destiny

31 4 1
                                    

Jimin termenung. Ia masih memikirkan kejadian siang tadi.
Apa maksudnya?

'mungkin saja mereka sedang belajar bahasa isyarat' pikir jimin
'tentu saja tidak mungkin' ia menyangkalnya sendiri.
'alasan lain? Bahasa isyarat digunakan untuk berbicara dengan orang yang memiliki kekurangan. Seperti bisu dan.. Tuli?'
Benarkah?
Tuli?
'tidak mungkin. Namja setampan itu? Tuli? Sangat tidak masuk akal'.

....

Namja tampan itu berjalan perlahan ke arahnya dan berkata "bisa beritahu meja pesanan atas nama min yoon gi?"

Namja itu memegang lengannya perlahan dan mendekatkan wajahnya.

Jimin sangat gugup dan berlari tak karuan sampai tiba tiba ada sebuah jurang didepannya...

Brukkk..

" eugh" jimin mendengus keras. Ia memegang lengan kanannya yang menjadi tumpuan jatuh tubuhnya.

'mimpinya benar benar sangat aneh. Tapi sangat menyenangkan. -__-

...

"ohhh tidaak. Itu sangat mustahil" jungkook mengekpresikan wajah kagum yang berlebihan.

^kau iri kan?^

"aku tidak iri itukan hanya dalam mimpi" wajahnya ketus tapi sudah terlanjur berwarna merah.

^kau jahat sekali padaku. Kenapa kemarin tidak jadi datang?^ jimin ingat dengan hari buruknya kemarin.

"maafkan aku. Kau tau kan jika mama sudah marah bagaimana perlakuannya padaku?. Uang jajanku akan dikurangi dan aku tidak bisa membelikanmu tteokbeokki"

^ya kalau begitu sih tentu saja kau harus menuruti mamamu"

"eumm.. Tunggu tunggu. Dia duduk dimeja yang dipesan atas nama siapa? "
^min yoon gi^

" itu dia! Namja tampan itu bernama min yoon gi! " ucap jungkook dengan wajah bangganya.

^kau jenius sekali! ^ jimin tersenyum senang. ^tapi namja tampan itu kan bersama lelaki yang lain^ jimin kembali termenung.

" oh iya ya.. " jungkook menggaruk kepalanya, merasa tidak enak pada jimin." pasti salah satu diantara mereka bernama min yoon gi. Jika namja itu sudah dua kali ke restoran pamanmu, bukan tidak mungkin ia akan kembali untuk ke 3 kalinya"

^betull! Ia pasti akan kembali kesana lagi, aku hanya perlu menunggunya lagi.

"Kenapa kau memilih dia sih?" Tanya jungkook. "Bukankah ada banyak pria tampan didunia ini? Kenapa kau memilih seseorang yang bahkan kau tidak tahu namanya"

^aku juga tidak tahu. Entah kenapa setelah dia datang aku tak tertarik dengan siapapun^

"Hmm.. cinta itu memang membingungkan"

^hari ini bukankah ada jadwal tambahan nanti malam?^ tanya jimin.

"Oh iya! Aahh aku lupa memberitahu eomma. Ayo kuajak menelpon eomma"

^oke^

....

"Dadaa.."

Jimin membalas lambaian tangan jungkook yang hendak masuk ke mobil.

"Jimin, ayo bareng saja!" Eomma jungkook menengok dan tersenyum pada jimin.

^Tidak perlu ahjumma, aku ingin mampir ke toko buku dulu^ jungkook menerjemahkannya dalam ucapan kepada eommanya.

"Yasudah kalau begitu. Hati hati dijalan ya.." mobil itu melaju pelan di jalan yang berkerikil.

Jimin tersenyum. Andai saja eommanya masih ada. Eommanya pasti akan selalu menjemputnya dan mengantarkan kemanapun jimin ingin pergi.

Jimin berjalan perlahan. Ia mengambil ipod kesayangannya dan memasang earphone bewarna putih ketelinganya. Memutar lagu yang sedang populer akhir akhir ini.

Jimin berada di lampu merah. Ia menunggu lampu merah itu berwarna hijau. Ketika sudah hijau, jimin segera berjalan riang menyebrangi jalan. Sebuah mobil tidak bisa berhenti di lampu merah karena melaju dengan sangat cepat. Mobil itu telah membunyikan klakson berkali kali. Namun, telinga jimin tertutup oleh earphonenya.

Brukkk!!

Jimin membuka matanya terkejut. Bukan karena tertabrak melainkan merasakan suatu yang mendorongnya ke tepi jalan. Ia bangun dan menengok kearah belakang. Diaa..

"Gwaenchana?" Pria yang selama ini dinanti jimin!

"Eugh" jimin mengangguk pelan wajahnya memerah sekarang.

Pria itu menoleh kearah jalanan. Disana, ada sebuah mobil yang menabrak pembatas jalan. Jimin terkejut. Ia menutup mulutnya.

Pria ini, menyelamatkanku?














........................
Hallo balik lagi sama bub. Akhirnya bisa nyelesein 1 chapter yang dari dulu ditunda tunda terus.

Happy reading❣


dandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang