other side

120 8 3
                                    

"HEI!PERGI DARI SITU!" Pemuda itu tetap diam. Ia masih terlihat menunggu. Beberapa kali matanya melirik jam di pergelangan tangan.

"Hei!! Kau tidak dengar? Cepat pergi! Restauran ini sudah mau tutup!" Pemuda itu duduk disana dari 6 jam yang lalu. Bahkan ia tidak memesan apa apa.

"Aku akan menyeretmu keluar!" Seorang pria membentaknya dari meja kasir. Pemuda itu tak bergeming , memunggungi pria yang membentaknya seperti ia telah terhipnotis.

Pria itu berjalan cepat kearahnya dan memukul meja didepannya dengan keras.

Buukk.. pemuda itu terkaget dan menatap pria di hadapannya dengan bingung.

"Restaurant ini sudah tutup!" Pria itu mengulangi pertanyaannya.

Kening pemuda itu berkerut.
"Aku pesan americano saja" ucapnya santai.

"Apa maksudmu? Kami sudah tutup dan tidak menerima pesanan lagi. Jika mau pesan, kembalilah besok!"

Pemuda itu memerhatikan gerakan mulutnya dengan serius.

"Ahh.. aku sedang menunggu seseorang. Tidak apa apa kan? Ia janji akan datang hari ini" pria itu tak habis pikir. Bicara pemuda ini seperti orang mabuk, tapi wajahnya tidak terlihat jika ia mabuk.

"Jimin! Cepat kesini!" Pria itu berteriak pada gadis yang memerhatikan mereka berdua sedari tadi. Jimin cepat cepat menghampiri pria itu.

"Keluarkan dia! Aku sedang tidak enak badan. Kalo sampai ia tidak keluar, aku tidak akan memberimu makan!" Pria itu berlalu pergi.

Jimin berdiri memaku di belakang pemuda tadi. Ia tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya pria itu mabuk karena bicaranya melantur.

Tangan jimin terangkat keatas, ia berniat menepuk bahu pemuda tersebut. Tetapi kini pemuda itu sudah menatapnya.

Deg.. jimin merasakan gemuruh didadanya dan tangannya gemetar. Apa ini? Sebuah pertanda baikkah?. Jantungnya berdegup sangat kencang. Jimin merasa wajahnya merah dan panas. Ia tidak bisa beranjak dari sana.

"Jam berapa restaurant ini tutup?" ucapan pemuda itu membuat jimin lega sekaligus khawatir.
'Bagaimana cara ia menjawabnya? Apakah ia akan mengerti jika jimin berbicara?'

^ kami sudah tutup. Kau harus keluar ^ begitulah kata jimin. Pemuda itu menatapnya kaget. Jimin tidak siap dengan itu, reaksi apa yang akan terlihat jika orang lain melihatnya berbicara seperti itu. Ia memejamkan matanya. Pastinya pemuda itu tidak akan paham. Pikirnya.

"Ahh.. baiklah aku akan keluar, maafkan aku. Terima kasih ya" pria itu beranjak pergi darisana dengan tergesa gesa. Jimin mematung, memandangi punggungnya.

'Ia mengerti maksudku' jimin tersenyum senang. Kini jantungnya bergemuruh lagi. Apakah ini namanya cinta?

...











...
Nantikan chapter selanjutnyaaa
Klik favorite dan ditunggu komentarnya..
Happy reading..❤❤




dandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang