Sudah sangat lama sejak kejadian itu terjadi. Aku hilang arah seketika, entah mengapa aku merasa hatiku masih membeku walaupun itu akhir musim dingin. Dimana musim semi menanti, namun yang kudapati adalah hatiku yang membeku hingga sekarang.
Mungkin itu yang membuatku ingin musim dingin selamanya. Pasalnya tidak ada gunanya musim semi jika aku masih membeku.
Aku hanya bisa merenung menatap langit langit kamarku 'lagi' serta melakukan aktifitas membosankan selama libur musim dingin di dalam kamar ini.
Itu sudah aku lakukan setiap tahun. Tidak ada yang istimewa di musim ini. Walaupun aku ingat akan suatu kenangan indah namun percuma, itu juga akan berakhir seiring musim ini meninggalkan dunia. Dan datang di tahun selanjutnya 'lagi', dan kurasa itulah siklus hidupku.
Kembali kubangunkan tubuhku dari tempat empuk itu, mendekati meja belajar di sudut kamar dekat jendela.
Aku menutup jendela yang sedari tadi terbuka sebelum kemudian duduk di kursi krem itu.
Lagi-lagi kuraih kotak itu, dan membukanya. Memandang benda-benda di dalamnya dan aku tidak sadar setetes air dari mataku jatuh ke secarik kertas dalam kotak itu.
Seketika kututup kotak itu dan meraih toples permenku, membuka bungkusnya dan memakanya. Dan kembali meratapi musim dingin 'menyebalkan' ini.
.
.
.
Author's Pov.
Sudah 3 hari sejak salju pertama turun, dan sekarang salju mulai tebal. Gadis itu benar-benar suka musim dingin. Suasananya dan hal-hal berkesan yang pernah ia alami, itupun 'seingatnya'.
'Mungkin itu yang membuatnya ingin musim dingin selamanya.'
Hyeri membuka pintu rumah dan menyaksikan hamparan kapas putih di halaman. Seakan tubuhnya langsung tertarik untuk menyentuh benda putih dingin itu.
"Hufff, bukankah dingin." Sahabat, Ryusi masih kedinginan rupanya, walaupun mereka baru saja menghabiskan secangkir coklat panas.
"Ayolah bermain Ryusi." Hyeri memanja-manjakan suara untuk menarik perhatian sahabatnya itu.
"Kau ingin menantangku ya, baiklah kau yang minta ini," Ryusi meraih tumpukan salju itu dan menggulungnya kemudian melempari Hyeri sambil tersenyum jahil.
"Ouh, tidak wajahku... awas kau." Ryusi berlari dan Hyeri mengejarnya dengan persediaan bola salju di pelukan gadis itu.
Hyeri dan Ryusi berlarian di sepanjang jalan, saling melempar boal salju tanpa memperhatikan orang-orang di sekeliling kami. Sepertinya masa kecil mereka kurang bahagia. Lupakan itu kiasan.
Ryusi berlari sangat cepat sampai Hyeri tidak bisa mengejarnya.
"Ah larimu sangat cepat....Ryu si...tunggu aku," Gadis itu mencoba berteriak memanggilnya. Namun dia sudah cukup jauh dan menghilang di pengujung jalan.
Hyeri menyerah dan membiarkan Ryusi sampai dia sadar bahwa Hyeri tidak lagi mengejarnya.
Hyeri melihat sebuah taman di sisi kirinya. Seketika ia jatuhkan semua bola salju yang di bawa. Lagi pula gadis itu sangat lelah, ia memutuskan mampir untuk beristirahat sebentar.
Hyeri melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain salju, itu membuat senyum terukir di wajahnya. Kemudian putaran bola mataku menyusuri tempat itu. Cukup indah tapi sepertinya Taman ini sudah lama, itu dapat di lihat dari beberapa fasilitasnya yang sudah usang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Love [END]
FanfictionEntah mengapa mereka merasakan sesuatu yang begitu dekat mengikat mereka. Andai saja keluarga gadis itu tidak memutuskan untuk pindah ke Seoul. Andai saja ia tidak terlambat saat hari pertama ia sekolah. Andai saja ia tidak menabra...