-Omega-

1.2K 49 1
                                    

Aku memperhatikan sosok yang sedang melambaikan tangan pucatnya padaku. Sosok wanita dengan pakaian serba putih dan rambutnya yang panjang menjuntai didepan wajahnya yang lebih terlihat pucat. Aku mendengus sebal kearahnya. Semakin hari mereka semakin mengganggu pemandanganku saja. 'Mereka' muncul dihadapan manusia tanpa tahu waktu. Bukannya makhluk halus hanya muncul setiap malam dan segera pergi menjelang subuh? Bukannya sore menjelang malam begini? aku memutuskan untuk mengabaikan makhluk itu.

Kulangkahkan kakiku menjauhi ruang kelas. Seharusnya aku sudah ada dirumah sejak dua jam yang lalu. Tapi sial, karena ada mata kuliah tambahan aku harus terjebak di kampus yang semakin membuat mataku tak nyaman. Sudah beberapa kali ada makhluk-makhluk muka aneh yang berseliweran didepan mukaku. Membuatku ingin muntah saja. Bahkan salah satu diantara mereka ada yang terang-terangan menggangguku dan ingin membuatku ketakutan hingga lari terbirit-birit. Sayang sekali, hal itu tidak mempan untukku. Karena aku sudah terbiasa dengan keberadaan mereka. Sejak umurku lima tahun, aku sudah bisa melihat mereka. Oh bukan hanya melihat, aku juga punya beberapa teman dari dunia lain tersebut.

"Njir, nggak usah jambak rambut segala. Gue cuma numpang lewat, elah." Keluhku pada sesosok gadis seumuran anak SMP yang baru saja menjambak rambutku. Terdengarlah kikikan khas setan yang membuat telingaku risih. Ia terlihat senang sekali bisa menggangguku. Untung saja keadaan di sekitarku sedang sepi. Tidak ada orang sama sekali. Mungkin kalau sampai ada orang yang melihatku, mereka pasti akan mengira aku adalah orang gila yang berbicara sendiri. Tiba-tiba gadis itu sudah menghilang begitu saja. Nah, kenapa tidak dari tadi saja?

Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku sudah menunjukan pukul lima sore. Aku harus segera pulang. Tidak ingin berlama-lama berada di luar rumah. Karna kalau malam tiba, makhluk-makhluk yang berkeliaran justru akan semakin berbahaya. Dan aku tidak ingin berurusan dengan mereka semua.

Akhirnya aku sampai di depan Honda Jazz merah kesayanganku. Saat akan masuk kedalam mobil, aku melihatnya lagi. Dia. Pemuda yang selama ini diam-diam aku perhatikan. Dia manusia asli, bukan makhluk dari dunia lain. Hampir tiga bulan ini aku memperhatikannya dari kejauhan. Bukan karena fisiknya yang hampir sempurna. Bukan karena ketampanannya. Bukan karena kepopulerannya di kalangan mahasiswa kampus. Juga bukan karena aku jatuh cinta padanya. Melainkan, karena seseorang, oh maksudku sesosok gadis yang selalu mengikutinya kemana pun dia pergi tanpa ia sadari. Aku penasaran sekali dengan sosok gadis itu. Dari wajahnya, sepertinya ia seumuran denganku. Dari penampilan, sosok itu jauh berbeda dengan makhluk lain yang sering aku lihat selama aku hidup. Sosok ini jauh lebih terlihat seperti manusia pada umumnya. Kalau bukan karena auranya yang terasa berbeda, mungkin aku akan mengira ia manusia. Sebenarnya, dari kali pertama aku melihatnya, ingin sekali aku mengajaknya berkomunikasi. Tapi mana mungkin, karena setiap kali aku perhatikan, ia selalu saja berada di dekat pemuda itu.

Pemuda itulah yang menjadi masalah terbesarnya. Bisa saja aku mengajak sosok itu berkomunikasi tanpa memperdulikan pemuda yang dia ikuti selama ini. Tapi itu tidak mungkin sama sekali, karna pastilah aku yang akan di anggap gila oleh pemuda itu. Sekalipun aku tidak peduli dengan popularitas, tapi setidaknya aku harus menjaga image gadis baik-baik pada orang lain kan? Dan pada akhirnya dilema serta kekepoanku mulai meningkat sedikit demi sedikit.

Keesokan harinya, seperti biasa, aku selalu menghabiskan waktuku di kantin kampus. Menunggu waktunya mata kuliah berikutnya. Saat ini suasana kantin cukup ramai, mungkin karena sudah memasuki jam makan siang. Setiap kali manghabiskan waktu di kantin, aku selalu mengambil tempat duduk yang luput dari pandangan orang-orang di sekitar. Aku tidak terlalu nyaman jika harus diperhatikan oleh orang asing. Oke aku tahu, aku terdengar sedikit kepedean. Tapi apa salahnya untuk antisipasi?

Aku selalu sendiri. Tidak pernah ada seorang temanpun yang menemaniku duduk di pojokan kantin seperti ini. Meskipun begitu, aku tetap menikmatinya. Aku tidak suka diperhatikan, tapi justru aku suka memperhatikan orang. Egois memang. Tapi memang beginilah adanya diriku. Hanya dengan di temani segelas es teh manis, aku mengamati orang-orang yang ada disekelilingku. Mereka terlihat begitu hidup. Aku senang melihat mereka tertawa dan berbagi cerita dengan teman-temannya. Sebenarnya aku sedikit merasa iri pada mereka. Kenapa aku merasa bahwa hanya akulah satu-satunya manusia di dunia ini yang merasa kesepian? Apa tidak ada yang ingin menjadi temanku? Aku ingin sekali memiliki teman dekat seorang manusia. Bukan makhluk dari dunia lain. Aku sudah bosan melihat tampang mereka yang selalu saja tidak terlihat sempurna. Terkadang ada yang mulutnya robek sampai ke pipinya. Ada juga yang wajahnya polos, tanpa mata, hidung, ataupun mulut. Bahkan ada yang tidak memiliki kepala!! Bayangkan saja, bagaimana muaknya melihat pemandangan seperti itu hampir setiap harinya?

Dengan cepat aku menggelengakan kepala, sekedar menghilangkan bayangan tidak mengenakan dalam benakku. Hingga pada akhirnya aku melihatnya. Sosok itu. Sosok gadis yang terlihat normal tetapi memiliki aura  dingin yang mendominasi. Tak jauh darinya, ada pemuda itu. Ah, kenapa mereka harus selalu bersama seperti itu? Kedua mataku terkunci pada sosok itu. Penampilannya benar-benar terlihat seperti manusia. Rambut hitam panjangnya tergerai. Kulit putihnya terlihat pucat. Pakaian yang dikenakannya juga selalu sama seperti hari-hari sebelumnya. Yaitu dress putih gading polos selutut dengan lengan tigaperempat, terlihat sangat cocok dengan tubuhnya yang langsing itu. Ah, tapi ada satu hal yang janggal. Astaga! Kakiknya! Aku baru sadar kalau selama ini dia tidak mengenakan alas kaki. Apa untungnya juga kalau dia mengenakan alas kaki? Sudahlah lupakan.

Perhatianku sepenuhnya pada sosok itu. Rasa penasaranku semakin menjadi. Banyak pertanyaan yang melintas di otakku. Kenapa penampilannya jauh berbeda dengan makhluk sejenisnya yang sering ku lihat? Kenapa dia lebih terlihat seperti manusia normal lainnya? Dan kenapa pula dia cantik sekali? Argh! Aku benar-benar kepo! Tidak peduli bagaimana caranya, yang jelas aku harus tahu kenapa ada makhluk sepertinya berkeliaran di sekitarku! Ya, harus!

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang