Kalo kamu gagal move on? Aku juga. Ok. Cekidot aja ceritanya.
Maafkan diriku yang ngaret sengaret-ngaretnya.. ✌
***
Kalau bisa memilih. Aku ingin menjadi wanita yang terlahir satu generasi denganmu, dekat denganmu, lalu kita saling mencintai. Dan pada akhirnya kita hidup bahagia selamanya. Namun itu hanya ada di dongeng-dongeng pengantar tidur. Dan mustahil untukku.
~Artha***
Hai. Sudah satu bulan. Dan tidak ada kabar darimu. Mm.. maaf ya. Aku jarang buka IG. Jarang liat postinganmu karena aku harus dituntut belajar. Hei! Aku masih kelas 11! Ingat itu. Bagaimana kabarmu? Sebenarnya bukan jarang sih. Tapi tidak sama sekali.
***
Mungkin nasib saat ini sedang berkudeta untuk melawanku. Kenapa hari ini aku sial melulu? Aaaargh!
Pertama, bangun kesiangan.
Kedua, ban sepedaku bocor dan hal paling sialnya adalah Ibu tak memiliki bakat mengendarai kendaraan bermotor. Seorang jurnalis berkacamata tebal yang selalu mengandalkann tumpangan temannya, itulah Ibuku. Dan aku selalu bertanya-tanya. Apa kabar gerangan motor matic butut yang kini teronggok di garasi? Dan lagi-lagi aku tak mengerti pola pikir Ibuku. Dia membeli motor itu padahal tidak ada di antara kami yang bisa mengendarainya.
Dan di sinilah aku berakhir. Kopaja yang ngebut gila-gilaan padahal penumpang di dalamnya seakan mau tumpah. Aku yang berdiri mencoba untuk tidak tumbang walaupun bus ini meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri. Kalau aku menatap cermin saat ini juga mungkin yang kudapati adalah wajah pucat pasi. Aku paling tidak suka dengan bau-bau tak sedap yang bercampur menjadi satu. Rasa mual mulai menyerang perutku. Ughh..
"Gakpapa dek?" Tanya seorang ibu yang membawa tas belanjaan lumayan besar yang duduk di kursi sampingku.
"Nggak papa Bu." Aku mencoba tersenyum lemah.
"Mau duduk di sini dek? Biar saya yang berdiri." Tawar ibu yang baik hati tersebut.
Aku menggeleng lemah dan mencoba tersenyum menolak tawaran ibu itu. Sekolahku juga semakin dekat kok. Nggak keren kalo aku mabuk perjalanan kan? Dari rumah ke sekolah!
Selang beberapa menit Kopaja berderit. Rem mendadak. Aku terdesak ke depan. Hukum newton pertama kali ini sedang bekerja. Inersia sedang bermain-main dengan kopaja ini. Tubuhku menabrak punggung seorang perempuan paruh baya.
"Aduduh.."
Sesak!! Untung yang kutabrak itu perempuan! Coba kalo laki-laki.. >.<
Tanpa menunggu lama lagi, kumerangsek ke samping. Mataku menangkap kondektur yang mengayunkan topinya sambil meminta bayaran pada penumpang yang keluar kopaja. Pintu keluar di sampingnya mulai lenggang. Banyak juga yang keluar.
"Ini, Pak." Tanganku mengulurkan uang kertas senilai lima ribu rupiah kepada sang kondektur. Kakiku dengan ringan meloncat keluar. Waaaa.... udaranya lebih segar daripada di dalam kopaja meskipun asap knalpot kendaraan bermotor lebih mendominasi daripada ketersediaan O2 sendiri.
Dari ekor mataku aku menangkap siluet Fatin yang menjulang keluar dari mobil SUV putih. Mobil ayahnya. Gadis itu tampak fokus dengan ponsel pintarnya.
"Fat!" Aku menyusul Fatin dan berjalan bersisian dengannya.
"Nah. Kabar bahagia buat kamu, Tha!" Senyum Fatin mengembang. Jarang-jarang si dingin ini tersenyum lebar ke arahku seperti ini. Uhh.. kok jadi merinding ya?
"Apa?" Tanyaku.
Kami masih setia melanjutkan perjalanan menuju kelas. Fatin meraih tanganku dan meletakkan ponselnya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Taka!
FanfictionPerkenalkan, namaku Artha. Gadis usia 17 tahun. Baru memiliki KTP sebulan yang lalu. Kelas 11 SMA. Suka coklat. Suka biru. Dan tergila-gila pada band rock asal Jepang, ONE OK ROCK. Setiap kali mendapatkan notif ig dari @10969taka akan menahan napas...