first

202 10 1
                                    

First cast P.O.V
Bagaimana rasanya ketika kau berbicara?
Pertanyaan yang aneh bukan?
Mungkin kalian berpikir "berbicara? Tinggal berbicara dan rasakan sendiri rasanya"
Bagaimana denganku yang tak bisa merasakannya?
Memang itulah kenyataannya. Aku tahu semua makhluk tuhan tidak ada yang sempurna. Tapi bukankah tuhan sedikit jahat padaku? Ia meletakkan kekurangan itu pada indera paling penting manusia. Yaitu pita suara. Bagaimana aku bisa berkomunikasi? Bagaimana aku menjalani hari hariku?
Semuanya dengan susah payah. Setiap kali aku berbicara menggunakan bahasaku, orang orang menatapku dengan aneh. Aku benci tatapan itu. Aku benci berkomunikasi, karena bahasaku berbeda, tidak semua orang memahaminya . Aku benci lingkungan sekitarku. Aku benci semuanya.

Author P.O.V
Cantik, dan pintar Siapa yang tidak menyukainya. Tetapi, kenyataan bahwa ia tak bisa bicara mengacaukan semuanya. Kecantikan, kepintaran dan kekayaannya seketika lenyap ketika ia berbicara. Tatapan  kagum berubah menjadi iba dan miris.
...
Gadis itu memejamkan matanya. Menyimak nada demi nada dan kata demi kata yang terdengar dari hadphone yang ia pasang. Kepalanya mengangguk angguk mengikuti irama lagu. Kaki dan jemarinya seakan ikut bergoyang dan menimbulkan nada tuk.. tuk.. tuk... beraturan. Bahkan ia membayangkan jika ia memiliki suara, bagaimana suaranya nanti. Apakah merdu, cempreng atau lembut.


Jika sudah seperti ini,menandakan bahwa ia tak ingin diganggu.

Puk.. sebuah kain mengenai kepalanya. Ia mendengus kesal, bersiap siap untuk memaki, tapi ketika matanya menangkap gambaran pamannya. Ia buru buru mengelus dadanya.

"Sudah jam berapa ini? Sana kerja! Dasar pemalas" gadis itu beranjak sambil bersungut sungut.

Pamannya selalu memperlakukannya seperti itu. Apakah pantas seorang gadis bisu diperlakukan seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, semua harus dilakukannya jika ia ingin hidup.

Pamannya mempunyai sebuah restoran dan sengaja mengurangi jumlah karyawan agar gadis itu bekerja disana. Untuk menghemat uang juga.

Gadis itu memikul banyak pekerjaan. Di usianya yang masih 16 tahun. Sekolah? Ia selalu berharap bisa bersekolah seperti anak anak normal. Tapi keadaan memaksanya untuk bersekolah di sekolah berkebutuhan khusus.

Otak encernya membuat ia menjadi murid teladan. Ia bahkan pernah juara 1 olimpiade sains melawan anak anak normal. Bahkan mereka tidak percaya jika  yang mengalahkan mereka adalah gadis tunawicara.

Dan di usianya yang 16 tahun, ia tidak pernah merasakan cinta. Secuil pun.
Tidak pernah..













dandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang