~Rumah Sakit~

307 32 22
                                    

Keesokan paginya aku dirawat di rumah sakit. Fatin kembali ke apartemen. Dia berjanji akan kembali ke sini nanti siang. Dan ini masih pukul 9 pagi. Siang masih lama. Aku harus sendirian.

Di rumah sakit sama saja. Orang-orang di sini Bahasa Inggrisnya agak aneh. Aku sampai tidak mengerti.

"Hai.."

Aku terlonjak kaget. Seseorang masuk ke dalam ruang inapku. Ia memakai pakaian serba tertutup. Hoodie, masker, kacamata hitam, dan syal bewarna merah marun. Apa pagi ini dingin? Kenapa dia memakai syal?

Aku terdiam cukup lama.

"Ah.. It's me!!"

Mataku membulat sempurna ketika dia membuka masker dan kacamatanya.

Apalagi ini? Taka?! Pantas saja dia menyamar sampai segitunya

"Ta-taka? What are you doing in here?"  Tanyaku kaget.

Taka mengangkat kantong yang dibawanya. "Makanan enak. Lebih enak dari makanan rumah sakit." Taka menyengir lebar kemudian berjalan menuju kursi di samping ranjangku.

Aku menegakkan tubuhku. Dan Taka membantuku menaikkan ranjang rumah sakit itu.

"Arigatou.." ucapku tulus.

Taka melakukan segala hal dengan sangat manis. Apakah Taka akan melakukan apa yang dia lakukan padaku  ke semua fansnya? Ah. Aku tidak tahu. Yang penting sekarang aku jadi orang yang beruntung. Diberi makanan enak oleh idolaku!

Aku membuka wadah makanan di hadapanku. Wah. Sepertinya enak. Sushi!

"Itu sushi. Ikan salmon baik untuk orang yang anemia. Ada sayurnya juga. Kuharap kau suka!" Taka memakan sushi miliknya.

Aku tersenyum lagi. Lihat! Dia perhatian  sekali kan?!

Aku agak kesulitan memakai sumpit karena tangan kananku yang diinfus. Selang infus sesekali menyangkut pada kedua batang sumpitku.

"Tch!" Aku berdecak kesal. Nyangkut lagi!

"Biar kusuapi, Tha!" Suara Taka menginterupsiku.

Aku hanya mengangguk. Terlalu senang untuk sekadar mengucapkan sesuatu di dalam hatiku sekarang.

"Ucapkan aaaaa..." ucap Taka dengan sushi yang berada di sumpitnya.

Aku membuka mulut dan langsung melahapnya. Enak. Siapapun kokinya akan kuacungi jempol. Dan tambah enak karena aku disuapi oleh Taka.

"Uuuu.. kau ini menggemaskan, Tha!" Taka mencubit pipiku yang menggembung karena sushi di dalamnya.

Tolong! Siapapun! Taka terlalu manis! Mungkin sebentar lagi aku akan terkena diabetes. Tolong!!!

Aku berhenti mengunyah dan memegang pipiku yang tadi dicubit Taka. Wajahku memanas. Bagaimana bisa idola yang selama kuangan-angankan bisa sedekat ini? Dan bersikap sangat manis?

"Haha.. kau itu lucu, Tha. Aku jadi kangen Hiro. Hei, cepat makan ini.. aaaa.." Taka menyodorkan sushi lagi. Oh, dia menyebutkan nama adiknya. Hiro. Hiroki Moriuchi.

"Kakak ini bagaimana, sushiku yang ini belum habis, tau!" Rajukku manja. Ya Tuhan! Darimana aku dapat sifat manja yang tiba-tiba datang ini?

Apa? Kakak?

Aku segera menutup mukaku dan menggeleng-geleng keras.

"Hei.. hei.. ada apa, Tha? Pffft." Tanya Taka sambil menahan tawanya.

"A-aku malu, tadi bicara yang tidak-tidak. Aah! Sulit rasanya!" Racauku dalam bahasa Indonesia. Tentu saja Taka tidak tahu.

"Kau bilang apa? Aku tidak mengerti." Suara Taka nampak bingung.

Love You, Taka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang