~Jadi Gadis SMA Biasa (lagi)~

230 32 24
                                    

April.
Di mana anak kelas 12 sudah selesai UN, aku harus masuk sekolah. Pagi-pagi sekali aku bangun. Dan mendapati Ibu juga sudah bangun dan berjibaku dengan peralatan dapur.

"Pagi, Bu.." aku menyapa Ibu.

"Pagi, Tha. Mau mandi apa Ibu buatin susu coklat dulu?" Tanya Ibu sambil meletakkan spatulanya.

"Mm.. mandi aja deh. Nanti kalo udah seger, baru minum susu coklat." Aku bergerak ke arah Ibu dan mencium pipinya. Ibu balas mencium pipiku

"Iya. Mandi gih, bau!!" Ibu menutup hidungnya dengan tangan.

Aku hanya bisa nyengir kemudian melesat ke kamar mandi.

***

Berulang kali aku mengecek ponsel. Membuka satu-persatu sosial media yang kupunya. Dan jariku agak ragu menyentuh ikon pesan bergaris merah itu. E-mail. Sudah 3 hari aku sampai di Indonesia. Aku berharap dia mengirimiku pesan. Taka maksudku. Tapi nihil. Tak ada satupun pesan elektronik darinya. Jika ada notifikasi e-mail paling-paling notifikasi sosial mediaku yang terhubung dengan e-mail.

Aroma manis khas susu coklat menyergap penciumanku. Dengan segera kuletakkan ponsel ke nakas yang memang selalu disediakan di meja makan untuk menaruh ponsel. Ibu yang membuat peraturan itu. Tidak ada gadget selama kita makan.

"Makasih, Bu!" Senyumanku mengembang tatkala Ibu meletakkan segelas susu coklat itu di hadapanku.

Ah.. mungkin aku harus menyingkirkan segala pikiran tentang dia untuk sementara. Iya. Untuk sementara. Dan mulai menghadapi kehidupan normalku kembali.

"Kamu mau buat komik lagi Tha? Kemarin orang dari majalah itu tanya ke sini. Nanyain kamu yang minggu lalu nggak ngirim." Ibu mulai menanyaiku sambil mengoleskan selai kacang ke roti.

"Bu.. aku nggak suka kacang!" Kataku mengalihkan pembicaraan.

Ibu tertawa kecil. "Kamu belum jawab pertanyaan Ibu, Tha. Kamu olesin selai kamu sendiri dong. Ini buat Ibu. Udah gede kok maunya dilayanin mulu."

Aku mendengus lalu meraih pisau dan mulai mengambil toples selai coklat lalu mengoleskannya pada lembaran rotiku. Cintaku selalu pada coklat. Hihi.

"Maunya sih aku ngomik lagi, Bu. Tapi minggu ini kayaknya nggak deh. Lagi nggak semangat corat-coret." Aku menggigit rotiku. Mengunyahnya dengan semangat.

Ibu hanya tersenyum lalu menepuk puncak kepalaku. "Nanti kalo pulang, Ibu sempetin mampir ke gramed deh, beliin alat gambar kamu."

Ibu selalu tahu apa yang kusuka. Dengan gembira aku menarik Ibu dalam pelukan. "Makasiih, banget Bu. Artha sayang Ibu deh."

"Iya-iya. Udah cek sepeda kamu belum? Kayaknya kangen tuh nggak kamu sentuh hampir dua minggu."

***

"Tha!" Sapa Fatin ketika aku mendaratkan pantat di kursi. Nampaknya ia baru sadar akan kedatanganku dan mengalihkan perhatiannya dari majalah fashion yang aku yakin diambilnya dari rak milik mamanya.

"Kebiasaan kamu, Fat." Sarkasku sambil melirik majalah yang menampakkan berbagai model bertubuh ramping yang mengenakan pakaian bermode kelas atas.

"Yah.. biarin kali." Fatin mengacuhkanku dan kembali ke dunianya.

Aku mengambil ponsel di tas. Dan menyambar earphone yang selalu ada di tasku. Tak beberapa lama, suara itu muncul dan memenuhi pendengaranku. Mengisi dadaku dengan perasaan yang sulit kutafsirkan. Sesak dan menyakitkan.

"Hearthace. Sakit hati?" Aku tertawa kecil. Fatin menghadiahiku tatapan tajam dan menyelidiknya.

"I miss you.. ooh.. I miss you.."

Ya.. ya.. aku merindukanmu!

"The same as..." aku tersenyum ketika melirihkan judul lagu yang kini terputar dan mengajakku terbuai dalam pemikran konyol. So, tell me my heart is the same as yours is..

Berhenti berharap lebih, atau kamu akan tersakiti, Tha.

***

Hari ini tanggal 17 April. Hari ini hari senin. Hari upacara. Dan hari ini hari ulangtahun seorang Takahiro Moriuchi. Sejak pagi tadi, aku terus melihat berbagai kirman ucapan selamat ulangtahun untuknya di media sosial. Ramai.

Happy B'day, Nii-chan! 🎉

Tanganku mengetikkan itu di mesin surat elektronikku. Kirim. Tidak. Kirim. Tidak. Kirim??

Dan akhirnya tanganku menyentuh tulisan sent.

Tanganku dengan sigap mengembalikan ponsel ke kantong almamaterku saat kulihat seorang petugas PKS berjalan ke arahku sambil memegang kertas absen. Aku tak ingin cari masalah dengan anak PKS. Apalagi sampai ke BK kalau tadi masih memainkan ponsel.

Drrt.. Drrtt..

Ponselku bergetar halus.

"Nama? Absen?" Tanya petugas PKS yang sudah sampai di hadapanku.

"Artha Kusuma. Absen 4." Jawabku sama singkatnya.

Setelah petugas itu menuliskan kehadiranku, ia berlalu. Aku dapat bernapas lega. Tanpa membuang waktu lagi aku merogoh kantong almamater, membuka ponsel. E-mail. Taka??

Mataku membulat sempurna saat mendapati balasan darinya. Oh. Jangan bercanda. Heh.. ? Benarkah???

Thanks, Imotou. Oh.. I'm really miss u.

Jantungku berdegup kencang. Apa yang tertulis tadi? Dia merindukanku? Ini bulan April kan? Apakah itu hanya April mop?

"Ehemm.. upacara akan segera dimulai. Dan mohon ponsel dimasukkan ke saku almet." Tegur salah satu anak PKS sambil melirikku tajam.

Aku tersenyum canggung lalu memasukkan ponsel tadi ke saku kembali. Dan aku merasakan degup jantung yang masih menggila. Aku tidak ingin kakiku meleleh di sini dan merosot dramatis saking senangnya. Dia masih mengingatku dan menyempatkan membalas e-mailku. Melayang!

"Di mana topi kamu?" Pertanyaan yang dilontarkan petugas PKS yang masih sama membuatku meraba atas kepalaku.

Aku menepuk jidat. Merasa bodoh.
"Maaf, ketinggalan di kelas. "
Aku melesat ke kelas dan mengambil topi. Oke. Atribut sudah lengkap dan tak akan ada hukuman kan?

Pada akhirnya aku hanyalah gadis SMA biasa. Gadis yang kemarin bagai memenangkan lotre karena berkencan dengan seluruh personil One Ok Rock. Gadis yang kini harus menyimpan rapat-rapat kenangan itu dan kembali kepada realita.

***

Shorty?
.
.
Maaf. Aku lagi nelangsa karena pensil warna ilang..:'(
Pokoknya badmood banget deh.

Nggak ngefeel sama sekali ya? Aku yang nulis aja sampe pikir ulang mau dipublish enggak. Hihi.

Makasih para readers yang udah mau baca apalagi yang sempetin kasih vote n commentnya. Stay terus di ff abal-abalku ini ya ;))

Maturnuwun
Riski

Love You, Taka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang