My Problem . . .

8 0 0
                                    

Part 1

Setelah Karin bersahabat dengan mereka, tidak ada masalah kecil atau masalah besar. Hanya saja, Bass masih tidak berani berbicara dengan Karin.

"Hoy! Ngapain kamu?" tanya Eric sambil membawa jajanan. Bass pun kaget
"Jangan bikin kaget orang!" Eric hanya memasang muka datarnya dan menjitak dahi Bass, "Hei, kamu kan yang kaget, aku hanya menyapa!"
Bass pun memasang muka cemberut.
"Kamu kenapa sih? Semenjak ada Karin, kamu jadi diam. Padahal kamu yang paing cerewet diantara kita.
"Ya..Ya aku-," Eric pun mengerti dan mengacungkan jari telunjuk, "Aha, kamu suka, kan?" Bass kaget dan menundukkan kepalanya.
"Aku tebak, iya kan?"
"Bukannya Queen sudah bilang-,"
"Aku kan sering gak masuk sekolah. Aku juga jarang ketemu kalian," Bass pun mengelus pundak Eric.

Tanpa disadari, Karin datang menghampiri mereka.
"Halo!" Karin pun tersenyum dan Bass langsung memalingkan kepalanya.
"Karin, rayu si Bass tuh,"
"Kenapa?" Karin pun diam dan berpikir. Wajahnya seketika memerah, "Ah!! Lupakan yang kemarin!"
"Dia nembak kamu, ya?"
"Bukan," Eric pun tersenyum jahat sambil melirik ke Bass. Aura menyeramkan pun seketika muncul.
"Eric, jangan gitu dong!"
"Santai aja, kamu tadi ngajak ke kantin, ya?" Karin pun menganggukkan kepalanya. Bass pun terpaksa ikut karena sendirian. Di kantin pun, sahabat yang lain sudah menunggu.
"Lama banget sih, keburu bel masuk!" keluh Ista sambil memasang wajah cemberutnya. Mereka pun tertawa kecil - kecilan. Ista yang sadar (bisa dibilang peka gitu 😉), langsung menjitak dahi semua sahabatnya. Karin bersyukur karena dia tidak ikut duduk di dekat mereka.
"Karin, duduk. Ngapain berdiri?" ajak Jenny. Karin menjawab dengan ragu ragu, "Nanti dahiku dijitak Ista,"
"Karin!!" Aura amarah Ista pun muncul.
"Yang sabar, Rin. Dia emang anaknya gampang marah kalau digangguin, maklum nenek lampir."
"Oh,"
"Sudah, ayo pesan!" kata Eric karena merasa lapar. Hanya menunggu emosinya Ista hilang. Semua pesanan sudah ada di meja makan yang panjang dan lebar. Seperti meja makan keluarga saja. 😆😆

Beberapa hari kemudian . . .
"Karin, aku mau tanya."
"Ya?"
"Neita itu seperti apa?" Karin kaget dan menundukkan kepalanya.
"Kalau gak mau jawab karena sedih, juga gak apa -apa kok. Aku masih ragu - ragu soal kejadian waktu itu," Karin menghela napas panjang dan siap untuk memulai pembicaraan.
"Oke, aku akan jawab."
"Eh?! Karena terpaksa, ya?"
"Bukan, Aku kan orangnya tertutup setelah kejadian itu. Tapi, sekarang aku berani karena kalian." Queen senang mendengar ucapan Karin.
"Karin, apa kamu mau bertemu Mamaku?"
"Buat?"
"Karena Mamaku pernah mengalaminya, tapi ceritanya sangat berbeda dan itu membuatku terharu,"

(Baca Seri 1, ya. Baru buat sih 😅)

That Day Became Tears (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang