positive

123 7 5
                                    

Esoknya jimin menunggu namja yang ia nantikan. Tapi sampai restaurant tutup, namja itu tidak datang sama sekali. Jimin kecewa, tetapi ia berusaha menjalankan hari-harinya dengan senang. Yah.. siapa lagi jika bukan karena namja tampan kemarin.

Tinggi, kulit putih dan mulus, dan wajah yang tampan. Jimin senyum-senyum sendiri membayangkannya.

Beginikah rasanya jatuh cinta? . Atau hanya disebut tergila gila padanya. Entahlah, tapi ketika membayangkan wajahnya, jimin merasa hatinya geli dan gemas sendiri.

Jimin p.o.v
Namja kemarin itu..
Aahh.. aku menyukainya
Siapa namanya?
Dimana ia bersekolah?
Apakah perlu kucari tahu?
Seperti itukah repotnya orang jatuh cinta?

Yaa.. aku memang tidak berharap banyak padanya.
Tapi bukankah semua orang berhak jatuh cinta.
Hanya sekedar mencintainya walaupun tidak bisa memiliki.
Aku tahu, tidak ada yang mencintaiku selain ibuku.
Siapa yang mau dengan tunawicara?
Bahkan aku berfikir Tuhan pun tidak menyukaiku. Bagaimana dengan manusia yang memiliki ego, dan emosi yang luar biasa?

...

Musim panas sudah berakhir dan kini waktunya jimin bersekolah.

Liburan yang hanya dia habiskan dengan membantu pamannya di restaurant, membuatnya tidak ingin mengenal kata liburan. Tapi semenjak hari itu, jimin malah senang jika disuruh bekerja, ia bahkan membujuk pamannya agar membolehkan ia bekerja diluar dapur.

Jimin membereskan kasurnya, ia melipat selimutnya yang bergambar bunga dandelion. Walaupun sudah kusam, jimin menyukainya karena itu peninggalan dari eommanya. Tak hanya selimut, buku diary, baju, karpet, dan wallpaper kamarnya pun diwarnai bunga dandelion.
Eommanya menyukai dandelion maka jimin juga harus menyukainya.

Eommanya pernah berkata disaat saat terakhirnya.

"Jadilah seperti bunga dandelion yang dapat berguna bagi orang banyak walaupun ia sedang kesusahan" jimin selalu meneteskan air mata jika mengingatnya kembali.

...

Teng..teng..teng..
Bel berbunyi tepat setelah jimin sampai disana. Ia mempercepat langkahnya karena ruang kelasnya masih sangat jauh.

Ketika ia sampai dikelas, teman temannya masih berserakan.
'Kupikir, seonsaengnim sudah datang' katanya dalam hati.

"Jimin! Kemari!" Jungkook, sahabat jimin memanggilnya. Jimin segera menghampiri jungkook dan duduk dikursi kosong sebelah jungkook.

Jungkook berbeda dengan jimin. Ia tidak bisu, buta, maupun tuli. Kekurangannya hanya terletak pada fisiknya. Yaitu kakinya. Ia tidak memiliki pergelangan kaki. Walaupun hanya itu masalahnya, tetapi jungkook memilih untuk bersekolah disini karena ia takut akan pembullyan.

"Tumben kau telat"
^ aku harus membantu pamanku dulu^ jungkook menggangguk paham. Ia sebenarnya kasihan dengan jimin. Menurut jungkook paman jimin sangat jahat. Dan jimin itu tunawicara pasti akan sulit untuknya memberontak.

Beberapa menit kemudian seonsaengnim datang. Murid murid yang tadinya naik naik meja segera duduk ketempat masing masing dengan wajah tanpa dosa.

"Selamat pagi semua.."
"Selamat pagi seonsaengnim" murid yang memiliki kekurangan tunarungu hanya mengikuti kata kata yang diucapkan oleh mulut temannya.

"Hari ini kita akan latihan untuk ujian nasional karena sebentar lagi kalian akan mengikuti kakak kakak kelas kalian" seonsaengnim berbicara sembari berbahasa isyarat agar murid tunarungu dapat mengerti.

"Yaaah..." keluh murid murid serempak.

...





dandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang