~Taka yang Manis~

357 36 19
                                    

"Kata dokter tadi kau harus dirawat 2 hari. Keadaanmu cukup mengkhawatirkan untuk gadis yang anemia." Jelas Fatin.

Beberapa saat lalu Taka pamit untuk ke backstage menemui teman-temannya yang lain. Dan aku masih terbaring dengan infus yang masih menancap di lenganku. Aku dirawat di backstage khusus kesehatan.

"Kamu itu sembrono, Tha! Bodoh mungkin, iya!" Hadrik Fatin setelah aku menceritakan bahwa tadi pagi aku tidak memakan sayuran yang sudah dipesannya di restoran apartemen.

Oh, selama aku di Jepang, aku tinggal bersama Fatin di apartemen ayahnya. Apartemen minimalis di tengah Tokyo. Kebetulan ayah Fatin sering tinggal di sana saat ditugaskan kantornya yang berinduk di Jepang itu. Dan kali ini kami menempatinya sementara.

"Kita jadinya nginep di sini nih!!" Fatin mengusap wajahnya kesal.

Aku tahu gadis itu tidak suka berada di tempat baru. Dan lebih suka berinteraksi dengan orang yang dikenalnya. Dia pasti kesal harus mengobrol dengan bahasa isyarat karena orang Jepang di sini bahasa Inggrisnya agak aneh.

"Maaf, Fat. Aku sibuk posting foto di instagram sampai-sampai lupa makan sayur." Aku menunduk lesu. Sesekali tanganku menggaruk rambut pendekku yang tidak gatal.

Fatin mendengus.

"Tapi.. aku serasa mimpi. Tadi aku ketemu Taka..." ucapku hati-hati. Takut jika Fatin mendengus kesal lagi.

"Yah.. lumayan Taka-Takamu itu. Dia tadi panik banget pas liat kamu diinfus dan dokter bilang kamu harus opname. Katanya kamu perlu dibawa ke rumah sakit setelah ini." Fatin berjalan menuju sofa yang berada di pojok ruangan itu. Ia kemudian duduk.

"Ma-masa?" Aku terpengarah sendiri mendengar kata-kata Fatin.

"Mm.."

Perlahan aku menarik selimut berwarna putih tersebut. Mencoba menutup mata. Namun tidak bisa. Jantungku masih berdebar liar saat mengingat perlakuan idolaku yang manis itu. Oh, jantung... diamlah..

Aku membuka ponsel. Senyuman terlukis di wajahku ketika melihat foto kami tadi. Aku yang diapit Fatin dan Taka. Wajah datar Fatin sangat kontras dengan senyum lebar Taka. Aku hanya tersenyum lemah di foto itu.

Ah! Sial! Kenapa rasanya perutku melilit sekali. Lapar. Apalagi tiba-tiba aku ingin pipis... -_-

Kakiku beranjak turun dari ranjang. Lalu dengan tertatih aku mendorong selang infusku dan berjalan lemah ke arah Fatin yang terlelap di atas sofa.

"Fat.. Fatin.. aku laper. Pengen pipis juga." Aku mengguncang-guncang tubuh Fatin. Ah! Anak ini kalau sudah tidur susah sekali dibangunkan.

Aku menghela napas panjang. Uh.. aku sangat ingin pipis!! Dengan langkah tertatih aku mendorong tiang infusku ke luar ruangan.

"Exuse me, where is toilet?" Aku bertanya pada orang yang memunggungiku. Dia menggunalan seragam staff.

Orang itu berbalik. Dan terlihat agak bingung. Apa dia tidak tahu apa yang aku katakan? Ah!

"Otearai.. where is otearai?" Aku ingat kalo bahasa jepangnya toilet itu otearai!!

"Ah.. !!" Ia menunjuk ke kanan.

Aku berterimakasih. "Arigatou.."

Kuputuskan untuk berjalan ke arah ruangan yang ditunjukkan staff tadi. Sesekali aku menoleh ke kanan-kiri. Ini pukul berapa? Kutengok jam di pegelangan tanganku. Ya Tuhan! Pukul 23.22. Tiba-tiba aku merinding. Ini tengah malam. Dan seorang gadis sepertiku kelaparan dan ditambah tertatih mencari toilet.

"Hei! Apa yang kaulakukan?" Seseorang menepuk bahuku.

Aku terlonjak kaget. Dan menjerit seketika. "Aaaaaaa!!!"

Love You, Taka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang