, Papaku pergi kerja ke luar negeri untuk perusahaan bisnis. Dia tidak pulang selama 6 tahun, dan tak ada kabar."
"Ah, maaf. Kalau begitu, aku permisi dulu. Terima kasih untuk kisahnya,"
"Ya," Mereka berdua melambaikan tangan.

Setelah Karin pulang . . .

"Kenapa kamu berbohong?"
"Aku tidak ingin dia khawatir. Aku ingin dia dapat menyelesaikan masalahnya,"
"Kurasa Papamu tidak suka kamu berbohong,"
"Ini demi sahabatku,"
"Kau lebih mementingkan sahabatmu daripada Papamu yang sedang kondisi kritis!"
"Aku...,"
"Sudah, lupakan itu. Kita harus mencari Claire,"
"Maaf,"
"Tak usah meminta maaf, ayo!"

"Pa, maaf, aku berbohong. Semoga Papa cepat sembuh,"

Malamnya. .
Queen tidak bisa tidur. Dia masih memikirkan bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan Claire. Queen berdoa dalam hati agar bisa bertemu dengan Claire. Tiba tiba, Claire muncul dihadapannya.

"Kenapa kamu memanggilku? Apa kangen sama aku?" tanya Claire sambil tersenyum.
"Tidak, aku butuh bantuanmu,"
"Yaelah, baru dipanggil sudah disuruh bantu. Emang ada apa?"
"Bisakah kamu mencari gadis bernama Neita?"
"Neita? Sepertinya aku pernah dengar namanya. Apa Karin ingin menemuinya?" Queen kaget dengan pertanyaan Claire. "Kok bisa tahu?"

"Ya bisa, aku tahu semuanya. Kalau ingin menemuinya, maka Karin harus pergi ke tempat dimana Neita meninggal,"
"Di kantin sekolahnya dulu,"
"Yup, benar. Di sana, panggil saja Neita dan katakan apa yang ingin kamu lakukan."
"Apa kau bisa dipercaya?"
"Hei, kita sering bersama - sama. Jadi selama ini, kamu tidak percaya padaku?"
"Bukan begitu. Takut membuat Karin takut dan khawatir lagi," Claire tersenyum, "Tenang, dia senang jika tahu bagaimana caranya bertemu sahabatnya. Percaya saja,"

Esoknya, Queen memberitahu Karin bagaimana bisa bertemu Neita. Ia sangat bersyukur sekali. Mereka mulai melewati lorong sekolah Karin dulu, untuk menemukan kantin. Beberapa murid melirik ke arah Karin.

"Menurut gosip, dia ya yng membunuh sahabatnya dulu. Alumni sekolah ini? Gak mungkin,"
"Iya, masa cewek secantik dia berani membunuh sahabatnya?"
"Kalau iya, bisa memperburuk reputasi sekolah,"
"Hei, itu kan 4 tahun yng lalu. Beruntung aja angkatan kelas 7 tahun ini pada baik semua."

Karin menahan amarah.
"Karin-,"
"Kalian bisa diam!!" 2 gadis itu pun kaget.
"Memang aku membunuh sahabatku, tapi semua salah anggota genk yng menculik sahabatku. Seperti apakah rasanya kalau menolong sahabat yng diculik!"
"Maaf, kak, kita hanya bicara soal gosip."
"Emng benar, tapi sekarang semua sdh berubah."
"Permisi, kak."

"Apa kita udh sampai?"
"Apakah ada murid asing masuk ke sini?"
"Maaf, Aki-sensei."
"Eh, km Karin? Yng bunuh Neita ya?"
"Iya,"

Queen melihat Neita. . . Neita mendekati Karin. Tanpa di sadari, Karin bisa melihat Neita.
"Neita?!"
"Halo Karin! Aku tau kok km nyariin aq."
"Maaf kan ya atas 4 tahun yng lalu!"
"Itu dah berlalu,berbahagialah dengan sahabatmu."
"Tapi, gosip itu masih menyebar, bagaimana aq bisa bahagia?!"
"Mau bagaimana lagi,"
"Diana juga gak berubah sama sekali, dia masih saja benci sama aku."
"Ajaklah Diana kesini,"
"Tapi-,"
"Harus! Maaf ya, aq ada urusan dulu. Dadah!"

"Karin, ajak aja Diana."
"Bagaimana bisa, ketemuan aja gak mau apalagi diajak ke sini. Dia pasti trauma karna Neita meninggal di sini, di kantin ini."

*Diana, kumohon datang ke kantin sekolah kita! Kita harus bicara sama Neita!*
*Apaan sih?! Ngeselin banget! Udah mati masih aja diajak ngomong, hapus nomorku sekarang!*
*Kumohon! Dia suruh aq ngajak kamu ke sana!*
*. . . . *
*Kumohon!*
*Okay! Nyebelin banget sih!*

Ke sekolah mereka yang dulu. . .
"Kak Diana!"
"Feila? Apa kabar? Kamu sekolah di sini? Kelas berapa?"
"Kelas 8 SMP, kakak ngapain?"
"Diajak mantan sahabat buat ketemu sahabatku yang sudah meninggal."
"Hah?! Seram banget!"

"Di..Diana?"
"Huh, cepat sini!"
"Loh, kak Karin?!"
"Fel, kamu ternyata pindah ke sini?!"
"Iya, maaf belum bilang."
"Kalian kenal?!"
"Aq dan kak Karin tetanggaan waktu dia pindah.. Haha, oh ya, aku harus ujian. Dadah!"

"Queen ini Diana "
"Diana, hai."
"Hai,"
"Neita, ini Diana!" Neita tiba tiba muncul. Diana malah kaget saat melihat Neita.
"Diana,"
"Ne..Neita?!"
"Diana, maafkan Karin. Kamu salah paham. Dia bukan membunuhku karna sengaja. Dia dijebak sama Genknya mereka. Dia berusaha menolongku. Aku sengaja gak bilang karna aku juga diancam."
"Apa?!"
"Diana, Karin tidak salah. Karin malah berusaha keras menemui mereka demi menolongku. Karin bahkan tidak tau kalau itu adalah makananku."
"Jadi-,!"
"Karin tidak bersalah. Malah kamu yang bersalah karna percaya perkataan mereka, meninggalkan Karin dan memfitnah dia, padahal Karin dijebak. Aku malah sedih pas kamu meninggalkan Karin."
"Ka..Karin?!"
"Diana, itu benar. Aku bahkan bilang begitu karna aku diancam jika aku berkata jujur tentang mereka, mereka bakal membunuhmu juga. Aku malah takut."
"Karin!!" memeluk Karin untuk pertama kalinya setelah 4 tahun tidak bersama lagi. Mereka menangis bersama sama.
"Oh ya, masalah selesai. Jika selesai, aku harus pergi karna tugasku udah selesai. Maaf ya, hanya sesingkat ini. Itu sudah peraturan di sana. Jangan membenci satu sama lain ya. Dadah!"
"Dadah, Neita!"

"Maaf, aku salah!"
"Tidak apa apa, kapan kapan aku perkenalkan sahabat baruku, selain Queen."

"Diana, ini keenam sahabatku. Ini Eric, Bass, Crystal, Jenny, dan Ista."
"Hai, aku Diana."
"Ah, sahabat Karin waktu SMP ya?!" Eric kaget sekaligus menggunakan nada tinggi.
"Iya, aku punya salah sama Karin dan kemarin kita baikan."
"Bagus! Kasihan tau Karin setelah ditinggal kalian."
"Heh?"
"Kamu gak nyadar apa? Setelah pindah pun dia sengsara."
"Bass!!" memukul lengan Bass.
"Sakit!"
"Lebih sakitan hatiku!"
"CIEE!! Sakit hati karna Bass ya! Bass, jangan buat pacarmu sakit hati dong." mereka meledek Bass dan Karin.
"Apaan sih?!" °///°
"Kenapa? Kalian pacaran?"
"Enggak!!!!" mereka berdua berteriak bersamaan.
"Iya kok, tuh kompak banget. Lagi calon pacar."
"Elah, udah kelas 2 SMA masih mikirin pacar."
"Diana mah! Masih kayak dulu aja. Suka gangguin orang."
"Hahah! Ternyata lebih banyak teman lebih asyik."
"Nyebelin!" karin memasang wajah cemberut. Mereka tertawa bersama dan bercanda.

➰➰➰

That Day Became Tears (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang